Napas Rafli Alvis Sattriya tersengal-sengal saat dijumpai tim berbuatbaik.id CTARSA Foundation di Sawahlunto, Sumbar. Sesekali anak umur 8 tahun ini menutupi lubang udara di lehernya itu setiap hendak bersuara. Kata Rafli, jika lubang tidak ditutup, suara dia tidak keluar.
Dengan wajah yang tetap ceria, Rafli, yang pernah mendapat bantuan dari Rumah Asuh, menceritakan kembali awal mula lubang itu menganga di lehernya. Saat menggembalakan sapi milik tetangganya, Rafli ditendang sapi hingga mengenai hidung dan lehernya.
"Awalnya ke sawah pas lagi makan padi, dia tendang juga Rafli hidung sama leher. Sudah 4 bulan lebih tidur cuma 5 menit, 5 menit bangun," kata bocah kelas II SD ini polos kepada tim berbuatbaik.id CTARSA Foundation.
Ibu Rafli, Purmanip, mengatakan, selepas ditendang itu, hidung Rafli mimisan, bahkan saat tidur Rafli mengorok. Melihat kondisi tak wajar anak keduanya itu, Purmanip terus terjaga sepanjang malam. Dia khawatir napas Rafli bisa terhenti sewaktu-waktu.
"Kondisinya pas awal ditendang sapi itu hidungnya mimisan, awalnya mimisannya nggak banyak, cuma nggak ada dibawa ke RS dulu. Beberapa bulan setelah itu parah, malam tidurnya ngorok, kirain memang tidurnya ngorok malamnya, ditungguin biar napasnya nggak lewat. Susah napasnya, harus ditungguin tiap malam," cerita Purmanip.
Namun, karena tak ada biaya, Rafli hanya diobati seadanya, membuat luka di dalam hidung dan tenggorokannya semakin parah. Begitu parahnya hingga Rafli sempat gagal bernapas. Ia bisa menghirup udara, tapi tidak bisa mengeluarkannya. Saat itu dadanya sampai cekung.
Hingga akhirnya, Rafli dinyatakan mengalami infeksi saluran pernapasan dan dioperasi. Kini di leher Rafli ada alat bantu pernapasan berupa lubang. Sebabnya, Rafli bisa bernapas tetapi tidak bisa mengeluarkannya.
Sejak alat bantu pernapasan menempel di lehernya, Rafli terpaksa tidak sekolah dan belajar dari rumah. Alasan pihak sekolah tak lain khawatir, Rafli mengalami sesak napas di sekolah dan terkontaminasi kuman saat bermain dengan teman-temannya.
Orang tua Rafli hanya bisa pasrah, apalagi mereka hidup dari mata pencarian ayahnya sebagai pemecah batu dan ibunya bekerja serabutan untuk membantu ekonomi keluarga.
Beban keluarga ini semakin berat saat di rumahnya kini tinggal sang nenek yang mengalami lumpuh dan harus diurus keperluan sehari-harinya.
"Karena anak-anak ini dan orang tua, kita harus kuat. Dia masih butuh perhatian dan support dari kita," kata Purmanip pasrah.
Tahu orang tuanya begitu bekerja keras, terkadang Rafli dan sang kakak, Farel, memunguti durian yang jatuh di kebun lalu kemudian dijual. Sebagai kakak, Farel sangat berharap adiknya cepat sembuh
#sahabatbaik, jangan biarkan keceriaan Rafli meredup karena infeksi pernapasan ini. Rafli butuh uluran tangan dari sahabat baik yang berhati mulia, karena Rafli akan menjalani terapi dan operasi kembali, sehingga membutuhkan banyak biaya yang tidak ditanggung BPJS Kesehatan. Jadi wujudkan kebaikan hatimu dengan donasi sekarang juga.
Donasi dapat disalurkan lewat berbuatbaik.id CTARSA Foundation dengan klik LINK BERIKUT INI.
Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan.
Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang diikuti, berikut update terkininya.
Jika berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.
Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!
Simak juga 'Pilu Kisah Bayu, Bocah Penjual Buah Demi Sepatu Baru':
(imk/imk)