Penutupan tembok SMKN 69 Jakarta berdampak pada akses jalan warga sekitar. Warga terdampak, bernama Bresman Marboen dan Robert, mengajak saya berjalan-jalan menyusuri kampung ini.
Lokasi permukiman yang kena dampak tembok SMKN 69 DKI ini ada di RT 11 RW 7, Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
Saat mendatangi lokasi, Kamis (21/4/2022), detikcom melihat kondisi rumah-rumah sederhana di jalanan sempit. Tembok sekolahan di satu sisi dan deretan rumah di sisi lain membentuk koridor gang. Akses jalan yang tersisa di sisi luar tembok sekolahan ini cukup sempit dan becek.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sebagian rumah warga letaknya persis di dekat tumpukan sampah. Hal itu karena tak adanya lahan serta jauhnya akses menuju jalan utama. Sampah tampak bertumpuk di lokasi.
Salah satu rumah menyatu dengan tempat usaha yang dijalankan. Marboen yang memandu saya berkata ada warga yang terpaksa menutup usahanya. Hal itu mereka lakukan karena pemasukan yang tak sepadan dengan modal usaha.
![]() |
![]() |
"Kayak rumah ini, dulunya produksi minyak nabati dan telur ayam. Tapi sekarang usahanya terpaksa ditutup dan orangnya pindah. Sekarang ya begini, rumahnya nggak jadi apa-apa, udah nggak bisa ditempatin karena ketutup tembok sekolah," kata Marboen kepada detikcom di lokasi, Kamis (21/4/2022).
detikcom pun menyambangi rumah warga lainnya. Dari jalan setapak yang letaknya di belakang SMKN 69, terdapat rumah warga.
Jalan itu hanya bisa dilalui oleh pejalan kaki dan satu atau dua sepeda motor. Karena terhalang tembok sekolah, rumah warga yang terletak di jalan tersebut nyaris dipinggirkan. Posisi rumah mereka lebih menjorok ke belakang agar pembangunan tembok SMKN 69 optimal.
![]() |
Warga harus hidup berdampingan dengan kondisi lingkungan ini. Mereka pun harus terbiasa dengan bau sampah yang menyengat, suara kokok ayam, hingga jalan yang becek.
"Nah ini kondisi saat ini. Rumah warga yang tadinya pintu rumah mereka menghadap ke sekolah, tapi dua tahun lalu posisinya terpaksa diubah. Sekarang posisinya di belakang sekolah dan nggak beraturan," kata Marboen.
Sementara itu, warga lainnya Robert menambahkan, saat ini ada empat rumah warga yang posisinya terancam. Hal itu karena rumah mereka terpinggirkan dan jauh dengan jarak rumah warga lainnya.
Dari empat rumah tersebut, kata dia, sudah ada satu rumah yang ditutup. Ketiga pemilik rumah lainnya hanya bisa pasrah meski belum diketahui apakah SMKN 69 bakal menutup rumah tersebut atau sebaiknya.
"Noh kalau lihat rumah itu, sudah ada satu rumah yang ditutup. Sementara tiga lagi belum. Total kan ada empat rumah nih, nah yang ditutup baru satu. Orangnya juga udah pindah, udah kagak di mari," kata dia.
Robert berharap Dinas Pendidikan DKI Jakarta lebih teliti dalam menyikapi masalah ini. Warga berharap pihaknya ikut dilibatkan dalam masalah ini.
![]() |
Di sisi lain, warga juga berharap Disdik DKI dapat turun ke lapangan guna mengecek dan mengetahui kondisi warga. Menurutnya, selama ini warga tak dihiraukan, bahkan ketua RT pun tak dilibatkan dalam proses pembangunan tembok tersebut.
"Cek sendiri ke sini dan ketemu langsung sama warga biar dilihat dampaknya seperti apa. Apa kita juga dilibatkan dalam pembangunan sekolah ini? Nggak," ucap Robert.
(azl/dnu)