Jejak 5 Tahun Bebaskan Buaya 'Legendaris' Berkalung Ban di Palu

Jejak 5 Tahun Bebaskan Buaya 'Legendaris' Berkalung Ban di Palu

Tim detikcom - detikNews
Selasa, 08 Feb 2022 13:08 WIB
Warga tangkap buaya berkalung ban di Kota Palu, Sulteng (Dok. Istimewa)
Warga menangkap buaya berkalung ban di Kota Palu, Sulteng. (Dok. Istimewa)
Palu -

Ban yang membelit leher buaya di Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), akhirnya dilepaskan. Lima 5 tahun lebih ban itu melingkar di leher buaya.

Ialah Hili, warga Palu yang dikenal sebagai penyayang fatwa yang berhasil menangkap dan memotong ban di leher buaya muara tersebut.

Hili tentu tak sendiri, dia dibantu sejumlah warga lainnya menangkap sang buaya saat muncul di sisi kiri Jembatan Tiga Palu, Jalan I Gusti Ngurah Rai, Kota Palu, Sulteng, sekitar pukul 20.00 Wita, Senin (7/2/2022) malam tadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam video yang viral, tampak warga berkerumun menyaksikan proses pemotongan ban yang melilit di leher buaya malang itu selama bertahun-tahun. Setelah ban itu berhasil dilepas, tim BKSDA turun tangan mengevakuasi buaya tersebut.

"Hari ini warga di sini berhasil melakukannya (membebaskan buaya dari ban melilit di leher), mungkin karena sudah terbiasa karena saya sendiri Kepala BKSDA takut saya, aduh tapi masyarakat sini mereka bisa," kata Kepala BKSDA Sulteng Haruna, Senin (7/2).

ADVERTISEMENT

Kini buaya itu masih dalam penanganan BKSDA Sulteng. Pihak BKSDA hendak memastikan buaya itu tak terluka sebelum dilepasliarkan atau dirawat pihaknya.

"Kita mau cek dulu apakah terluka atau tidak, kita mau ukur dulu," katanya.

Awal Kisah Buaya Berkalung Ban di 2016

Dalam catatan detikcom, buaya berkalung ban itu sudah menjadi pemberitaan sejak 2016 lalu. Kisah buaya berukuran jumbo ini menjadi sorotan karena banyak banyak pihak yang iba terhadapnya.

Buaya ini juga kerap cari perhatian. Dia sering berjemur aliran air yang berada di bawah jembatan Palu. Warga juga sering ramai-ramai menonton reptil tersebut.

Seperti pada Jumat, 17 Februari 2017, saat tim detikcom tengah menumpangi mobil melewati Jembatan Palu IV yang terletak di sekitar Teluk Talise, Iwan yang mendampingi tim detikcom langsung berteriak, "Itu pasti ada buaya di bawah jembatan. Coba kita cek nanti."

Iwan mengatakan itu karena melihat sejumlah pengendara sepeda motor dan mobil berhenti di jembatan. Pengguna jalan menjulurkan kepala dan menunjuk sesuatu ke arah laut. Lalu lintas sedikit tersendat.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Simak Video: Buaya 'Legendaris' Berkalung Ban di Palu Sulteng Akhirnya Ditangkap!

[Gambas:Video 20detik]




Tim detikcom yang melintasi jembatan lalu berputar melewati jalan di bawah jembatan. Di lokasi itu, beberapa anak dan pria dewasa, seperti warga yang berada di atas jembatan, menatap pantai dan muara sungai. Telunjuk mereka mengarah ke kejauhan. Benar kata Iwan, ada buaya. Panjangnya 3-4 meter. Di lehernya ada ban motor.

"Nggak tahu itu kenapa di lehernya ada ban. Sudah lama seperti itu, sudah setahun lah," kata Iwan dengan logat khas Indonesia timur.

Tak ada yang berupaya menolong buaya tersebut. Tepatnya, tak ada yang berani mendekat dan melepas ban dari leher sang buaya. Padahal, konon, hewan bernama Latin Crocodylus porosus itu tidak menyerang manusia.

"Ketemu manusia, dia (buaya) lari. Misalnya ada nelayan mancing dengan masuk ke sungai atau laut, dia justru tak berani muncul dan nggak nyerang," jelas pria yang berstatus sebagai abdi negara ini.

"Dulu sempat ada petugas BKSDA atau SAR gitu yang menembak bius untuk melepas ban di leher buaya, tapi biusnya tidak mempan," tambah Iwan.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Sederet Upaya Menolong Buaya Berkalung Ban di 2018

Pada 2018, BKSDA Sulteng dibantu BKSDA NTT melakukan berbagai upaya untuk membebaskan buaya itu dari ban melilit di leher.

"Tim gabungan BKSDA Sulteng dan BBKSDA NTT sejak tanggal 2-10 Februari 2018 berupaya melakukan evakuasi buaya berkalung ban yang sering muncul di sungai palu dan teluk palu," kata Dirjen KSDAE KLHK Wiratno dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom, Senin, 12 Februari 2018.

Tim gabungan ini dinamakan Satgas Buaya BKSDA Sulteng dengan jumlah personel 18 orang. Pencarian dilakukan pagi hingga malam hari dengan menggunakan perahu, speedboat atau berjalan kaki.

"Namun target (buaya) tidak muncul (tidak terlihat)," ujar Wiratno.

Pada 6 Februari 2018, buaya sempat muncul di area teluk, namun lagi-lagi tim menemui kegagalan. Upaya penangkapan juga dilakukan pada 7 Februari 2018 saat buaya kembali terlihat.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

BKSDA Sulteng Gelar Sayembara Selamatkan Buaya Berkalung Ban di 2020

Berbagai upaya yang tak kunjung membuahkan hasil membuat BKSDA Sulteng pada Januari 2020 menggelar sayembara untuk membebaskan buaya liar itu dari ban bekas sepeda motor yang melilit lehernya.

"Sayembara ini dimaksudkan untuk mengeluarkan ban bekas yang terlilit di leher buaya," kata Kepala BKSDA Sulawesi Tengah Hasmuni Hasmar dikutip Antara di Palu, pada Selasa, 28 Januari 2020..

"Jika ada masyarakat berhasil melepas ban bekas di leher buaya itu, kami akan berikan imbalan," kata Hasmar tanpa menyebut bentuk dan nilai imbalan yang akan diberikan.

Dia menjelaskan BKSDA menggelar sayembara tersebut karena tidak punya cukup personel untuk menemukan buaya liar yang terlilit ban di sepanjang aliran sungai.

Menurut dia, sejumlah pemerhati satwa liar sebelumnya sudah berupaya menolong buaya yang lehernya terlilit ban bekas tersebut, termasuk Muhammad Panji alias Panji Petualang, pada awal Januari 2018. Namun upaya tersebut belum membuahkan hasil.

"Kami juga beberapa waktu lalu bekerja sama dengan NGO asal Australia namun upaya mereka menyelamatkan buaya itu gagal," katanya sambil menambahkan organisasi itu sudah dua kali berupaya menolong si buaya yang terlilit ban bekas.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Tak Ada Pendaftar Sayembara Selamatkan Buaya Berkalung Ban

Meski sudah ada sayembara dengan janji imbalan hadiah, namun pada 2020 tidak ada warga yang mendaftar untuk menyelamatkan buaya berkalung ban.

"Belum ada yang mendaftar setelah pengumuman sayembara disampaikan. Namun sejumlah kalangan merespons dengan baik apabila dilakukan penembakan bius terhadap buaya berkalung ban itu, mengingat ukuran badannya yang semakin hari semakin besar, sehingga terjepit pada bagian leher. Dan itu sangat berbahaya," ungkap Kepala BKSDA Sulteng Hasmuni Hasmar kepada detikcom, Minggu, 2 Februari 2020.

Penyelamatan menggunakan tembak bius membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Nantinya, jika upaya ini berhasil, pihaknya akan membawa buaya tersebut ke kandang karantina untuk menjalani sejumlah perawatan karena, berdasarkan pantauan, ban itu telah melukai leher buaya.

Sejumlah tim sudah dibentuk untuk memantau pergerakan buaya tersebut di sepanjang aliran sungai Palu. Papan informasi call center juga dipasang di bantaran sungai untuk memudahkan petugas mengetahui lokasi buaya.

"Kami berharap keterlibatan semua pihak untuk menyelamatkan buaya tersebut. Kami sengaja memasang papan informasi call center di sejumlah titik, sehingga apabila ada masyarakat yang melihat keberadaan buaya tersebut segera menghubungi tim yang sudah dibentuk," ucapnya.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Pemerhati Reptil Australia Turun Tangan Selamatkan Buaya Berkalung Ban

Matt Wright, pemerhati reptil dari Australia, resmi tergabung dalam satuan tugas (satgas) penanganan buaya berkalung ban di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), pada 2020. Peralatan dan strategi penyelamatan buaya muara tersebut kini telah dipersiapkan, namun tetap tak membuahkan hasil.

"Matt Wright bersama rekannya, Chris Wilson, yang juga pemerhati reptil asal Australia, resmi bergabung dalam satgas," ungkap Ketua Tim Satgas I Haruna kepada wartawan di Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Sulteng, Jalan Moh Yamin, Palu, Senin, 10 Februari 2020.

Keputusan ini ada dalam surat yang diterbitkan Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) kepada Kepala BKSDA Sulteng bernomor S.110/KKH/MJ/KSA.2/02/2020 tertanggal 10 Februari 2020. Matt Wright, yang juga presenter National Geographic Wild, saat itu ada di bawah koordinasi Kepala BKSDA Sulteng Hasmuni.

Diketahui, Matt Wright bersama tim melakukan observasi di sarang buaya yang terlilit ban sepeda motor pada Minggu, 9 Februari, di Muara Sungai Palu.

Namun, pada 17 Februari 2020, itu tim dari Australia dipastikan gagal menyelamatkan buaya berkalung ban itu.

"Beliau sudah balik jam 16.00 WIB. Beliau balik ke Australia karena sudah lama mencari satwa liar itu," kata Haruna.

Halaman 2 dari 6
(nvl/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads