Malang bagi seorang bayi sakit di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang harus meninggal di ambulans saat dilarikan ke rumah sakit. Selain karena ambulans yang mengantarnya tidak diberi jalan, bayi malang itu harus dilarikan ke rumah sakit yang cukup jauh dari rumahnya karena orang tua tidak memiliki biaya berobat ke rumah sakit terdekat.
Ambulans yang mengantar bayi malang itu harus menempuh jarak sekitar 16 kilometer dari rumahnya di wilayah Minasaupa, Kecamatan Rappocini, Makassar menuju RSUD Daya. Sejumlah RS terdekat dilewati oleh korban karena ibunya tak punya biaya untuk berobat di RS terdekat tersebut.
Dirangkum detikcom, Selasa (18/1/2022), berikut 5 fakta miris bayi meninggal dalam ambulans usai tak diberi jalan pengendara lain di Makassar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Tak Diberi Jalan Pengendara Lain
Seperti diketahui, peristiwa miris ini terjadi pada Minggu (16/1) malam hingga viral di media sosial. Pada awalnya, terlihat dalam video sebuah ambulans melaju pelan di Jalan Urip Sumoharjo.
Diketahui, video itu direkam sopir ambulans setelah bayi dalam mobil dipastikan telah meninggal. Dalam pengakuannya, sopir atas nama Mawardi itu menjelaskan pasiennya meninggal dalam perjalanan karena terjebak kemacetan dan pengendara lain enggan memberi jalan.
"Pasien saya meninggal di atas mobil, pengantaran dari (Jalan) Talasalapang menuju RS Daya. Meninggal di (Jalan) Urip karena tidak ada yang membukakan jalan," kata sopir ambulans seperti dilihat detikcom dalam video viral.
Pengakuan Mawardi soal pasiennya yang meninggal tersebut diwarnai suara sirine ambulans yang terus bersahut-sahutan di tengah padatnya kendaraan.
Terdengar pula suara histeris seorang wanita dalam video yang diduga sebagai ibu dari anak yang dinarasikan meninggal tersebut. Terakhir, video menyorot ke kursi penumpang. Tampak sejumlah orang diduga keluarga korban dengan kondisi bersedih.
"Anakku kodong (anak saya kasihan)," kata seorang wanita histeris.
Simak Video: Pengakuan Ibu Bayi Meninggal di Ambulans karena Lewati RS Terdekat
2. Polisi Sesalkan Sopir Lewati RS Terdekat
Kasus meninggalnya pasien di ambulans turut menjadi perhatian polisi lalu lintas (polantas). Aparat awalnya mengaku akan melakukan penyelidikan.
Berselang beberapa waktu kemudian, polisi kembali memberikan tanggapan yang pada intinya menyesalkan sopir ambulans dengan alasan sopir tidak segera berhenti ke RS terdekat.
"Itu kan harusnya ke rumah sakit terdekat dengan melihat kondisi korban," kata Dirlantas Polda Sulsel Kombes Faisal kepada detikcom, Senin (17/1).
Faisal menilai, korban seharusnya dapat segera mendapatkan perawatan medis di RS terdekat dengan dalih emergency. Namun dia menyesalkan karena sopir mengutamakan RS yang menjadi tujuan awal.
"Jadi walaupun misalnya dia tujuannya rumah sakit mana kalau korbannya sudah kritis udah belok saja ke rumah sakit terdekat demi keselamatan pasien ini kan yang diantar itu," kata Faisal.
"Karena kalau ngejar-ngejar RS dengan kondisi seperti itu kan itulah yang terjadi kan. Berapa rumah sakit itu (yang dilewati)," sambung Faisal.
3. Sopir Ambulans Jelaskan Alasan Lewati RS Terdekat
Dalam kesempatannya, sopir Ambulans atas nama Mawardi menjawab penyesalan polisi soal dirinya melewati RS terdekat di saat kondisi pasien darurat. Mawardi mengaku tak sempat kepikiran hal tersebut.
Mawardi menegaskan tidak punya maksud lain. Dia hanya fokus menjalankan perintah keluarga korban yang meminta diantar ke RS Daya Makassar.
"Makanya saya larikan ke Rumah Sakit Daya saja (sesuai perintah keluarga korban). Nggak sempat lagi harus berpikiran bagaimana, saya hanya menjalankan perintahnya bagaimana," kata Mawardi kepada detikcom, Senin (17/1).
Menurut Mawardi, dia menjemput korban di kawasan Minasa Karya Makassar sekitar pukul 20.30 Wita dan diminta mengantar sang bayi ke RS Daya, Makassar. Namun yang tak diprediksi keluarga dan sopir ambulans adalah Jalan Sultan Alauddin, Jalan AP Pettarani, yang menjadi rute ke RS Daya sedang padat kendaraan.
Memasuki Jalan Urip Sumohardjo, kepadatan lalu lintas tak kunjung terurai meski ambulans sudah menyalakan sirene tanda darurat. Bahkan di Jalan Urip ini, ambulans yang dikendarai Mawardi terjebak dan bayi yang di antaranya meninggal dalam perjalanan.
"Makanya pas sampai depan mal Nipah di situlah anak ini meninggal," kata Mawardi.
4. Sopir Ambulans Singgung Polisi yang Tiadakan Tim Escort
Dalam potongan video viral, Mawardi selaku sopir ambulans sempat menyinggung aparat kepolisian setelah menarasikan pasiennya meninggal dalam perjalanan. Dia terdengar meminta penjelasan polisi terkait peristiwa yang dia dan keluarga pasien alami.
"Karena tidak ada tim escort pasien saya meninggal di mobil. Pak polisi, bagaimana ini?" kata Mawardi dalam video viral.
Terkait pernyataan itu, Mawardi memberikan penjelasan lebih lanjut. Dia menegaskan tak ada itikad menyalahkan polisi.
"Bukan bermaksud menjatuhkan dari kepolisian, tapi kami butuh ini (solusi) bagaimana ke depannya," kata Mawardi kepada detikcom, Senin (17/1).
Mawardi menceritakan pengalaman selama menekuni pekerjaan selaku sopir ambulans. Dia mengaku meminta pengawalan ke tim escort.
"Selama ini relawan dan anak-anak escort (saya) selalu minta tolong," kata Mawardi.
Namun dia mengaku mengurungkan niatan memanggil tim escort mengingat kebijakan terbaru dari pihak kepolisian yang dengan tegas melarang pengawalan tak resmi.
"Tapi ada peraturan begini saya nggak kabari mereka karena takut juga mengawal dikena lagi sanksi toh," ungkap Mawardi.
5. Ibu Korban Ngaku Tak Punya Biaya
Di tengah adu penjelasan polisi dan sopir ambulans, Vivi Sumiati selaku ibu dari bayi yang meninggal turut buka suara. Sumiati mengungkap sebab dirinya membawa bayinya ke RSUD Daya dan melewati sejumlah RS terdekat.
"Kendala biaya kasihan," kata Vivi, Senin (17/1/2021).
Vivi juga mengindikasikan terkendala administrasi apabila hendak berobat ke RS tertentu sehingga dia memilih ke RSUD Daya Makassar meski jaraknya berkali-kali lipat lebih jauh.
"Ke depan semoga memudahkan pelayanan kesehatan kasihan, sama urus-urus kartu keluarga (KK)," katanya.
Vivi mengaku sempat membawa bayinya ke puskesmas terdekat namun pelayanan kesehatan yang ada dinilainya belum memadai. Vivi juga mengaku sudah ke RS lainnya tapi lagi-lagi terkendala biaya.
"(Waktu anak saya ) panas batuk berdahak saya pertama ke Puskesmas Kassi-kassi tidak lengkap alatnya toh, jadi saya pergi ke RS Bahagia di situ kasih masuk anakku kasihan, ibu kita mau tinggal anak ta atau tidak, saya mau kasih tinggal, tapi terkendala biayanya jadi bagaimana ini ibu," ucapnya.
Dalam perjalanan, Vivi mengaku kembali harus berhadapan dengan kendala lainnya menuju RSUD Daya Makassar. Arus lalu lintas yang padat menyulitkan kendaraan ambulans melintas.
"Macet ki, pengendara juga mau ji asal-asal saja, tidak mengerti ini apalagi ambulans darurat ini, akhirnya (meninggal) kembali pulang, anakku meninggal saya kasih pulang. Jadi menuju ke Daya sementara di Jalan Urip meninggal di situ kasihan," jelasnya.