Catatan dari Yordania (1)
Negeri Indah Pengungsi Palestina
Senin, 08 Mei 2006 09:39 WIB

Amman - Angin lumayan kencang menerpa wajah. Dingin menyegarkan. "Serasa di Puncak," kata Imelda Sari, wartawan Liputan 6 SCTV. Cuaca menyegarkan itu bak sebuah sambutan bersahabat ketika kami menuruni tangga, keluar dari pesawat kepresidenan Airbus A-330 Garuda Indonesia, Selasa (2/5/2006) pekan lalu. Kami kami pun menginjak bumi Yordania.Sebuah suasana baru dibanding Saudi Arabia, Kuwait, Uni Emirat Arab maupun Qatar. 4 Negara yang baru saja dikunjungi Presiden SBY tersebut cuaca cukup panas, sekitar 40 derajat Celcius. Sedangkan cuaca di Amman, ibukota Yordania, 16 - 18 derajat Celcius di siang hari. Sejuk.Wajah para wartawan pun berbinar-binar. Sebelum memasuki bus, para wartawan menyempatkan berfoto dengan pasukan kehormatan kerajaan Yordania. Pasukan dengan pakaian khas warna coklat dipadu ornamen merah itu baru saja menyambut kedatangan Presiden SBY.Entah dengan rayuan gombal macam apa, wartawan radio Elshinta, Teguh Tri Sartono, mendapat hadiah khafiyeh dari salah satu pasukan kehormatan itu. Apa pun, itulah tanda persahabatan warga Yordania untuk tamunya dari Indonesia.Sepanjang perjalanan menuju Hotel Sheraton, pemandangan terlihat indah dan menawan. Sebuah negeri yang hijau. Meski kesan coklat khas negeri Timur Tengah, dengan bangunan tanpa genting masih membekas jelas.Sejarah Yordania sendiri berawal pada 1923 melalui Konferensi San Remo. Wilayah pantai timur Lau Tengah dibagi menjadi Transyordania dan Palestina. Kedua wilayah ini berada di bawah pendudukan Inggris. Sedangkan Lebanon dan Suriah berada di bawah mandat Prancis.Tahun 1926 Emir Abdullah diakui sebagai Raja Yordania. Nama Yordania resmi menggantikan Transyordania pada 1950. Setahun setelah berganti nama, Raja Abdullah tewas terbunuh. Adalah Raja Talal yang kemudian menjadi penguasa baru. Talal mengundurkan diri karena alasan kesehatan. Ia digantikan putranya yang baru berumur 17 tahun, Hussein.Raja Hussein wafat pada 1999 dan digantikan Putra Mahkota Abdullah. Dengan menambah angka II di belakangnya, Raja Abdullah II, hingga saat ini masih menjadi penguasa Yordania. "Raja Abdullah II dicintai rakyatnya," kata Samih, sopir bus yang membawa rombongan wartawan.Wilayah Yordania hanya mencakup 89.342 Km2. Jumlah penduduknya sekitar 5,7 juta. Mayoritas penduduk beragama Islam (93%), sisanya Kristen Ortodoks, Roma Yunani dan Armenia.Dari jumlah penduduk yang ada, sekitar 2,5 juta sendiri adalah orang Palestina. Ada yang berstatus sebagai pengungsi, ada yang sudah menjadi warga negara Yordania. Samih adalah satu keturunan Palestina yang sudah menjadi warga negara Yordania.Banyaknya warga Palestina di Yordania, memiliki kisah tersendiri. Saat perang Arab- Israel pecah pada 1948, Yordania menyerbu Palestina dan menguasai Tepi Barat termasuk Yerusalem. Hingga 1967, Tepi Barat masih di tangan Yordania, sampai kemudian Israel ganti menduduki Palestina.Meski dalam pendudukan Israel, namun Yordania masih mengendalikan rakyat Palestina, baik secara hukum maupun administratif. Pada 1974 berdiri organisasi pembebasan Palestina (PLO) di bawah kepemimpinan Yasser Arafat. Barulah pada 1988 Yordania melepas sepenuhnya tanggung jawab hukum dan administrasi wilayah Tepi Barat.Namun, banyak warga Palestina yang kemudian memilih memasuki Yordania. Belum lagi ketika pecah perang pada 1967, ketika Israel menduduki Tepi Barat. Ratusan ribu warga Palestina memasuki wilayah Yordania. Pasca-perang Irak 2003, lagi-lagi pengungsi Palestina memasuki Yordania.Yordania telah menjadi rumah yang indah bagi orang Palestina. Indah dan dinaungi oleh kedamaian. Jauh dari suara bising peluru dan tank-tank Israel yang setiap saat jadi maut yang merenggut nyawa orang Palestina.
(nrl/)