Pendiri Pondok Pesantren Tarbiatul Aulad, Kiai Khudori merasakan betul jatuh bangun dan pahit getir menebar syiar Islam di tengah kawasan hiburan malam (THM). Syiar di kawasan itu memang tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Dilansir detikJabar, pemasangan papan nama pondok di pinggir ruas jalan saja sudah mendapat pertentangan dari lingkungan sekitar. Hal itu diceritakan Bebey, Ketua RT 04 RW 02, Kampung Cibolang Baru, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.
"Awalnya banyak yang komplain, seperti pemasangan plang di depan itu saya yang pasang. Yang komplain ini bilang Pak Rt plang ini mengganggu, saya juga Islam di KTP jadi karagok (canggung) kalau ada tamu, sehingga enggak jadi masuk (ke kawasan THM)," kata Bebey kepada detikJabar, Senin (11/4/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bebey mengakui banyak perubahan selepas berdirinya Ponpes Tarbiatul Aulad, menurutnya ada perbedaan mencolok antara sebelum dan sesudah berdirinya ponpes di kawasan tersebut.
"Suara musik awalnya tidak terkontrol waktunya, dulu musik biasa diputar non stop sekarang ada jeda-jeda waktu seperti malam Jumat enggak ada musik. Tamu-tamu juga yang biasa banyak berkurang," kata Bebey.
Meski membawa perubahan bagi lingkungan sekitar, Ponpes Tarbiyatul Aulad masih terus berjuang hingga saat ini. Banyak santri terus berdatangan, padahal pihak ponpes sendiri hanya mengandalkan dua orang pendidik yakni kiai Khudori pendiri Ponpes dan Abah Mamat, warga setempat yang berprofesi sebagai tukang sol.
Baca selengkapnya di sini.
(idh/tor)