Wakil Ketua MPR Ajak Anak Muda Ingat Peran M. Natsir

Wakil Ketua MPR Ajak Anak Muda Ingat Peran M. Natsir

Dea Duta Aulia - detikNews
Jumat, 04 Feb 2022 22:39 WIB
Hidayat Nur Wahid
Foto: dok. MPR RI
Jakarta -

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Hidayat Nur Wahid mengajak Pengurus Pusat Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (HIMA PERSIS) meneladani tokoh besar PERSIS, M Natsir. Khususnya dalam menjaga, menyelamatkan dan mensukseskan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

"Melalui Mosi Integral, 3 April 1950, di depan sidang DPR RIS, Buya M. Natsir menyelamatkan cita-cita Indonesia Merdeka menjadi NKRI, karena sebelumnya sudah dipecah Belanda menjadi RIS (Republik Indonesia Serikat). Pak Natsir memperjuangkan untuk kembali kepada cita-cita awal Indonesia Merdeka. Yaitu, menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan, pada saat Pak Natsir menjadi Perdana Menteri (1950) I di era NKRI jugalah Republik Indonesia resmi diterima menjadi negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa secara penuh. Sehingga Republik Indonesia diterima secara resmi oleh masyarakat dunia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, seperti negara-negara merdeka lainnya," ujarnya dalam keterangan, Jumat (4/2/2022). '

Menurut Hidayat, fakta sejarah tersebut perlu diingat dan tidak boleh dilupakan oleh generasi muda Indonesia khususnya para anggota PERSIS. Pasalnya, M Natsir merupakan salah satu pemimpin Partai Islam Masyumi juga Wakil Ketua Umum PERSIS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Para tokoh itu memberi contoh sukses menjaga terlaksananya tujuan kemerdekaan Indonesia, dengan menyatukan Indonesia kembali dalam NKRI. Serta membuktikan bahwa kelompok Islam baik organisasi politik maupun ormasnya selalu bisa berkontribusi dan berkolaborasi dengan seluruh warga bangsa. Sekalipun dari latar belakang yang berbeda-beda, untuk terlaksananya cita-cita Indonesia Merdeka, menjadi NKRI. Bersama TNI menyelamatkan RI dari kudeta ideologis yang dilakukan oleh PKI, tahun 1948 dan 1965. Mereka membuktikan bahwa Umat Islam termasuk generasi muda serta simbol-simbol yang menyertainya seperti masjid dan pesantren sangat berjasa bagi eksistensi NKRI. Mereka bukanlah radikalis, intoleran, atau teroris anti NKRI, sebagaimana yang sering diwacanakan dan dituduhkan belakangan ini," ungkapnya.

Pria yang akrab disapa HNW berharap agar generasi muda Islam bisa menjawab dengan karya nyata bahwa ada kesalahan dari framing negatif terkait radikalisme, terorisme, dan intoleran. Hal ini tentu menjadi tantangan yang mesti diselesaikan oleh generasi muda muslim. Supaya bisa menunjukan bahwa muslim sangat menjunjung sikap toleran, tidak radikal, dan tidak meneror.

ADVERTISEMENT

"Bahkan, sangat moderat dan diterima oleh seluruh kekuatan politik dan militer. Sangat mencintai dan berjasa untuk negaranya. Sehingga selamat kembali pada cita-cita awal kemerdekaan Indonesia menjadi NKRI. Bahkan diakui oleh lembaga internasional PBB sebagai anggota penuh," katanya.

Menurutnya, framing kelompok Islam dengan radikalisme, terorisme dan sikap intoleran yang saat ini dikembangkan serta dituduhkan bertentangan dengan jasa besar M Natsir, tokoh Partai dan Ormas Islam. Hal itu juga bertentangan dengan ajaran Islam.

"Dengan begitu HIMA Persis bisa berkontribusi positif untuk bangsa dan negara. Seperti yang dicontohkan oleh M Natsir. Melalui berbagai kreasi, kolaborasi dan kegiatan yang solutif, visioner dan bermanfaat untuk maju jayanya bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia," jelasnya.

Hidayat mengungkapkan, dirinya terus berupaya untuk memperjuangkan Mosi Integral yang disampaikan oleh M Natsir pada 3 April 1950 lalu.

"Ini sangat penting bukan hanya untuk Persis, organisasi asal Pak Natsir, tetapi juga bagi bangsa dan negara, dan eksistensi NKRI di tengah berbagai rongrongan yang bisa memecah NKRI. Seperti separatisme dan adu domba dengan pembelahan di tengah masyarakat," katanya.

Menurutnya, apabila M Natsir beserta tokoh Islam lainnya tidak meneriakkan Mosi Integral mungkin slogan 'NKRI Harga Mati' tidak akan pernah ada.

"Padahal, apabila Pak Natsir, tokoh Partai Islam dan umat Islam waktu itu tidak menyampaikan mosi integralnya agar menjadi NKRI, mungkin teriakan NKRI harga mati tidak akan ada sekarang ini, karena Indonesia sudah diubah menjadi RIS, dan waktu itu NKRI sudah dikubur oleh penjajah Belanda. Atau sekarang entah bagaimana nasib Republik Indonesia, mungkin malah sudah berantakan karena terpecah belah akibat berlanjutnya Republik Indonesia Serikat (RIS) yang sebagian negara bagiannya adalah boneka mainan penjajah Belanda. Dengan Mosi Integral M Natsirlah, Indonesia selamat menjadi NKRI dan generasi sekarang bisa meneriakkan slogan: NKRI Harga Mati!" katanya.

Ia juga mengajak agar generasi muda tidak melupakan fakta sejarah ini supaya mampu meningkatkan rasa nasionalisme dalam diri setiap orang.

"Fakta sejarah ini seharusnya tidak dilupakan apalagi dihilangkan dari memori ingatan bangsa Indonesia. Seharusnya diingat dan diperingati, salah satunya dengan menjadikan tanggal 3 April sebagai Hari Nasional Hari NKRI," tutupnya.

(ega/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads