Kawasan Puncak, Bogor, mengalami kemacetan parah pada Minggu (27/2/2022) kemarin. Kemacetan total terjadi hingga 12 jam sampai-sampai kendaraan berhenti dan mematikan mesin.
Kapolres Bogor AKBP Iman Imanuddin menjelaskan beberapa faktor terjadinya kemacetan parah tersebut. Salah satunya karena terjadi peningkatan volume kendaraan.
"Pertama kondisi libur panjang mengakibatkan volume kendaraan berlipat-lipat dari biasanya, roda dua apalagi," ujar AKBP Iman saat dihubungi detikcom, Senin (28/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi kemacetan diperparah karena wisatawan yang meninggalkan kawasan Puncak terjadi di waktu yang bersamaan. Jadi, hal ini mengakibatkan lalu lintas di Puncak macet parah.
"Kedua, bersamaan dengan itu juga, jadi kan itu kan mulai jam 3 sore, kebiasaan orang itu naik sore dan bersamaan itu juga orang check out hotel," imbuhnya.
Di sisi lain, terdapat kendaraan yang mengalami mogok di 2 titik, yakni di Lembah Nyiur dan di Gunung Mas. Hal ini berimbas terjadinya penyempitan kendaraan sehingga menimbulkan macet parah.
"Ndilalah ada mobil di Lembah Nyiur mogok dua mobil dan di tanjakan Gunung Mas itu ada lagi yang mogok itu 6 (kendaraan), akhirnya terjadi penyempitan. Sudahlah jalurnya segitu, mulai terjadi penyempitan. Titiknya beda, jauhan, tetapi dengan begitu membeludak, jadilah macet," jelasanya.
Lalu Lintas Cair Pukul 23.00 WIB
Menurut Iman, kemacetan baru mencair pada pukul 23.00 WIB. Namun, lalu lintas mulai normal pada pukul 01.00 WIB dini hari tadi.
"Sudah mulai one way lancar pukul 23.00 WIB, tapi normal full itu pukul 01.00 WIB," katanya.
Iman menuturkan pihaknya memberlakukan ganjil-genap pada Minggu (27/2) kemarin itu. Namun, petugas juga memberlakukan one way untuk mencairkan kemacetan.
"Dari kemarin sudah dibatasi (keluar-masuk kendaraan ke Puncak), cuma kan itu kan yang berangkat Jumat, Sabtu, keluarnya barengan, jadi numpuk. Berangkat Jumat pulang Minggu, berangkat Sabtu pulang Minggu. Minggu itu dari atas dibikin one way (satu arah ke Jakarta), kalau one way kan gage-nya di-off-kan dulu karena untuk percepat arus," paparnya.
Lalu lintas Senin (28/2) pagi ini, kata Iman, masih normal. Ganjil-genap diberlakukan hari ini.
Simak video 'Macet Parah! Kendaraan di Puncak Tidak Bergerak 12 Jam':
Simak di halaman selanjutnya, kemacetan parah Minggu (27/2) kemarin.
Puncak Macet Parah
Pada akhir pekan kemarin, memang banyak warga yang pergi berlibur ke daerah Puncak karena libur panjang Isra Mikraj. Akibatnya mobil dan motor berjubel di sepanjang jalan baik dari arah Puncak menuju Jakarta ataupun arah sebaliknya.
detikcom, pada Senin (28/2/2022), merangkum cerita warga yang terjebak kemacetan parah di kawasan Puncak. Di antaranya warga bernama Ira dari Cianjur.
Ira menceritakan dirinya dan keluarga terjebak macet di sekitar Gunung Mas, Puncak. Mobil yang dia dan keluarganya tumpangi sudah tidak bisa melaju sejak pukul 17.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB.
"Itu udah nggak jalan sama sekali sampe sekarang. (Mesin mobil) dimatiin semua, motor juga udah gelap juga, macet banget, motor padet, mobil padet. Motor nggak bisa melintas juga, motor naik nggak bisa turun juga nggak bisa udah kekunci," kata Ira saat dihubungi detikcom.
Dia menyebut arus lalu lintas di kawasan Puncak memang sudah mulai tersendat sejak pukul 10.30 WIB siang tadi. Namun, saat itu kendaraan masih bisa berjalan sedikit-sedikit.
"Lewat Puncak Pas maju, setelah Warpat udah mulai tersendat-sendat, terus At-Taawun juga udah mulai berhenti. Dikit lewat At-Taawun itu udah mulai stuck, sempet jalan dari atas itu, mandek di sini udah kekunci," ucapnya.
Abe, pengemudi asal Cianjur mengaku sudah terjebak sejak pukul 13.00 WIB di kawasan Puncak. Kemacetan parah dengan volume kendaraan yang membludak membuat dia yang hendak pergi ke Jakarta masih terjebak di Puncak.
"Dari pukul 13.00 WIB, sampai sekarang pukul 22.30 WIB masih terjebak di Cisarua. Berarti sudah sembilan jam lebih saya terjebak macet Puncak," kata Abe, seperti dikutip dari detikJabar, Senin (28/2/2022).
Menurutnya, arus kendaraan hanya bergerak sekitar 100 meter setiap satu jamnya. Kepadatan yang terjadi di dua ruas jalan membuatnya tidak bisa memutar arah dan terpaksa bertahan di tengah lautan kendaraan di Puncak.