Luhut Bilang 'It Works'
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga pernah bicara soal Ivermectin sebagai 'obat' Corona. Dia mengatakan Ivermectin terbukti bekerja.
"Delapan bulan lalu Ivermectin itu saya bicara pertama sama Dokter Fatimah kepala rumah sakit BUMN di gelombang pertama dulu. Kalau kita pakai Ivermectin, karena Presiden Trump umumkan di White House. Kita coba aja deh untuk yang ringan-ringan cobain aja. It works," katanya dalam tayangan video milik akun YouTube Deddy Corbuzier, dikutip Rabu (7/7/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luhut mengatakan dirinya telah memerintahkan Menteri BUMN Erick Thohir agar Ivermectin diberikan kepada orang yang bergejala ringan. Luhut mengatakan apa yang dilakukan pemerintah merupakan untuk rakyat. Dia menyebut kondisi saat itu darurat. Menurutnya, ada bukti obat tersebut berguna untuk pasien Corona.
"Ini kan darurat untuk kepentingan rakyat. Kita lakuin aja, dokter Fatima bilang 'pak kita sudah buktiin' it works ya hajar aja. Kirim aja untuk yang ringan-ringan aja, nggak pernah ada korbannya gara-gara itu kok," lanjutnya.
Moeldoko Bagi-bagi Ivermectin
Ketua Umum HKTI yang juga Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengaku mengirimkan Ivermectin ke Kudus. Moeldoko meminta masyarakat terus waspada.
Ivermectin itu dikirimkan Moeldoko ke tiga kecamatan yang dianggap paling berat situasinya, yaitu Kecamatan Jati, Kecamatan Kota, dan Kecamatan Mejobo. Ivermectin gratis itu dibagikan kepada warga yang sedang dirawat di rumah sakit atau yang sedang isolasi mandiri.
"Keadaan darurat ini seperti rumah yang terbakar baru depannya saja jangan sampai kita tunggu api melahap seluruh rumah baru kita berbuat sesuatu karena akan sangat terlambat. Demikian pula kejadian kasus COVID-19 di Kudus yang telah menjadi zona hitam dan dengan cepat menyebar ke kota-kota lainnya. Juga dengan adanya perkiraan dari Kemenkes akan adanya kenaikan kasus COVID-19 eksponensial di akhir Juni yang akan mencapai 50.000 sampai 100.000 kasus per hari, kita sudah harus waspada dan bersiap diri mengatasinya," kata Moeldoko dalam keterangan tertulis, Senin (7/6/2021).
Moeldoko kemudian bercerita soal India yang berupaya keluar dari krisis COVID-19 dengan cara membagikan Ivermectin secara massal. Dia mengklaim obat tersebut ampuh menurunkan kasus COVID-19 di india.
"Maka saya berinisiatif untuk membagikan obat yang sama ini di tiga kecamatan di Kudus yang paling parah keadaannya," ujae Moeldoko.
Dia berharap hasil data ilmiah sudah bisa didapatkan dalam 10 hari ke depan untuk dijadikan bahan pertimbangan. Moeldoko berharap bencana COVID yang melanda Indonesia segera selesai.
Moeldoko kemudian menjelaskan alasannya mengirim Ivermectin yang merupakan obat cacing ke berbagai daerah. Moeldoko mengklaim obat tersebut terbukti manjur dalam penyembuhan COVID-19 di berbagai negara.
"Saya selaku ketua HKTI, sungguh sangat mendukung program edukasi hari ini, untuk mengenalkan lebih dekat atau berkenalan lebih dekat tentang Ivermectin sebagai salah satu obat yang telah terbukti efektif di dalam penyembuhan COVID-19 di berbagai negara. Walaupun kita tahu semuanya Ivermectin digunakan untuk obat cacing," kata ujar Moeldoko dalam sebuah webinar, Senin (28/6/2021).
Moeldoko mengatakan ada 33 negara di dunia sudah menggunakan Ivermectin dalam menangani COVID-19. Data itu disitir Moeldoko dari FLCCC (Front Line Covid-19 Critical Care).
"Menurut FLCCC alliance, sudah ada 33 negara yg menggunakan Ivermectin dalam mengatasi COVID-19, antara lain Brasil, Zimbabwe, Jepang, dan India. Berdasarkan American Journal of Therapeutics, ada penelitian yang melibatkan 3.406 partisipan yang terbagi menjadi 15 uji klinis, terbukti atau membuktikan bahwa Ivermectin dapat mengatasi COVID sebesar 95 persen. Berikutnya ada juga hasil penelitian dari dari BIRD Group yang melibatkan 24 uji klinis dari 15 negara dan 3.406 partisipan menunjukkan menekan tingkat kematian pasien COVID," ujar dia.
"Selain itu, juga tercatat 15 negara sudah berhasil melawan COVID dengan menggunakan Ivermectin. Peru, Meksiko, Slovakia adalah negara yang turut berhasil menekan jumlah penderita COVID-19 dengan penggunaan Ivermectin," sambung Moeldoko.
Moeldoko mengaku berani mendistribusikan Ivermectin ke sejumlah daerah atas pertimbangan yang kondisi di negara lain. Menurut dia, situasi krisis pandemi Corona mengharuskan setiap orang membuat pilihan yang bijak.
Aksi Moeldoko itu kemudian disorot oleh Indonesia Corruption Watch (ICW). Nama Moeldoko disebut dalam temuan ICW yang dipublikasikan dalam artikel 'Polemik Ivermectin: Berburu Rente di Tengah Krisis' yang diunggah di situs resminya.
"Hasil penelusuran Indonesia Corruption Watch (ICW) menemukan dugaan keterkaitan anggota partai politik, pejabat publik, dan pebisnis dalam penggunaan obat Ivermectin untuk menanggulangi COVID-19. Polemik Ivermectin menunjukkan bagaimana krisis dimanfaatkan oleh segelintir pihak untuk mendapat keuntungan," demikian tulis ICW mengawali penjelasannya.
ICW mengaku menemukan potensi rent-seeking dari produksi dan distribusi Ivermectin. Praktik itu, menurut ICW, diduga dilakukan oleh sejumlah pihak untuk memperkaya diri sendiri dengan memanfaatkan krisis kesehatan.
"ICW ikut menemukan indikasi keterlibatan anggota partai politik dan pejabat publik dalam distribusi Ivermectin," ujarnya.
Salah satu yang disebut adalah Moeldoko. ICW juga memaparkan kedekatan Moeldoko dengan sejumlah pihak di perusahaan produsen Ivermectin, PT Harsen Laboratories.
ICW menyebut perusahaan ini dimiliki oleh pasangan suami-istri, Haryoseno dan Runi Adianti. ICW lalu memberi penjelasan dari salah satu nama yang terafiliasi dengan PT Harsen Laboratories, Sofia Koswara.
"Ia adalah Wakil Presiden PT Harsen dan mantan CEO dari B-Channel. Sofia Koswara juga menjabat sebagai Chairwoman Front Line Covid-19 Critical Care (FLCCC) di Indonesia. Adapun warga Indonesia lainnya yang berada di FLCCC adalah Budhi Antariksa, bagian dari Tim Dokter Presiden, serta dokter paru-paru di Rumah Sakit Umum Persahabatan dan pengajar plumnologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Budhi juga merupakan ketua tim uji klinis Ivermectin di Indonesia," tulis ICW.
Menurut ICW, Sofia dan Haryoseno memiliki kedekatan dengan Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko. ICW juga memaparkan dari mana mereka bisa dekat.
"Keterlibatan pejabat publik diindikasikan melalui kedekatan antara Sofia Koswara dan Haryoseno dengan Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan sekaligus Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Sejak 2019, PT Noorpay Nusantara Perkasa, perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh Sofia Koswara, menjalin hubungan kerja sama dengan HKTI terkait program pelatihan petani di Thailand. Pada awal Juni lalu, Ivermectin didistribusikan ke Kabupaten Kudus melalui HKTI. Selain itu, anak Moeldoko, Joanina Rachman, merupakan pemegang saham mayoritas di PT Noorpay Nusantara Perkasa," tulis ICW.
Moeldoko telah menepis tuduhan tersebut. Moeldoko juga mengambil langkah hukum terhadap ICW, yakni melaporkan dua peneliti ICW ke Polisi.
Simak video 'Corona Mengganas, Level PPKM 5 Daerah Ini Berubah?':
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.