Setelah Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, diguncang gempa bermagnitudo 6,1, muncul video viral yang memperlihatkan lumpur bergerak. Peristiwa itu lantas dikaitkan seperti kejadian likuefaksi pascagempa bumi Palu, Sulawesi Tengah, pada 2018.
Menanggapi hal tersebut, Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menegaskan fenomena di Pasaman merupakan banjir lumpur, bukan likuefaksi atau tanah bergerak.
"Dari temuan fakta hasil kaji cepat dan pemetaan, maka fenomena yang terjadi di Pasaman dipastikan bukanlah likuefaksi. Tetapi, banjir lumpur akibat longsor yang terjadi di hulu," kata Abdul Muhari kepada wartawan, Minggu (27/2/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini sejalan dengan temuan tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Limapuluh Kota, yang memperlihatkan adanya titik-titik longsoran di hulu Talamau. Banjir lumpur inilah yang kemudian menghantam rumah warga.
"Didapatkan dokumentasi visual dari pesawat nirawak atau drone yang secara jelas memperlihatkan ada titik-titik longsoran di hulu Talamau, yang kemudian masuk ke sungai dan terbawa aliran sungai ke hilir dan menghantam beberapa rumah penduduk," jelasnya.
Abdul Muhari mengatakan fenomena di Pasaman justru lebih mirip seperti banjir sedimen di Sigi, Sulawesi Tengah. Ia lantas mengingatkan masyarakat untuk bijak saat menerima informasi yang belum terbukti kebenarannya.
"Kejadian ini lebih mirip dengan sedimen yang terjadi di Sigi akibat luapan bah bercampur pasir dari Sungai Poi yang berasal dari longsoran akibat gempa 2018 Palu. Mengimbau masyarakat agar berpartisipasi meredam kabar yang belum diyakini kebenarannya," jelas Abdul Muhari.
Sebelumnya, viral video berdurasi 29 detik yang memperlihatkan tanah bergerak turun secara cepat di kawasan Nagari Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman Barat.
Beberapa meyakini bahwa fenomena itu merupakan likuefaksi seperti di Palu. Mereka bertambah khawatir usah daerah diguncang 15 kali gempa susulan.