Menag: Kuota Jemaah Haji RI 100.051, Kloter Pertama Berangkat 4 Juni

Menag: Kuota Jemaah Haji RI 100.051, Kloter Pertama Berangkat 4 Juni

Lisye Sri Rahayu - detikNews
Selasa, 19 Apr 2022 21:37 WIB
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (kiri) didampingi Wakil Menteri Agama Zainud Tauhid memberikan keterangan hasil sidang isbat penetapan 1 Ramadan 1443 Hijriah di Kemenag, Jakarta, Jumat (1/4/2022). Dalam sidang isbat itu pemerintah memutuskan 1 Ramadan 1443 Hijriah jatuh pada Minggu, 3 April 2022. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.
Menag Yaqut (Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Jakarta -

Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menghadiri peringatan Nuzululqur'an Kemenag. Yaqut sempat menyinggung soal keberangkatan jemaah haji asal Indonesia tahun ini.

"Bertepatan dengan peringatan Nuzululqur'an ini, perlu kami sampaikan bahwa setelah dua tahun kita tidak memberangkatkan jemaah haji karena pandemi COVID-19, alhamdulillah atas ikhtiar dan doa kita semua di tahun ini kita akan memberangkatkan kembali jemaah haji dengan kuota 100.051 jemaah dan 1.901 petugas yang insyaallah akan kita berangkatkan di kloter pertama tanggal 4 Juni 2022," kata Menag dalam siaran YouTube Kemenag, Selasa (19/4/2022).

Yaqut kemudian menyinggung soal kemuliaan Al-Qur'an. Dia menyebut Al-Qur'an sangat dekat dengan kehidupan bangsa Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada malam hari ini kita memperingati Nuzululqur'an tingkat kenegaraan sebagai bagian dari upaya mengingatkan betapa mulianya ajaran Al-Qur'an bagi bangsa Indonesia. Turunnya Al-Qur'an atau Nuzululqur'an telah diperingati secara rutin oleh bangsa Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an begitu dekat dengan kehidupan bangsa Indonesia, spirit Al-Qur'an pula telah yang membawa Indonesia sebagai bangsa yang berhasil merawat keberagaman sebagai harmoni yang begitu indah," kata Yaqut.

Yaqut memaparkan merawat harmoni adalah perintah Al-Qur'an. Hal itu, kata dia, telah dicontohkan oleh para pendiri bangsa.

ADVERTISEMENT

"Karena merawat keragaman menjadi harmoni adalah perintah Al-Qur'an dan telah dicontohkan oleh para pendiri bangsa. Peran umat Islam dalam merawat keragaman Indonesia adalah bentuk nyata kemuliaan Al-Qur'an yang sejak awal menegaskan kehadirannya sebagai petunjuk bagi umat manusia," jelasnya.

Keberagaman dalam hidup, menurut Yaqut, adalah sebuah keniscayaan. Dia menilai tidak ada sebuah zaman yang hidup dengan hanya satu pemahaman.

"Kita tidak hanya beragam dalam bahasa dan warna kulit, namun juga beragam dalam keyakinan dan pemahaman, maka tak pernah ada sebuah zaman yang seluruh anak zamannya berada dalam sesuatu pemahaman yang satu. Al-Qur'an datang dan menjelma sebagai pemersatu keragaman tersebut," tuturnya.

"Ketika bangsa-bangsa Arab berselisih tentang siapa yang lebih mulia, Al-Qur'an datang dengan konsep kesetaraan hak dan tanggung jawab tanpa membedakan warna kulit. Bahwa setiap orang tidak pernah benar-benar lebih mulai dari orang lain kecuali karena kualitas takwanya. Al-Qur'an merangkul semua umat manusia tanpa membedakan warna kulit dan dari mana dia berasal," imbuhnya.

Menurut Yaqut, Al-Qur'an telah dipelajari di Indonesia sejak usia dini. Dia menambahkan bahwa spirit Al-Qur'an sangat tepat untuk dijadikan panutan.

Dalam konteks keindonesiaan Al-Qur'an sudah sangat dikenal, bahkan dipelajari sejak usia dini. Begitu pula kajian-kajiannya telah lahir karya-karya ulama nusantara yang bersumber dari Al-Qur'an dan memberi warna harmoni Indonesia. Ini menjadi bukti bahwa spirit Al-Qur'an sesungguhnya sangat tepat untuk kita jadikan panutan dalam merawat keragaman dan harmoni.

PBNU Singgung Moderasi Beragama

Pengurus PBNU juga mengisi ceramah pada acara tersebut. Wakil Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Zulfa Mustofa mengatakan orang yang bertambah ilmunya, maka moderasi beragama akan bertambah. Zulfa juga mengutip nasihat dari ulama besar dari Mekah.

"Alangkah indahnya nasihat seorang ulama besar dari Mekah Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki, gurunya para ulama Indonesia pada masanya, beliau mengatakan manusia itu kata Syaid Muhammad, jika ilmunya luas, jika wawasannya luas, jika literasinya banyak, maka akan luas hatinya, maka dia akan bijaksana," kata Zulfa.

"Jika dia sudah bijaksana orang yang banyak ilmunya, banyak bacaannya sedikit sekali dia akan ingkar kepada orang yang berbeda dengannya," imbuhnya.

Zulfa lalu menyebut orang yang bertambah ilmunya, maka moderasi beragama akan bertambah. Zulfa menambahkan bahwa orang yang kurang ilmunya, maka moderasi beragamanya juga akan berkurang.

"Dalam bahasa lain saya ingin mengatakan, seseorang setiap kali ilmunya bertambah, maka moderasi beragamanya akan bertambah, sebaliknya orang semakin sedikit dan kurang ilmunya maka moderasi beragamanya akan berkurang," katanya.

Zulfa mengajak masyarakat untuk mencontoh perilaku para ulama. Dia juga bersyukur bisa belajar dari para ulama di pesantren.

"Kita harus banyak mencontoh para ulama-ulama kita. Kami yang dibesarkan di pesantren sangat bersyukur mendapatkan ilmu langsung dari pada ulama yang ilmunya laksana laut tanpa tepi," katanya.

Lebih lanjut, Zulfa kemudian mengenang Kiai Bisri Mustofa dari Rembang. Dia menyebut Sang Kiai memiliki moderasi beragama yang tinggi.

"Kami tidak bisa melupakan bagaimana bijaksananya seorang ulama yang tinggal di Kota Rembang bernama Kiai Bisri Mustofa, beliau tinggal di Kota Rembang, dari kota Rembang ke timur ada satu kecamatan bernama Lasem, banyak saudara-saudara beretnis Tionghoa tinggal di Kota Lasem, tapi Kiai Bisri Mustofa ini karena keluasan ilmunya beliau bisa hidup rukun dengan orang yang berbeda agama tanpa mengorbankan akidahnya," paparnya.

"Beragama dengan tetap memegang teguh nilai-nilai kemanusiaan, sebab ada orang yang beragama melupakan nilai-nilai kemanusiaan, atau ada juga orang yang mencoba memegang nilai-nilai kemanusiaan tapi dia meninggalkan prinsip-prinsip agamanya, ini juga yang salah, Pak Kiai Bisri Mustofa tidak," lanjutnya.

Halaman 2 dari 2
(lir/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads