Badan Pendidikan dan Pelatihan (Badiklat) Kejaksaan Agung (Kejagung) menjalin kerja sama dengan aparat penegak hukum Amerika Serikat. Kerja sama ini dilakukan untuk memfasilitasi jaksa Indonesia dalam berpartisipasi di konferensi internasional.
Dalam pertemuan itu, Kabadiklat Tony Spontana turut didampingi Kapusdiklat Teknis Fungsional, Yulianto, beserta pejabat struktural di Pusdiklat DTF. Sedangkan aparat penegak hukum Amerika Serikat diwakili oleh Training Participant Coordinator dari The U.S. Department of State's International Narcotics and Law Enforcement Affairs (INL) Kiersten dengan didampingi dua orang stafnya.
"Memfasilitasi jaksa Indonesia berpartisipasi dalam konferensi internasional di masa yang akan datang," kata Tony dalam keterangannya, Minggu (13/3/2022).
Tak hanya itu, kata Tony, kerja sama ini juga untuk mempersiapkan kompetensi jaksa dalam menangani perkara atau memberi bantuan hukum terkait dengan kejahatan berbahasa Inggris. Selain itu juga untuk mempererat kerja sama yang lebih efektif antara jaksa dengan aparat penegak hukum Amerika Serikat.
"Mempererat kerja sama yang lebih efektif dengan jaksa dan aparat penegak hukum Amerika Serikat dalam memerangi kejahatan seperti narkotika dan perdagangan manusia," lanjutnya.
Tony menerangkan kerja sama pelatihan ini sudah berlangsung sejak 2019. Kata Tony, kerja sama ini akan terus dilanjutkan bagi siswa PPPJ angkatan 79 tahun 2022 yang akan digelar 11 Mei mendatang.
"Kerja sama pelatihan yang sudah dilaksanakan sejak 2019 itu berlangsung dengan lancar dan baik. Pada tahun ini, kerja sama akan tetap dilanjutkan dengan pelatihan yang sama bagi siswa PPPJ angkatan 79 tahun 2022 yang direncanakan dibuka pada tanggal 11 Mei 2022," kata Tony.
Tony mengungkap materi pelatihan bahasa Inggris ini akan lebih memfokuskan terhadap tingkat kecakapan menengah. Dengan begitu, kata Tony, diharapkan para jaksa dapat berkomunikasi lancar dan profesional dengan menggunakan bahasa Inggris.
"Materi pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga pelatihan bahasa Inggris yang lebih fokus untuk jaksa dan meningkatkan kapasitas ke tingkat kecakapan menengah dengan kurikulum yang lebih panjang, tersebar, dan terpisah berdasarkan tingkat kemampuan bahasa Inggris siswa. Dengan rancangan ini, maka para siswa dituntut lebih banyak berkomunikasi dengan lancar dan profesional," tuturnya.