Bekerja di perusahaan besar dengan gaji selangit ternyata bukan mimpi semua orang. Aresdi Mahdi Asyathry (34) atau yang akrab disapa Ares, adalah satunya.
Gaji yang cukup fantastis yang ditawarkan tidak meruntuhkan niat Ares untuk membuka usaha sendiri. Keinginannya ini disebabkan oleh jiwa bisnis yang terpupuk sejak usia belia.
"Saya lahir dan besar di Jagakarsa, suatu lingkungan yang dekat dengan kebun binatang Ragunan. Dan kami biasa ikut berjualan es mambo, es yang dibakar pakai lilin buat menutup di ujungnya. Kadang juga paling sering kalau mau lebaran itu saya ikut teman-teman saya ngamen. Dan di situlah saya banyak dapat uang," ungkap Ares dalam program Sosok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jebolan S1 Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada serta Magister Komunikasi Universitas Indonesia ini lebih memilih membuka usaha sendiri dari pada bergabung di dua perusahaan multi-nasional yang telah meminangnya.
"Sebenarnya yang satu melamar, yang satu lagi sudah keterima, keterima kerja langsung. Saya kerja praktek (magang) itu saya praktek di Chevron Pacific Indonesia, atau nama dulunya itu Caltex," ujar Ares.
Hubungan baik yang dijaga selama kerja praktek di perusahaan minyak itu ternyata membuahkan kebaikan.
"Ketika saya selesai kerja praktek, saya menulis (ucapan terima kasih) di Media Indonesia, dan surat saya itu dibaca oleh CEO Chevron di Texas. Dan karena itulah mereka langsung memberi sign ke Chevron di Indonesia, 'Kalau ada anak ini (Aresdi) besok melamar, langsung keterima'. Kedua, saya melamar itu di BP Migas," ujarnya.
Namun perbincangan bersama temannya mengurungkan niatnya untuk bekerja di perusahaan tersebut.
"Res, kalau gajimu besar, hanya anak dan istrimu yang menikmati, kalau sesuatu terjadi sama kamu, naudzubillahimindzalik kecelakaan, sakit, atau punya masalah apapun, yang mendoakan cuma mereka berdua saja. Tapi kalau karyawan, yang mendoakan banyak," kisah Ares.
"Kamu tidak usah bangga dari kampus negeri, kalau ketika ada yang buka lowongan, kamu juga menuh-menuhin antrean di sana. Kenapa tidak ingin kalau kampus-kampus yang lain itu ngantre, dan kamu yang buka antrean itu. Kamu bantu bangsa ini buka lapangan pekerjaan." Lanjut Ares menceritakan obrolan tersebut.
Berkat keteguhan hatinya, Ares mendirikan usaha minuman yang tengah digandrungi anak-anak muda. Produk Minuman thai tea buatannya dinamai "Glek". Sebagai CEO, Ares berhasil mengembangkan usahanya, di seluruh pulau Jawa sebanyak 53 outlet.
(vys/fuf)