Gerakan mahasiswa tahun 2022 yang ikut dalam aksi menolak wacana perpanjangan jabatan presiden dinilai lebih jujur. Namun, gerakan mahasiswa harus tetap waspada terhadap pihak-pihak yang bisa ikut mendompleng.
Hal ini diungkap dalam Diskusi LP3ES berjudul 'Gerakan Mahasiswa dan Masa Depan Demokrasi' yang diselenggarakan di space Twitter, Kamis (14/4/2022). Salah satu pembicaranya, mantan Ketua Dewan Mahasiswa Dipo Alam, menilai gerakan mahasiswa saat ini lebih jujur dan jernih.
"Gerakan mahasiswa saat ini yang mempunyai modal lebih genuine, jujur dan jernih, patut didoakan oleh semua warga masyarakat yang peduli terhadap perbaikan Indonesia ke depan, agar berlangsung dengan selamat dan tanpa disertai penangkapan-penangkapan seperti yang dialami oleh generasi '74, '77 dan '78," kata Dipo Alam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekretaris Kabinet era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini pun mengingatkan bahwa gerakan mahasiswa juga perlu waspada. Sebab, pihak yang mendompleng akan selalu ada.
"Gerakan mahasiswa perlu waspada. Sejak dulu akan selalu ada pihak-pihak yang akan mendompleng dan mengambil keuntungan dari aksi tersebut," lanjutnya.
Sementara itu, Direktur Pusat Studi dan Media dan Demokrasi LP3ES Wijayanto mengatakan bahwa gerakan mahasiswa saat ini membawa makna tersendiri. Hal ini karena yang disuarakan adalah penolakan wacana perpanjangan masa jabatan presiden.
"Gerakan mahasiswa saat ini juga membawa makna tersendiri karena wacana perpanjangan jabatan presiden dan penundaan pemilu menjadi gagal setelah adanya aksi gerakan mahasiswa masif yang menentang segala wacana buruk tersebut," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Bayu Satrio Utomo yang juga Ketua BEM UI. Dia menilai gerakan mahasiswa 2022 ini bisa menjadi penentu corak gerakan mahasiswa di masa depan.
"Gerakan mahasiswa 2022 akan menjadi penentu corak gerakan pada 2023 dan 2024 mendatang. Karenanya saat ini mahasiswa sedang melakukan proses pendekatan dan menurunkan ego masing-masing," ungkapnya.
(rdp/tor)