Survei KedaiKOPI: Capres dari Jawa-Cawapres dari Luar Jawa Banyak Dilirik

Survei KedaiKOPI: Capres dari Jawa-Cawapres dari Luar Jawa Banyak Dilirik

Eva Safitri - detikNews
Rabu, 09 Feb 2022 20:14 WIB
Ilustrasi Pendaftaran Capres-Cawapres (Luthfy Syahban/detikcom)
Foto: Ilustrasi (Luthfy Syahban/detikcom)
Jakarta -

KedaiKOPI merilis survei terkait peluang tokoh dari luar Jawa di pilpres 2024. Hasilnya kombinasi pasangan calon presiden dari Jawa dan calon wakil presiden dari luar Jawa lebih banyak dilirik pemilih dibandingkan capres-cawapres dari Jawa.

Hal itu disampaikan dalam konferensi pers secara daring melalui kanal YouTube Total Politik dan Lembaga Survei KedaiKOPI, Rabu (9/2/2022). Direktur Lembaga Survei KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo mengatakan bahwa 'Survei Peluang dari Luar Jawa' adalah lanjutan dari survei yang diadakan oleh KedaiKOPI pada bulan November 2021 yang mendeteksi 61% pemilih ingin memilih calon presiden dari luar Jawa.

"Ketika dipertajam melalui survei bulan Januari 2022, pemilih masih 50-50 menilai bahwa peluang capres dari luar Jawa besar sedangkan 58,3% mengatakan calon dari luar Jawa berpeluang besar untuk menjadi wakil presiden," kata Kunto.

Kunto mengatakan karena calon pemimpin dari luar Jawa didominasi oleh para gubernur maka Lembaga Survei KedaiKOPI mencoba menanyakan kinerja dari para gubernur yang berpotensi menjadi pemimpin Indonesia di 2024.

"Kami menanyakan terkait kinerja gubernur, Gubernur NTB, Zulkieflimansyah dipersepsi sebagai gubernur di daerah Indonesia Timur yang paling memiliki kinerja baik, mulai dari penanganan COVID-19, pengentasan kemiskinan, pendidikan, dan keamanan," ujarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sedangkan Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi merupakan Gubernur di daerah Indonesia Barat non Pulau Jawa yang dipersepsi punya kinerja yang bagus," lanjut Kunto.

Sedangkan di Pulau Jawa, Anies Baswedan paling unggul. Begitu juga dengan Ganjar Pranowo yang dinilai berkinerja baik sebelum peristiwa 'wadas melawan'.

ADVERTISEMENT

"Di Pulau Jawa, Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta unggul dalam kinerjanya untuk menangani COVID-19, transportasi umum, pendidikan, dan kesehatan," ucapnya.

"Sedangkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, pada survei yang dilakukan sebelum terjadinya peristiwa wadas melawan, dianggap berkinerja baik dalam mengentaskan kemiskinan, menciptakan lapangan kerja, keamanan, dan pencegahan dan pemberantasan korupsi," sambungnya.

Kunto menjelaskan bahwa Zulkieflimansyah sebagai salah satu calon potensial yang berasal dari luar Jawa juga unggul di wilayah Indonesia Timur dengan elektabilitas 42,6%. Sedangkan dari wilayah barat non Jawa nama Edy Rahmayadi mengantongi elektabilitas tertinggi dengan 35,5%.

Sementara, diantara Gubernur di Pulau Jawa, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo membukukan elektabilitas 39,2% disusul dengan Anies Baswedan dengan elektabilitas 33,9%.

Simak selengkapnya di halaman berikut


Dia menambahkan, data dari survei menggambarkan kombinasi capres dari Jawa dan cawapres dari luar Jawa akan lebih banyak didukung oleh pemilih dengan beragam alasan.

"Alasan responden dalam memilih kombinasi tersebut adalah pemerataan pembangunan, keseimbangan kekuasaan, dan memberi kesempatan bagi mereka yang di luar Jawa. Namun kombinasi pasangan dengan capres dari luar Jawa cenderung lebih sedikit didukung oleh pemilih dibandingkan dengan pasangan yang memiliki capres dari Jawa," ucapnya.

Berbicara mengenai media sosial, Kunto menyebutkan dari temuan survei sebanyak 80.7% responden menyatakan bahwa kepala daerah harus memiliki akun media sosial. Namun, kenyataannya lebih dari 80% responden menyatakan bahwa mereka tidak mengikuti akun sosial media kepala daerah manapun.

Terkait seberapa penting calon pemimpin memanfaatkan media sosial, selebriti Ronal Surapradja mengatakan masyarakat cenderung memilih konten media yang positif.

"Masyarakat secara umum akan cenderung 'membeli' konten media sosial para politisi yang tentunya menggambarkan semua sisi positif kehidupannya saja," ujarnya.

Dia juga memberi saran bagi para capres-cawapres bagaimana seharusnya menggunakan media sosial. Menurutnya konten media sosial lebih baik berisi yang memberikan dampak kepada publik.

"Don't use social media to impress people, but to impact people, karena belum tentu mereka yang follow, like, dan comment akan memilih saat pemilihan nanti," ujarnya.


Pernyataan Ronal seakan diamini oleh hasil penelitian disertasi Analis Komunikasi Politik, Hendri Satrio (Hensat). Hensat menegaskan bahwa popularitas di media sosial tidak akan mempengaruhi angka elektabilitas.

"Media sosial itu bukanlah wadah yang tepat untuk menaikkan elektabilitas melainkan hanya dapat meningkatkan popularitas," ucapnya.

Bagi pendakwah, Akmal Sjafril, media sosial selain dapat membuat seseorang menjadi populer, namun juga memiliki dampak negatif yaitu "onar".

"Dari perspektif Islam, pemimpin yang baik adalah yang dicintai oleh rakyatnya dan pemimpin juga mencintai rakyatnya. Dan bagaimana pemimpin bisa dicintai oleh rakyatnya? yaitu dengan cara dikenal. Di sini lah salah satu fungsi positif media sosial, yakni untuk mengenalkan," ujarnya.

Survei Peluang dari Luar Jawa, diselenggarakan pada tanggal 17 - 24 Januari 2022 dengan metode survei Face to Face Interview (Computer Assisted Personal Interviewing). Total ada 1.201 responden yang berada di 34 provinsi dengan Error Sampling sebesar Β± 2.83% pada pada interval kepercayaan 95.0%.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads