Kasus COVID-19 di Bali melonjak drastis hingga 9.887 kasus pada Minggu (7/2/2022) lalu. Wakil Gubernur (Wagub) Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) menyebut lonjakan kasus itu terjadi karena COVID varian Omicron.
"Pasti (disebabkan) Omicron," kata Cok Ace kepada wartawan seusai rapat paripurna di DPRD Bali, Senin (7/2).
Untuk diketahui, berdasarkan data Satgas COVID-19 Provinsi Bali, per Minggu (6/2) kemarin, terdapat penambahan kasus positif sebanyak 1.918 kasus. Kemudian sembuh sebanyak 96 orang dan meninggal 7 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun kasus aktifnya ialah sebanyak 9.887 orang. Kasus aktif ini berada di rumah sakit rujukan 954 orang (9,65%), di isolasi terpusat 1551 orang (15,69%), dan isolasi mandiri 7.382 orang (74,66%)
Menurut Cok Ace, sebelumnya sudah disampaikan bahwa varian Omicron mempunyai karakter yang begitu cepat dalam penularan. Hanya saja, daya sakit dan fatalitas yang ditimbulkan tidak terlalu tinggi.
Meski telah menyatakan peningkatan kasus COVID-19 di Bali gegara varian Omicron, Cok Ace mengaku belum mempunyai data spesifik. Namun yang pasti, tambahan harian kasus COVID-19 sudah sempat menyentuh hingga 2.000 kasus.
"Secara spesifik (data khusus Omicron) tidak ada. Cuma laporan hariannya kan kemarin sudah turun (menjadi) 1.900 (kasus) yang dalam sehari sebelumnya 2.000 (kasus) lebih. Itu sebagian besar memang Omicron," tegasnya.
Cok Ace menegaskan, kemunculan kasus COVID-19 di Bali ini terdiri atas beberapa klaster. Penyumbang yang cukup besar adalah pada klaster kompetisi sepakbola dan klaster sekolah.
"(Klaster) itu cukup banyak kemarin menyumbang sekitar 160 sampai 170-an. Sekarang sudah terjadi penularan lokal di sini," ungkap Panglingsir Puri Ubud, Gianyar, Bali itu.
Karena itu, kata Cok Ace, pihaknya nanti kemungkinan akan melakukan beberapa kebijakan guna menyikapi lonjakan kasus tersebut. Saat ini, pembelajaran tatap muka (PTM) sudah ditutup sementara guna menyikapi munculnya klaster sekolah.
"Mungkin nanti akan dilakukan dengan beberapa kebijakan-kebijakan antara lain kan masalah sekolah kan sudah tidak bisa lagi sekolah, untuk tatap muka langsung sudah dihentikan sementara," tuturnya.
Namun, dari berbagai klaster tersebut, klaster kerumunan menjadi penyumbang kasus COVID-19 paling banyak. Oleh karena itu, pihaknya bakal melakukan atensi atau penertiban kepada masyarakat yang berkerumun
"Untuk kerumunan, iya, nanti akan mengarah ke sana, akan ada penertiban walaupun tidak seperti dulu pada zamannya Delta, tapi tetap kita masih mengatensi bahwa prokes itu perlu dilakukan," terangnya.
Menurut Cok Ace, selama ini ada persepsi bahwa varian Omicron tidak terlalu berbahaya. Hal itu membuat masyarakat menjadi cenderung abai terhadap protokol kesehatan.
"Ini kan adanya persepsi selama ini bahwa Omicron ini tidak bahaya tidak perlu panik akhirnya membuat kita abai semua," ungkapnya.
Di sisi lain, Cok Ace menegaskan bahwa mereka yang terjangkit COVID-19 tidak terlalu berat dilakukan isolasi secara terpusat. Tempat isolasi terpusat sudah mulai disiapkan oleh pemerintah kabupaten/kota se-Bali.
"Pemerintah sudah beri atensi lagi untuk melakukan isolasi terpusat di beberapa tempat. Laporan dari teman-teman kabupaten sudah siap, untuk menghindari jangan lagi ada isolasi mandiri. Terutama kalau mereka tidak mempunyai tempat tempat isolasi walaupun gejala ringan," kata dia.
"Nah kita arahkan sekarang (isolasi) terpusat. Sebab kita menghindari jangan sampai ke rumah sakit kalau tidak genting sekali, untuk menekan jangan sampai BOR kita khususnya BOR ICU jangan sampai itu terpenuhi oleh gejala-gejala ringan," papar Cok Ace.
(nvl/nvl)