Ketua DPP PPP Achmad Baidowi khawatir kelangkaan solar bersubsidi berimbas terhadap kenaikan harga sembako. Baidowi menilai rencana pemerintah mengimpor minyak mentah dari Rusia bisa jadi upaya alternatif dalam mengatasi kelangkaan solar bersubsidi.
"Ya ini (kelangkaan solar bersubsidi) memang harus jadi perhatian dari pemerintah. Jangankan di luar Jawa, di Pulau Jawa saja solar subsidi mengalami kelangkaan. Karena memang, berdasarkan pengakuan dari Pertamina, itu antara supply dan demand, itu lebih banyak demand-nya dari pada supply," kata Baidowi kepada wartawan, Jumat (1/4/2022).
Menurut anggota Komisi VI DPR yang bermitra dengan Pertamina itu, kelangkaan solar bersubsidi di Indonesia ada kaitannya dengan kenaikan harga minyak mentah dunia. Yang mana, sebut Baidowi, kenaikan harga minyak mentah dunia merupakan imbas dari perang Rusai dan Ukraina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini juga terkait dengan harga minyak mentah dunia yang mengalami kenaikan akibat dari ketegangan antar Rusia dan Ukraina, sehingga ada rencana dari pemerintah, dari Pertamina, untuk mengimpor minyak dari Rusia sebagai alternatif dari impor yang selama ini dari Timur Tengah," ucap pria yang akrab disapa Awiek itu.
Awiek menilai impor minyak dari Rusia juga dapat mencegah monopoli. Dia berharap pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap kelangkaan solar.
"Sebagai sebuah alternatif saya kira bagus-bagus saja biar tidak terjadi monopoli. Kami harapkan ada prioritas bagi pemerintah untuk menyediakan solar yang subsidi," imbuhnya.
Khawatir Berimbas ke Harga Sembako
Lebih lanjut, Awiek khawatir kelangkaan solar ini berimbas kepada kenaikan harga barang-barang. Salah satunya, dia khawatir harga bahan pokok naik.
"Karena kalau solar subsidi ini langka dan harga di pasaran naik nantinya akan memberikan dampak domino multiplayer efeknya, bisa mengerek naik harga-harga lainnya. Misalkan harga solarnya naik, beban logistik juga naik, sehingga harga jual di masyarakat kebutuhan pokok itu bisa naik, dan ini sangat merugikan masyarakat," tutur dia.
Simak Video: Pertamina Ingin Beli Minyak dari Rusia, Pengamat: Rugi Secara Diplomatik
Awiek juga menyinggung terjadinya penimbunan solar. Dia meminta agar aparat penegak hukum bergerak melakukan penindakan kepada pihak tersebut.
"Memang fakta adanya penimbunan itu juga terjadi, misalkan di beberapa daerah ada truk yang memodifikasi tangkinya bahkan patut diduga mereka dijual ke industri, ini yang juga aparat penegak hukum harus bertindak. Jadi mereka membeli solar dan solar subsidi menggunakan tangki yang dimodifikasi terus sampai keluar ditimbun, dijual lagi ke industri untuk mengambil keuntungan di situ," tutur dia.
Awiek menyayangkan terjadinya penyalahgunaan solar subsidi itu. Dia mengatakan solar subsidi harusnya digunakan bagi kelompok yang berhak.
"Harusnya minyak subsidi ini untuk kalangan orang yang berhak, tetapi ternyata dikeluarkan ke industri, ini kan sangat tidak bagus, dan ini mengorbankan masyarakat," sebutnya.
Kelangkaan solar terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Seperti di Solo, Jawa Tengah, warga mulai mengeluh akan kelangkaan itu.
Salah seorang sopir truk, Joko (47) mengaku sudah kesulitan mendapatkan solar di sejumlah SPBU. Kalau pun tersedia, lanjutnya, pembelian solar juga dibatasi.
"Sudah mulai sulit sejak beberapa waktu lalu, kalau ada belinya juga dibatasi maksimal hanya Rp 150 ribu saja," terang Joko ditemui detikJateng di SPBU Sekip, Kadipiro, Jumat (1/4).