Tak Punya Biaya Berobat, Pria di Sulbar 2 Tahun Terbaring karena Sakit Gula

Tak Punya Biaya Berobat, Pria di Sulbar 2 Tahun Terbaring karena Sakit Gula

Abdy Febriady - detikNews
Jumat, 14 Jan 2022 21:50 WIB
Rusdi, warga Desa Lapeo, Kecamatan Campalagian, Polewali Mandar, Sulbar, terbaring 2 tahun karena penyakit gula kering, Jumat (14/1/2022).
Rusdi, warga Desa Lapeo, Kecamatan Campalagian, Polewali Mandar, Sulbar, terbaring 2 tahun karena penyakit gula kering. (Abdy Febriady/detikcom)
Polewali Mandar -

Malang nasib Rusdi, warga Desa Lapeo, Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat (Sulbar). Lilitan kemiskinan membuat pria berusia 39 tahun itu dua tahun terbaring lemah di rumahnya karena menderita penyakit.

Sebelum kondisinya seperti sekarang, Rusdi mengaku pernah memeriksakan diri ke dokter. Ia divonis menderita penyakit gula kering dan harus menjalani perawatan di rumah sakit.

"Saya berhenti berobat karena kondisi ekonomi. Saya terakhir berobat di Rumah Sakit Polewali. Awalnya saya masih bisa jalan, beberapa hari kemudian pas obatnya sudah habis, kondisi saya sudah seperti sekarang. Saya mau berobat, tapi sudah tidak ada uang," kata Rusdi kepada wartawan di rumahnya, Jumat (14/1/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebenarnya Rusdi terdaftar sebagai penerima Jaminan Kesehatan Nasional. Namun ia tidak dapat berbuat banyak untuk mendapat kesembuhan atas penyakit yang dideritanya. Sebabnya, dia tidak memiliki uang untuk membiayai keluarga yang akan membantunya, jika seandainya menjalani perawatan di rumah sakit.

"Masalahnya, kalau saya dirawat di rumah sakit harus ada yang jaga. Itu butuh biaya. Sementara saya sudah tidak punya uang," ujar pria satu anak ini.

ADVERTISEMENT

Menurut Rusdi, penyakit yang diderita membuatnya sulit beraktivitas. Untuk bergerak dia harus merangkak karena kedua kakinya kerap kesakitan.

Selain itu, Rusdi mengaku pencernaannya mengalami gangguan. Kondisi tersebut membuat tubuhnya makin kurus.

"Yang terasa sakit itu bagian bawah. Kedua kaki saya selalu sakit. Saya hanya bisa merangkak. Pencernaan saya juga ada masalah. Terkadang makanan yang saya konsumsi keluar begitu saja tanpa saya sadari," tuturnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Rusdi berharap perhatian dari semua pihak untuk membantu biaya pengobatan. Rusdi masih memiliki harapan sembuh.

"Saya sangat berharap ada bantuan. Saya ingin sembuh agar bisa bekerja seperti sedia kala," pintanya.

Sehari-hari Rusdi tinggal berdua dengan ayahnya bernama Waris (65). Selain mencari nafkah, Waris, yang berprofesi sebagai tukang kayu, harus meluangkan waktu untuk merawat Rusdi.

Jika mendapat panggilan kerja, terkadang Waris harus meminta bantuan tetangga untuk menjaga Rusdi yang sendirian di rumah. Waris mengaku tidak dapat berbuat apa-apa, lantaran penghasilannya sebagai tukang kayu pas-pasan untuk penuhi kebutuhan sehari-hari.

"Kalau saya harus kerja, terkadang dia (Rusdi) sendirian di rumah. Saya tidak bawa ke rumah sakit karena tidak ada biaya. Penghasilan sebagai tukang juga tidak cukup, hanya bisa berharap bantuan," tuturnya lirih.

Terpisah, Kepala Desa Lapeo Noor Irwandi Yusuf mengaku telah mengupayakan agar Rusdi segera menjalani perawatan di rumah sakit. Menurutnya, sejumlah dermawan dan relawan telah memberikan perhatian untuk membantu biaya yang dibutuhkan Rusdi selama menjalani perawatan.

Halaman 2 dari 2
(zak/zak)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads