Ketua Bidang Kerja Sama dan Kemitraan PMI DKI Jakarta Arya Sandhiyudha mengungkap kegelisahannya akan stok darah menjelang bulan puasa. Saat bulan puasa, masyarakat cenderung enggan melakukan donor darah dan hal tersebut akan berpengaruh pada stok darah yang tersedia.
"Harus diantisipasi yang tadi saya ingin sampaikan, yaitu beberapa bulan ke depan itu ada bulan puasa namanya," kata Arya kepada wartawan di gedung Ditjen AHU, Jakarta Selatan, Rabu (19/1/2022).
"Nah, bulan puasa biasanya masyarakat muslim berpuasa dan takut untuk berdonor darah, biasanya itu anjlok sampai separuhnya, sampai 60 persen. Jadi kemungkinan bisa anjlok sampai cuma 300 per hari," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arya menyebut stok ketersediaan darah di DKI Jakarta adalah 1.000 sampai 1.200 kantong per hari. Fatwa MUI yang memperbolehkan berdonor ketika puasa, harap Arya, akan membuat masyarakat tidak lagi merasa takut.
"(Kebutuhan stok darah di DKI Jakarta) 1.000 sampai 1.200. Sekarang ini 900, tapi kalau dibandingkan di bulan yang sama tahun kemarin pada saat pandemi awal cuma 100. Jadi sudah meningkat 900 persenlah, tapi tetap masih kurang," ujarnya.
"Kita juga mengantisipasi bulan puasa nanti nih masyarakat muslim pasti ada yang khawatir puasanya batal. Padahal sudah ada fatwa MUI DKI membolehkan dan menganggap berdonor saat puasa tidak membatalkan puasa," ucapnya.
Lebih lanjut Arya mengatakan darah bukan sarana penularan COVID-19. Dia berharap kepedulian masyarakat terhadap sesama semakin meningkat mengingat kebutuhan stok darah yang selalu ada di setiap harinya.
"Masyarakat harus tahu darah itu tidak menjadi media atau sarana penularan, jadi tidak menular lewat darah, belum pernah ada kasus klaster donor darah, belum pernah ada," kata Arya.
"Jadi itu juga bisa menambah rasa nyaman bagi donor dan ya yang terakhir ada kebutuhan yang selalu ada dari setiap pasien thalassemia yang bawaan, yang tiba-tiba accident di jalanan. Itu semoga membangkitkan rasa kepedulian kita untuk tetap berdonor darah," ucapnya.