Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, menghadiri acara inaugurasi sekaligus wisuda 1.249 petani milenial Institut Pertanian Bogor (IPB) University. Ridwan Kamil berharap akan semakin banyak petani muda.
"Dari sekian banyak yang mengikuti program Petani Milenial, diwisuda sebanyak 1.249. Kenapa hanya segini? Artinya ada yang berhasil, ada yang tidak berhasil," kata Ridwan Kamil di Auditorium Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Dramaga, Kabupaten Bogor, Kamis (23/3/2022).
"Ada yang menyerah di perjalanan karena urusan akses ke perbankannya tidak memadai, ada yang tidak nyaman kembali ke desa, macam-macam. Tapi 1.249 ini yang berhasil sampai di hari ini membuktikan konsistensinya," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kang Emil, sapaan akrabnya, mengatakan Program Petani Milenial merupakan program bersama antara petani dan pemerintah. Pemerintah memfasilitasi petani usia muda dengan pelatihan, anggaran, lahan, pemasaran, dan lain-lain.
"Program Petani Milenial ini bukan program karpet merah untuk langsung sukses. Tapi program mendaki gunung yang dibersamai oleh pemerintah. Apa kebersamaannya? Melalui pelatihan, anggaran, lahan, pemasaran, dan lain-lain," ungkapnya.
Emil berharap akan lebih banyak petani usia muda yang mengikuti program Petani Milenial. Jadi 70 persen petani yang saat ini masuk kategori lansia bisa digantikan petani muda.
![]() |
"Kami berharap tahun depan dan seterusnya sampai masa depan, kita bisa menghasilkan lebih banyak lagi. Sehingga diharapkan dengan konsistensi, maka usia petani yang saat ini 70 persen sudah pada lansia, bisa digantikan oleh generasi baru petani muda yang di bawah 40 tahun," jelasnya.
Emil menyebut pentingnya teknologi dalam pertanian saat ini. Dia optimistis, dengan penguasaan teknologi, kesejahteraan dari sektor pertanian bisa diraih.
"Petani-petani muda sudah pakai teknologi menyiram tanaman pakai HP, jualannya sudah e-commerce, itu tidak terjadi di generasi orang tua. Makanya saya optimis dengan Petani Milenial, kesejahteraan akan bergeser. Tidak hanya didominasi oleh pekerjaan kota, tapi bisa bergeser di desa asal menguasai teknologi," ungkapnya.
Kekurangan dari program Petani Milenial, misalnya gagal panen, akan terus dievaluasi. Hingga program Petani Milenial menjadi model yang sempurna.
"Semua kekurangan kita evaluasi. Nanti ketemu lagi setiap tahun pasti ada perbaikan jadi model yang sangat sempurna," ujarnya.
Salah satu wisudawan Petani Milenial, Sarimun, menceritakan pengalamannya mengikuti program tersebut. Dia merasa terbantu karena adanya pelatihan dan pemasaran produk dari pemerintah provinsi.
"Adanya pelatihan dari pemerintah provinsi untuk meningkatkan skill kita, sama nanti dicariin juga market kita," kata Sarimun kepada wartawan.
Omzet pria asal Pangandaran tersebut menjadi petani kopi mencapai Rp 50-70 juta per bulan. Dia berharap program Petani Milenial semakin dikembangkan.
"Harapannya Petani Milenial semakin dikembangkan, dan yang sudah tetap dipantau pengembangannya supaya tidak putus. Jadi nggak cuma di tahun ini, tapi ke depannya juga tetap berlanjut," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Rektor IPB University Prof Arif Satria dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyaksikan pengeksporan Kopi Cikajang untuk diekspor ke 8 negara. Kopi Cikajang ini merupakan kolaborasi IPB dengan Pemprov Jawa Barat.
Rektor IPB Arif Satria mengatakan keberhasilan pengembangan Kopi Cikajang ini merupakan buah dari hasil kerja sama antara program One Village One CEO (OVOC) IPB University dengan Petani Milenial Jawa Barat (Jabar) dan PT Astra International Tbk.
"Program kolaborasi ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas produk pertanian di Garut. Kopi ekspor hasil program OVOC dan Petani Milenial merupakan kolaborasi antara Pemprov Jabar, IPB University dan PT Astra. Kerjasama ini telah mendampingi 53 desa di Jabar dengan berbagai komoditi, salah satunya kopi," kata Arif dalam keterangan yang diterima detikcom, Rabu (2/3).
(jbr/hri)