Viral video berdurasi 29 detik yang memperlihatkan tanah bergerak turun secara cepat di Nagari Malampah, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, usai gempa. Bupati Pasaman Barat Hamsuardi pun buka suara terkait peristiwa tersebut.
"Sebenarnya bukan tanah bergerak (likuefaksi) ya, tidak sama dengan kasus yang di Palu. Ini memang akibat gempa terdapat keretakan-keretakan. Keretakan ini mungkin ada yang bertahan lama, ada yang bergerak turun. Jadi ada yang bentuknya berupa tanah saja, itu disebut longsor," papar Hamsuardi saat konferensi pers pada Sabtu 26 Februari kemarin yang ditayangkan YouTube BNPB.
Hamsuardi menjelaskan yang terjadi di Malampah akibat material tanah yang bercampur dengan air. Ditambah curah hujan yang deras masuk ke tanah dan memicu banjir bandang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemudian longsor yang melewati anak-anak sungai ini seperti banjir bandang tercampur air. Seperti yang kalau orang kampung kita (menyebutnya) galodo," katanya.
Hamsuardi mengatakan dia telah mendatangi lokasi yang disebut terjadi likuefaksi itu. Dia memastikan isu likuefaksi di Nagari Malampah tidak benar.
"Jadi saya pastikan saya ke lokasi itu, karena gempa tadi ada keretakan-keretakan ini dalam jangka tertentu bertahan. Lalu ada curah hujan dia turun, itulah seperti tanah bergerak," jelasnya.
Dalam kesempatan berbeda, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Surhayanto menyebut akan mengkaji daerah terdampak gempa. Apabila tanah rawan bergerak kemungkinan relokasi akan dilakukan.
"Jadi BMKG kemarin konferensi pers gempa ini bukan yang pertama sudah ke-9. Nanti akan dikaji, apakah memang di kemudian hari ada gempa yang sama. Kalau itu memang demikian dari sejarahnya yang 9 (kali), tentu kita berpikir untuk relokasi (rumah warga). Kalau tidak direlokasi suatu saat anaknya (warga) yang di situ bisa kena lagi," papar Surhayanto.
Ia pun memberi contoh relokasi di Palu setelah gempa akibat likuefaksi. Warga jadi bisa lebih hati-hati lantaran risikonya berkurang.
"Palu itu likuefaksi kan ambles. Dulu pernah terjadi 30 tahun siklusnya sampai 40 (tahun). Akhirnya sekarang tidak boleh lagi ditempatin di situ, pindah. Tanah yang bekas dibuat monumen supaya warga ingat. Jangan sampai 10, 20 tahun (setelahnya) lupa, dibangun lagi," tutupnya.
Simak Video: Analisa Lengkap BMKG soal Gempa Pasaman Barat