Sejarawan Indonesia, Bonnie Triyana, dilaporkan Federasi Hindia Belanda (FIN) ke pihak kepolisian Belanda. Bonnie Triyana dilaporkan perkara istilah 'Bersiap' hingga memicu polemik di parlemen Belanda.
Seperti dilansir dari laman resminya, Senin (24/1), FIN adalah organisasi dan berita independen Hindia Belanda. FIN memiliki minat pada isu-isu Hindia Belanda.
Adapun organisasi memiliki beberapa misi, yaitu:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
(1) melindungi dan memajukan warisan sejarah dan budaya Hindia Belanda;
(2) memperkuat pengetahuan sejarah seputar bekas Hindia Belanda dan;
(3) mewakili kepentingan Hindia Belanda, dimanapun di dunia.
Bonnie Triyana membenarkan soal laporan dari FIN ini. Bonnie dilaporkan karena artikelnya soal penolakannya pada istilah 'Bersiap'.
"(Benar) Kan sudah ramai diberitakan," ujar Bonnie kepada detikcom.
Bonnie juga mengatakan pihaknya sudah mendapatkan bantuan dari pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Belanda. Pihaknya tengah mengikuti proses hukum ini.
"Semua membantu," lanjut Bonnie.
Lihat juga video 'Sejarawan Sebut Tak Ada Ikrar Sumpah Pemuda 1928':
Perkara yang Dilaporkan FIN
Kontroversi 'Periode Bersiap' dimulai saat sikap Bonnie yang menghapus istilah 'Bersiap' dan muncul dalam pameran Revolusi! Indonesia Merdeka di Rijksmuseum. Bonnie sendiri merupakan kurator tamu di Rijksmuseum.
Tulisan Bonnie yang bikin geger itu tayang di surat kabar lokal NRC dengan judul 'Schrap de term Bersiap want die is racistisch' pada 10 Januari 2022. Dalam tulisannya, Bonnie mengatakan istilah 'Bersiap' itu perlu dihapus karena rasis.
Istilah 'Bersiap' di Belanda sendiri umum diketahui sebagai sejarah kekerasan anti-kolonial orang Indonesia pada periode 1945-1950.
Namun, oleh Bonnie, istilah ini justru dipakai pejuang Indonesia sebagai aba-aba perang untuk menyerang orang Belanda yang baru tiba di Kamp Jepang. Di kalangan masyarakat Indonesia sendiri, Bersiap dianggap sebagai periode para pejuang mengganyang Belanda-Nica yang membawa sekutu.
Oleh karena itu, Bonnie menilai istilah Bersiap bermuatan rasis. Sedangkan orang Belanda menganggap periode itu sebagai peristiwa yang tak termaafkan.
Atas pandangannya ini, sikap Bonnie menjadi polemik hingga di parlemen Belanda. Bonnie pun akhirnya dilaporkan ke kepolisian Belanda.