Fraksi PAN DPR RI curiga solar bersubsidi langka karena ada penyelewengan. Fraksi PAN mengusulkan beberapa langkah kepada Kementerian Perdagangan untuk mengatasi kelangkaan solar bersubsidi, salah satunya dengan mengatur kriteria yang berhak mendapatkan solar bersubsidi.
Sejumlah usulan tersebut disampaikan Sekretaris Fraksi PAN DPR Eko Hendro Purnomo. Usul pertama adalah menginventarisasi masalah-masalah di lapangan, salah satunya soal dugaan penyelewengan pemakaian.
"Pertama, mulai melihat adanya penyelewengan di lapangan. Industri kan lagi tumbuh, ekonomi mulai bangkit. Di saat harga minyak dunia naik dan di saat yang bersamaan juga permintaan meningkat. Ini membuat ada pergeseran yang biasanya menggunakan solar nonsubsidi menjadi solar subsidi," kata Eko kepada wartawan, Jumat (1/4/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eko menduga ada pihak yang tak berhak justru menggunakan solar bersubsidi. Menurutnya, dugaan itu bisa saja benar karena selisih harga solar nonsubsidi dengan bersubsidi mencapai Rp 7.800.
Karena itu, usul kedua PAN, Kemendag membuat keputusan menteri (kepmen) yang mengatur kriteria pihak mana saja yang berhak mendapat solar bersubsidi.
"Ini tercatat bahwa ada overkuota 5-10 persen sejak awal tahun. Tentu kita perlu curiga, bisa jadi digunakan oleh yang tidak berhak atau di luar ketentuan perpres," ucap Eko.
"Saya sarankan bahwa segera ada petunjuk teknis di lapangan melalui kepmen yang mengatur siapa saja industri hingga kendaraan yang berhak mendapatkan subsidi," imbuhnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Simak juga Video: Detik-detik Penggerebekan Rumah Penimbun 10 Ton Bio Solar Subsidi di Jambi
Sembari menunggu kepmen terbit, PAN menilai pemerintah bisa menjalankan usul ketiga mereka. Usul ketiga PAN adalah penambahan kuota solar bersubsidi.
Eko juga khawatir kelangkaan solar bersubsidi membuat harga sembako naik. Politikus yang lebih dulu terkenal dengan nama Eko Patrio itu mendesak pemerintah segera mencari solusi atas kelangkaan solar bersubsidi.
"Ini, menurut saya, perlu segera dicarikan solusinya bersama dan perlu bergerak cepat karena kita sudah memasuki Ramadan, di mana akan terjadi kenaikan bahan pangan yang tinggi," ujar Eko.
"Saya melihat solar yang langka ini juga akan memberikan pengaruh terhadap kenaikan harga kebutuhan pokok nantinya," imbuhnya.
Seperti diketahui, kelangkaan solar bersubsidi terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia, seperti di Solo, Jawa Tengah. Warga pun mulai mengeluhkan masalah tersebut.
Seperti salah seorang sopir truk di Jawa Tengah, Joko (47). Jokowi mengaku kesulitan mendapatkan solar di sejumlah SPBU. Kalaupun tersedia, lanjutnya, pembelian solar juga dibatasi.
"Sudah mulai sulit sejak beberapa waktu lalu, kalau ada belinya juga dibatasi maksimal hanya Rp 150 ribu saja," terang Joko ditemui detikJateng di SPBU Sekip, Kadipiro, Jumat (1/4).