Aipda Irawan Karepesina dikenal masyarakat Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, sebagai polisi dai. Sebab, ia kerap kali berkeliling dari masjid ke masjid di Maluku Tengah dalam program 'Mimbar Jumat dan Khotbah Kamtibmas'.
Setiap naik mimbar, Aipda Irawan disebut tak pernah lepas dari seragam kepolisianya. Kegiatan berdakwah di masjid/musala itu telah ditekuni Aipda Irawan sejak 2016 di luar jam tugas dirinya sebagai polisi.
Atas programnya itu, Aipda Irawan diusulkan warga Maluku Tengah bernama Abdussamad Ningkeula menjadi salah satu kandidat penerima Hoegeng Awards 2022 melalui formulir online di tautan: https://dtk.id/hoegengawards. Kanit Binpolmas Sat-Binmas Polres Maluku Tengah itu akrab dipanggil 'Ustaz Wan'. Berikut sosok Aipda Irawan di mata Abdussamad:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beliau dikenal sebagai dai Polres Maluku Tengah, personil Polres yang tergabung pada satuan Binkamtibmas ini sudah saya kenal sejak masa kurang lebih 7 tahun lalu sebagai penceramah dan khotib pada mesjid ke mesjid. Apalagi setiap Salat Jumat, beliau dikenal khas dengan berpakaian dinas polisi di atas mimbar masjid sebagai penceramah.
Ustad Wan adalah sapaan masyarakat atau jamaah masjid kepada 'Dai Polres Malteng' ini. Selama berdinas dan menjalankan program pembinaan kamtibmas melalui mimbar masjid, 'Dai Polres Malteng' ini sudah mengunjungi kurang lebih 100 masjid hampir pada seluruh wilayah hukum Polres Maluku Tengah.
Pernah dalam beberapa pertemuan, saya sempat bertanya kepada beliau 'dalam menjalankan program pembinaan kamtibmas melalui mimbar-mimbar masjid ini, apalagi bisa sampai ke daerah-daerah terpencil dan jauh tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit'. Dengan senyuman khasnya, Aipda Irawan menjawab 'rejeki datang dari mana saja asal ikhlas dalam menjalankan tugas apalagi ini kaitannya dengan pembinaan keumatan'.
Program pembinaan kamtibmas melalui mimbar masjid ini selalu berjalan setiap Salat Jumat sampai dengan sekarang ini.
[Daftarkan kandidat penerima Hoegeng Awards 2022 di sini!]
detikcom kemudian menghubungi Abdussamad untuk memvalidasi usulannya tersebut pada Rabu (6/4/2022). Dia mengaku Aipda Irawan adalah teman sekolahnya di bangku SMA.
"Saya pikir perjalanan hidupnya luar biasa dan sampai dengan beliau menyandang status.. ya masyarakat yang memberikan gelar dai itu ke beliau karena menggunakan pakaian dinas setiap khotbah di masjid itu, makannya dibilang dai polres sampai dengan statusnya seperti hari ini tuh sifat dan prilakunya tidak berubah. Jadi memediasi persoalan-persoalan di masyarakat juga lebih enak karena pendekatan itu mimbar-mimbar keagamaan itu dan itu di Maluku Tengah (masyarakat) itu tahu betul," kata Abdussamad kepada detikcom.
Abdussamad menyebut Aipda Irawan telah berkeliling ke masjid-masjid hingga ke kecamatan terjauh di Maluku Tengah. Menurutnya, Aipda Irawan dalam berceramahnya itu tidak pernah terhalang soal biaya. Jika sudah jadwalnya ia berangkat.
Kegiatan ceramah dari Aipda Irawan dinilai berdampak positif bagi kehidupan masyarakat. Berkat kegiatan itu, kehidupan masyarakat di Maluku Tengah disebut jarang muncul konflik.
"Dampak positifnya itu damai ya, jarang sekali ada konflik. Ketika ada konflik, beliau kalau datang itu orang jadi nggak enak, jadi malu hati lalu apa yang disampaikan beliau itu didengar. Pemuda-pemuda itu selalu difasilitasi, selalu diberikan, dukungan moril sehingga tercipta kedamaian, kerukunan umat," ucapnya.
Ingin Redam Citra Negatif Terhadap Polri
Aipda Irawan menjelaskan alasannya fokus melakukan pembinaan masyarakat dengan pendekatan religi. Dia ingin hubungan antara Polri dengan masyarakat dapat terjalin baik lalu berujung agar sesama anak bangsa bisa melakukan kebaikan bersama-sama.
"Memang kami bukan berlatarbelakang pendidikan agama, kami sekolah umum saja. Cuma saya melihat proses pendekatan dilakukan di Maluku Tengah saya menganggap bahwa dari sisi religi masih lebih baik dibandingkan dengan kegiatan lainnya. Sehingga untuk menarik simpati masyarakat, lalu biar masyarakat lebih dekat sama polisi," ujarnya.
Selain itu, Aipda Irawan juga berceramah untuk meminimalkan pandangan negatif masyarakat terhadap Polri, terutama polisi yang bertugas di bidang reserse dan lalu lintas. Saat awal-awal pun ia banyak diragukan oleh masyarakat karena berlatarbelakang dari polisi.
Aipda Irawan menyebut dalam tugas menyiarkan ajaran Islam itu ia sering kali menggunakan uang pribadinya. Tapi, Irawan juga tak ingin dibayar saat ia berceramah keliling masjid-masjid.
"Kalau dukungan dari sisi organisasi baik dukungannya. Tapi kalau dalam bentuk setiap kegiatan dibiayai dari anggaran dinas, ya tidak. Karena kami anggap ini tanggungjawab kami. Jadi tidak perlu dibayarkan atau minta dibayarkan. Tapi ada beberapa kali kami tidak lupa itu ada beberapa kali dari Pak Kapolres, ibu Kapolres itu yang memfasilitasi kami dengan kendaraan dinas, itu hanya beberapa. Selebihnya kita lakukan dengan menggunakan biaya pribadi," ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa dalam setiap ceramahnya selalu menyampaikan imbauan-imbauan terkait kamtibmas. Tak hanya itu, perihal cinta Tanah Air pun Aipda Irawan sampaikan kepada masyarakat.
"Karena latar belakang polisi saya tetap menyampaikan hal-hal yang berkaitan imbauan kamtibmas, terutama cinta tanah air, bagaimana supaya jangan ada paham-paham radikalisme itu bisa masuk. Intinya pada umumnya setiap materi yang disampaikan itu tetap ada penyampaian imbauan kamtibmas kepada masyarakat," pungkasnya.
![]() |
[Daftarkan kandidat penerima Hoegeng Awards 2022 di sini!]
Artikel ini adalah bagian dari rangkaian acara Hoegeng Awards 2022. Polisi yang diceritakan dalam artikel ini merupakan salah seorang yang diusulkan pembaca sebagai kandidat penerima Hoegeng Awards 2022. Pembaca detikcom bisa mengusulkan anggota polisi kandidat penerima Hoegeng Awards 2022 melalui link berikut ini: Hoegeng Awards 2022.
(fas/tor)