Ketua PDIP Menyoal 'Fatwa Haram' Wayang

Ketua PDIP Menyoal 'Fatwa Haram' Wayang

Tim detikcom - detikNews
Senin, 14 Feb 2022 22:36 WIB
Dalang senior Radiman Dimansyah mempertunjukkan wayang Sampir saat pergelaran budaya di Taman Wisata Pagat, Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, Sabtu (2/10/2021). Pertunjukan wayang Sampir tersebut bertujuan untuk suatu hajat tertentu yang disebut manyampir, merupakan ritual yang dipimpin oleh dalang untuk mengusir roh-roh jahat yang menggangu kehidupan manusia serta menjadi hiburan bagi masyarakat. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/aww.
Ilustrasi penampilan wayang kulit (Foto: ANTARA FOTO/BAYU PRATAMA S)
Jakarta -

Video ceramah Khalid Basalamah yang menyebut wayang haram dalam ajaran Islam menjadi sorotan. Ketua DPP PDIP Said Abdullah mengingatkan Khalid soal cara Wali Songo berdakwah.

"Barangkali Ustad Basamalah kurang membaca riwayat syiar Islam para wali, khususnya Wali Songo di tanah Jawa. Wali Songo menyebarkan Islam di tanah Jawa dengan lembut, menghargai eksistensi kebudayaan Jawa yang memang sudah matang," kata Said kepada wartawan, Senin (14/2/2022).

Dia mengatakan sebelum Islam masuk, masyarakat Pulau Jawa telah memiliki kebudayaan tinggi. Banyak karya agung mulai Candi Borobudur dan Prambanan yang merupakan simbol kerukunan Hindu dan Budha.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita juga mengenal banyak maha karya susastra, seperti Negarakertagama, Pararaton, Sutasoma, Arjunawiwaha, dan lain lain adalah wujud Jawa pra Islam sudah matang sebagai entitas kebudayaan," katanya.

Ketua DPP PDIP Said Abdullah (dok Istimewa)Ketua DPP PDIP Said Abdullah (dok Istimewa)

Dia mengatakan saat Islam masuk ke Nusantara, khususnya Jawa pada abad 11 Masehi, nilai dan sistem perdagangan, politik, kasusastraan, dan lain-lain di Jawa tidak diabaikan.

ADVERTISEMENT

Ketika Kerajaan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa berdiri, para wali menempatkan kebudayaan Jawa di tempat yang tinggi. Dia mengatakan para wali tidak dengan mudah melarang petik laut, sedekah bumi, hingga berbagai kesenian seperti wayang.

"Bahkan Sunan Kalijogo menggunakan wayang kulit untuk mengenalkan Islam kepada masyarakat di Tuban dan sekitarnya. Jika wayang pra Islam tidak mengenai eksistensi Sang Hyang Tunggal, Sunan Kalijogo mengenalkan eksisten Sang Hyang Tunggal dalam kisah pewayangan. Islam menjadi mudah dipahami, tanpa harus mengganggu eksistensi liyan," bebernya.

Dia berharap para pendakwah lebih bijak untuk memahami Islam dengan konteks. Said memberikan harapan kepada sejumlah pihak:

1. Majelis Ulama Indonesia (MUI) terus melakukan pembinaan ke dalam, agar para pendakwah Islam makin bijak dan bajik dalam menyebarkan Islam, khususnya melalui media sosial. Akan lebih baik bila di MUI membentuk komisi etik, yang menjadi ruang tabayun para pihak, sekaligus upaya meningkatkan keluhuran dan kebijaksanaan para ustad. Kita harapkan MUI bisa menghindarkan kedudukan sosial ustad, kiai, dan ulama dari berbagai pelanggaran hukum, khususnya tindakan intoleransi, dan terorisme.

2. Mendorong Kementerian Agama, khususnya Direktorat Jenderal Agama Islam senantiasa melakukan penyempurnaan pendidikan Keislaman di semua jenjang. Terus mengembangkan pendidikan keislaman yang wasathiyah, menghargai eksistensi liyan dengan beragam kulturalnya.

3. MUI, Kemenag, dan BNPT terus melakukan deteksi dini, pembinaan dan pemulihan atas masuknya berbagai ideologi transnasional yang karena keberadaannya justru mengancam eksistensi kita sebagai negara bangsa yang terus berupaya menyempurnakan diri sebagai bangsa.

4. Mengajak berbagai organisasi kemasyarakatan dan keagamaan diseluruh tanah air untuk senantiasa mengedepankan dialog dalam menyikapi segala hal, menghindarkan cara-cara polisional dan kekerasan.

5. Seluruh komandan satuan territorial baik TNI maupun Polri senantiasa melakukan deteksi dini, pencegahan atas segala kemungkinan gangguan keamanan atas berbagai sentimen SARA yang mudah berkembang akibat meluasnya penggunaan media sosial. Dan Khusus untuk jajaran kepolisian dan aparat penegak hukum lainnya untuk senantiasa bisa mengedepankan mediasi antar kelompok, kalaupun harus melangkah ke ranah hukum, kita harapkan menegakkan hukum dengan seadil adilnya, khususnya terkait kasus kasus sensitif yang menyangkut sentimen SARA di tengah tengah masyarakat.

Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

Saksikan Video 'Kontroversi Ceramah Khalid Basalamah soal Wayang':

[Gambas:Video 20detik]



Viral Ceramah Wayang Haram

Sebelumnya, video ceramah Khalid Basalamah yang mengatakan wayang dianggap haram dalam ajaran Islam beredar viral. Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Eks Karesidenan Banyumas, bakal melaporkan Khalid Basalamah ke Bareskrim Polri.

Video ceramah berjudul Wayang Haram yang diunggah oleh akun Yarif.TV di kanal YouTube itu banyak dikomentari oleh netizen. Pantauan detikJateng, video yang diunggah sekitar setahun lalu itu telah ditonton hingga 45 ribu tayangan dengan 2,5 ribu komentar. Namun, saat ini video tersebut tidak bisa diakses.

Dalam video itu Khalid meminta dalang agar bertobat dan wayang bisa dimusnahkan. Hal tersebut dia katakan setelah sebelumnya terdapat pertanyaan dari seseorang yang mengaku menyukai wayang dan bagaimana tobat profesi dalang.

"Kalau masalah taubat ya taubat nasuha kepada Allah SWT dengan tiga syarat yang sudah kita tahu, meninggalkan dosa dosa, menyesal dan janji sama Allah tidak mengulanginya dan kalau dia punya (wayang) mka lebih baik dimusnahkan, dalam arti kata ini lebih baik dihilangkan," kata Khalid Basalamah seperti dikutip detikJateng dari kanal YouTube, Senin (14/2).

Khalid Basalamah menekankan agar tidak keluar dari norma agama, Islam menurutnya harus menjadi budaya bukan sebaliknya.

"Kita tidak akan berbicara dalam ceramah seperti ini bukan menjatuhkan, bukan sama sekali. Tapi kita sudah harus tahu dan sadar kalau kita muslim dan muslim ini dipandu oleh agama. Makanya saya bilang, caranya harusnya Islam dijadikan tradisi dan budaya, jangan kita balik jangan budaya di Islamkan, susah," ucapnya.

Dia menjelaskan jika mengislamkan budaya justru membuat repot. Menurutnya, pertimbangan budaya banyak dan tak ada standar baku untuk dipegang.

"Kalau itu memang peninggalan nenek moyang kita, mungkin kita bisa kenang dulu. Tapi kan bukan itu harus dilakukan, sementara di dalam Islam dilarang, harusnya kita tinggalkan," ucapnya.

Halaman 2 dari 2
(jbr/aik)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads