Tunggal Jati Nusantara, Kelompok yang Ritualnya Tewaskan 11 Orang

Tunggal Jati Nusantara, Kelompok yang Ritualnya Tewaskan 11 Orang

Tim detikcom - detikNews
Selasa, 15 Feb 2022 18:42 WIB
Tunggal Jati Nusantara merupakan kelompok yang melakukan ritual di Pantai Payangan, Jember, Jawa Timur. Kegiatan itu merupakan ritual untuk menenangkan diri.
Foto: Dok. Kades Nanda Setiawan
Jakarta -

Tunggal Jati Nusantara merupakan kelompok yang melakukan ritual di Pantai Payangan, Jember, Jawa Timur. Kegiatan itu merupakan ritual untuk menenangkan diri.

Namun, ritual tersebut berujung maut. Tercatat, ada 11 orang kelompok Tunggal Jati Nusantara yang tewas saat melakukan ritual tersebut.

Berikut informasi terkait kelompok Tunggal Jati Nusantara seperti dirangkum dari detikJatim.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tunggal Jati Nusantara Dipimpin Oleh Nur Hasan

Ritual maut yang menimpa kelompok Tunggal Jati Nusantara terjadi pada Minggu (13/2) dini hari. Dalam ritual tersebut, ada 11 orang yang tewas akibat terseret ombak. Sementara belasan lainnya berhasil menyelamatkan diri.

Ritual di pantai Payangan, Jember dipimpin oleh Nur Hasan. Dia merupakan pimpinan tunggal dari kelompok Tunggal Jati Nusantara.

ADVERTISEMENT

Kurang lebih berusia 35 tahun, Nur Hasan bukan lah seorang kiai bahkan ustaz. Dia hanya orang biasa yang masih muda dan menjadi pimpinan tunggal kelompok Tunggal Jati Nusantara.

"Bukan kiai, bukan ustaz. Ya orang biasa, masih muda. Usia kurang lebih 35 tahun. Biasa interaksi dengan masyarakat, ya biasa," ujar Kades Dukuh Mencek Nanda Setiawan kepada wartawan, Selasa (15/2/2022).

Lebih lanjut, Nanda menyebutkan Nur Hasan bukan lah penduduk asli Dusun Botosari. Namun, dia dan keluarga memang sudah lama tinggal di wilayah tersebut.

"Kalo pribumi bukan, pendatang tapi sudah bertahun tahun di sini," papar Nanda.

Tunggal Jati Nusantara Merupakan Perkumpulan Kelompok

Tunggal Jati Nusantara dipimpin oleh Nur Hasan. Dia merupakan guru spiritual yang berhasil selamat dari kejadian tersebut.

Nanda Setiawan mengungkapkan, Tunggal Jati Nusantara awalnya bermula dari Nur Hasan yang menerima pasien untuk berobat. Namun, lama-kelamaan cukup banyak orang yang datang ke rumahnya di Dusun Botosari, Desa Dukuh Mencek, Sukorambi, Jember.

Menurut keterangan Nanda, Tunggal Jati Nusantara sudah terbentuk selama dua tahun. Markasnya pun berada di rumah warga biasa.

"Kalau dikatakan padepokan ya bukan padepokan. Itu rumah warga biasa, tidak ada aulanya seperti padepoan seperti yang dibayangkan orang-orang. Awalnya berobat, orang yang datang ke sana pastilah orang yang susah. Ya mungkin sakit, kesulitan ekonomi, masalah keluarga. Sepengetahuan saya, yang datang ke sana ya orang-orang yang susah," ucap Nanda.

Tunggal Jati Nusantara Punya Ritual Setiap Malam Jumat

Kelompok Tunggal Jati Nusantara punya ritual setiap malam Jumat. Biasanya, kegiatan itu berupa ngaji dan selawatan.

Nanda mengatakan, tak ada tetangga yang protes terhadap ritual yang dilakukan oleh kelompok Tunggal Jati Nusantara. Mereka pun melakukan ritualnya sebulan dua kali.

"(Malam) Jumat Wage apa Jumat Pon gitu. Pokoknya sebulan dua kali. Ya ngaji lah. Karena memang kegiatannya seperti itu ya sudah. Selama masyarakat tidak resah ya sudah," papar Nanda.

Kendati demikian, Nanda mengaku awalnya dia tidak tahu perkumpulan tersebut. Dia baru mengetahui Tunggal Jati Nusantara setelah mengunjungi rumah Nur Hasan tepatnya pasca kejadian tersebut.

"Saya baru tahu tertulis di tembok seperti kaligrafi, pas kami masuk," kata Nanda.

Saat ini, sambung Nanda, rumah Nur Hasan dalam keadaan sepi. Su'ud yang merupakan tetangga sekitar menuturkan, rumah itu sepi lantaran istri Nur Hasan tengah mendampingi suaminya yang sedang dirawat di RSD Soebandi Jember.

BMKG memberi penjelasan kondisi arus laut saat kelompok Tunggal Jati Nusantara tengah melakukan ritual. Simak halaman berikutnya.

Simak Video 'Ritual Laut Berujung Maut di Jember, Pencarian Korban Terakhir Ditemukan':

[Gambas:Video 20detik]



Tunggal Jati Nusantara Tewaskan 11 Orang, Begini Penjelasan BMKG Terhadap Arus Laut

Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono memberi penjelasan terhadap tewasnya 11 orang kelompok Tunggal Jati Nusantara. Dalam dunia sains, kata Daryono, fenomena alam mematikan tersebut dinamai rip current.
Jika dilihat dari morfologi Pantai Payangan yang berbentuk teluk, karakteristik arusnya diduga kuat akibat musibah yang diakibatkan arus rip current.

Waktu kejadian pun bertepatan dengan waktu pasang. Berdasarkan informasi dari BMKG, tinggi gelombang saat kejadian berkisar 2 hingga 2,5 meter.

"Salah satu bentuk bahaya pantai yang berupa teluk adalah adanya rip lcurrent. Definisi rip current ialah arus balik yang terkonsentrasi pada sebuah jalur sempit yang memecah zona empasan gelombang hingga melewati batas zona gelombang pecah," papar Daryono.

Dia menuturkan, rip current terbentuk jika gelombang laut datang dan menghempas garis pantai yang berbentuk teluk atau cekungan. Adanya banyak pantulan muka gelombang yang 'busur telur' akan memunculkan sejumlah arus susr pantai yang bertemu dan memusat di tengah-tengah 'busur teluk'.

"Arus susur yang saling bertemu di pusat busur teluk ini selanjutnya bergabung menimbulkan sebuah arus balik menuju ke tengah laut yang mengumpul pada suatu jalur arus yang sempit hingga melewati batas zone gelombang pecah. Arus ini bergerak dalam energi sangat kuat dengan kecepatan tinggi. Inilah "rip current" yang menjadi biang keladi dari sederet daftar korban meninggal dan orang hilang terseret arus di pantai sejak zaman dahulu," jelasnya.

"Inilah sebabnya mengapa arus ini banyak memakan korban jiwa," sambungnya

Halaman 2 dari 2
(azl/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads