Sosok pribadi penerima wahyu terakhir ini adalah sederhana, penuh toleransi dan berakhlak mulia. Seperti yang disampaikan Ali bin Abi Thalib mengutip Rasulullah Saw. bersabda, " Pengetahuan adalah hartaku yang utama. Nalar adalah akar agamaku. Cinta kasih adalah landasanku. Kerinduan adalah pembimbingku. Zikrullah adalah senjataku. Kesabaran adalah pakaianku. Kebahagian adalah ganjaranku. Kemiskinan adalah kemegahanku. Menahan nafsu adalah panggilanku. Ketaatan adalah ukuranku.Jihad adalah karakterku dan Shalat adalah kesenanganku."
Seluruh sifat tersebut ada dalam ajaran Islam dan sepenuhnya tercermin dalam kehidupan Nabi Muhammad Saw. Namun demikian masih banyak terjadi kesalahpahaman terhadap sosok dan pribadinya. Hal ini terbukti dari tulisan para pengarang Barat yang menganggap bahwa Muhammad Saw sebagai Nabi palsu dan pendusta.
Dalam perkembangannya, anggapan terhadap Nabi Muhammad Saw mulai ada pergeseran. Pada abad ke delapan belas, datanglah perubahan yang dipengaruhi aliran paham baru yaitu Pembaharuan dan Romantik. Goethe tertarik akan kepribadian Muhammad Saw. dan setelah lanjut usianya ia menerangkan dengan tegas, bahwa ia tidak pernah memandang Muhammad Saw sebagai seorang penipu. Disusul dengan seorang ahli sejarah Edward Gibbon dalam bukunya Decline and Fall of the Roman Empire, menyediakan beberapa halaman untuk memuji dan mempertahankan jasa-jasa Muhammad Saw. dan ajarannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang ahli sejarah Inggris bernama Arnold Toynbee menyebutkan bahwa Muhammad Saw. adalah pencinta manusia. Dia melihat dalam ajaran Islam yang disiarkan olehnya ada dua hal pokok yaitu, toleransi yang tinggi dan ketiadaan sifat ta'assub / Asabiah adalah istilah dalam Islam yang artinya fanatik buta.
Taasub bukanlah sebuah kenikmatan ataupun sebuah keagungan melainkan sebuah penyakit yang secara sadar atau tidak sadar mampu menginfeksi siapa saja. Bahkan dalam Encyclopedia Britannica tertulis dengan megahnya tentang Nabi Muhammad Saw. : Muhammad telah mencapai kemenangan yang gilang gemilang, yang belum pernah dicapai oleh seorang Nabi sebelumnya dan tidak pula oleh salah seorang pemimpin agama di tiap masa dan zaman.
Muhammad Saw. merupakan sosok yang jujur dan dapat dipercaya, ketika usinya mencapai 25 tahun, beliau berkeluarga dengan Siti Khadijah ( saudagar yang kaya ). Khadijah tertarik karena keluhuran akhlaknya. Beliau selalu berkelana untuk mencari kebenaran. Akhirnya pada usia 40 tahun di Gua Hira ( tempat berkhalwat ) beliau mendapatkan petunjuk dari Allah Swt. yang dalam firman-Nya pada surah ad-Dhuha ayat 7 yang berbunyi, " Dan bukankah Dia juga mendapatimu sebelum menjadi nabi sebagai seorang yang bingung karena belum mengetahui akidah dan hukum yang benar, lalu Dia memberikan petunjuk melalui wahyu dan membimbingmu sampai akhir hayatmu?." Dia yang buta aksara diminta oleh malaikat jibril untuk membaca. Wahyu pertama yang turun, iqra ( bacalah ) dari Allah Swt. dalam surah al-Alaq berisi lima ayat.
Perjuangan beliau setelah menerima wahyu tidaklah mudah, karena kaum Quraisy selalu menghalangi dan melawan serta melakukan penyiksaan. Visi agung dalam mengemban ke Rasulannya memperjuangkan keesaan Tuhan ( Tauhid ) dan menuju ketakwaan dengan kekuatan iman. Kendati terus menerus mendapat pelecehan, siksaan dan hinaan dari mayoritas kepala suku Quraisy, Nabi Muhammad Saw. tetap tegak pada jalan Allah Swt. adapun para pengikutnya yang datang dari Yatsrib terus bertambah jumlahnya. Mereka ini bersumpah pada Beliau, " Kami akan taat kepadamu ya Rasulullah, dalam situasi apapun, ketika lapang maupun sempit, dalam suka dan duka, dan kami tidak akan mencelakai siapa pun. Kami akan selalu berkata jujur, dan kami hanya akan takut kepada Allah."
Mereka inilah yang merupakan cikal bakal kaum Anshar dan yang memberikan fasilitas dalam hijrahnya Nabi Muhammad Saw. Usaha perjuangan penyebaran ajaran Islam ini tidak mudah dan memerlukan semangat tinggi, hal ini akan bisa tercapai dengan kesabaran dan keikhlasan serta selalu bersandar pada Sang Pencipta. Seperti apa yang dikatakan Bosworth Smith, " Memang tidak dapat diingkari bahwa Nabi Muhammad itu menggantungkan seluruh hidupnya kepada kerelaan Tuhan, dalam kesenangan ia bersyukur dan memuji, dalam kesukaran ia memohon dan berserah diri dan dalam menghadapi sesuatu larangan Tuhan ia selalu meminta dilindungi dan disayangi. Ia mencintai Tuhan lebih daripada ia mencintai diri sendiri, kepada nikmatnya ia selalu bersyukur, tak pernah ia kufur."
Dalam kehidupan masa kini dengan mudahnya akses informasi, penulis berharap kejujuran menjadikan tujuan bersama sebagai landasan kehidupan. Kejujuran ini akan menyelamatkan kehidupan kita semua karena dengannya kita melawan kebohongan yang saat ini sudah menjadi " makanan " sehari-hari. Maka teladan sosok Muhammad Saw. bisa memberikan jawaban. Semoga kita semua dan generasi penerus dapat mengambil hikmah dari kehidupan yang menjadi teladan masa lalu.
Aunur Rofiq
Sekretaris Majelis Pakar DPP PPP 2020-2025
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)
(erd/erd)