Setiap orang pernah merasakan fuluktuasi spiritual. Nabi juga pernah membenarkan bahwa keimanan itu fluktuatif (al-iman yazidu wa yanqush).
Masalahnya ialah bagaimana mengupayakan sestabil mungkin suasana spiritual kita. Dalam artikel terdahulu pernah dibahas semua agama besar dunia mengajarkan manusia merupakan makhluk spiritual yang bersemayam dalam wujud fisik.
Hanya saja masih banyak pertanyaan besar dan rumit, khususnya dari kalangan filosof, misalnya siapakah sebenarnya diri kita? Benarkah ada ruang batin yang tersembunyi di dalam diri kita? Bagaimana memahami wujud tertinggi yang disebut Tuhan? Benarkah kita adalah makhluk spritual yang mempunyai hubungan khusus dengan Tuhan? Apa buktinya? Apakah kita berawal di alam fisik ini dan berakhir di sini pula, atau di alam lain? Apa sesungguhnya yang menjadi tujuan hidup kita?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Spiritual Saving |
Benarkah jiwa kita kekal dan kehidupan kita di bumi ini hanyalah satu terminal dalam perjalanan abadi kita? Apakah kita harus mempersiapkan diri untuk menempuhnya? Bagaimanakah caranya? Bagaimana halnya dengan ajaran-ajaran agama yang berbeda-beda memberikan janji yang sama? Apakah agama tak lebih dari pada sebuah rekan? Apakah surga dan neraka seperti yang dimajinasikan itu betul-betul ada, atau ada dalam bentuk lain samasekali? Seperti apakah keduanya? Apa dampak perbuatan kita di dunia ini di sana? Seperti apa mengukurnya? Pertanyaan-pertanyaan seperti sering dilontarkan oleh para pemikir klasik dan kontemporer. Pertanyaan-pertanyaan itu pula sering menambah atau mengurangi kadar keimanan kita.
Mungkin masih banyak lagi pertanyaan muncul berkenaan dengan dunia spiritual kita. Setiap orang pernah merasa penasaran terhadap dirinya sendiri, terutama 'takdir' apa yang akan diprogram Tuhan di dalam keseharian diri kita. Yang pasti terjadi ialah kita tidak akan melihat Tuhan dalam arti visual tetapi kehadiran-Nya amat dirasakan. Kadang Tuhan terbayang sebagai Maha Pengasih dan Penyayang dan kadang juga terbayang Tuhan Maha Tegar dan Maha Penghukum.
Fluktuasi spiritual yang paling sering terasa di dalam diri kita ialah rasa takut (al-khauf) dan pengharapan (al-raja'). Khauf ialah zona batin yang didominasi rasa takut bagi seorang hamba kepada Tuhannya karena selalu membayangkan kelemahan dan keterbatasannya. Ia selalu membayangkan dosa-dosa yang pernah dilakukan di masa lampau dan keterbatasan ibadah yang tulus dan khusyuk yang dilakukan di hadapan Tuhannya. Ia menyadari umurnya bertambah panjang tetapi tidak berbanding lurus dengan amal ibadah yang dilakukannya.
Baca juga: Muhammad Saw (1) |
Raja' ialah zona batin yang didominasi harapan dan optimisme kepada Tuhannya karena ia selalu membayangkan Tuhannya sebagai Tuhan yang lebih menonjol sebagai Maha Pencinta dan Maha Pengasih dan Pengampun ketimbang sebagai Tuhan Maha Pendendam dan Maha Pemarah dan Penyiksa. Ia merasakan kelemahlembutan Tuhannya setiap saat sehingga ia yakin bahwa dirinya selalu mendapatkan ridha Allah Swt.
Dua zona batin ini senantiasa berpengaruh di dalam diri seorang hamba. Jika seseorang melakukan kekeliruan dan dosa maka dengan sendirinya orang itu merasakan rasa khauf. Akan tetapi jika seseorang sedang tenggelam di dalam lautan kerinduan terhadap Tuhannya, sehingga ibadah dan dzikir mewarnai kehidupannya, maka biasanya orang itu akan merasakan perasaan raja'.