Anggota Komisi IX DPR Rahmad Handoyo heran dengan pernyataan epidemiolog UI Pandu Riono yang bilang masyarakat ditakut-takuti Omicron. Handoyo menegaskan Omicron sudah menjadi wabah dunia.
"Ditakut-takuti bagaimana? Omicron itu ada dan jadi momok dunia, lihatlah di Amerika, di India, Eropa, terjadi ledakan kasus, rumah sakit Amerika kewalahan, kasusnya meledak yang 75 persen didominasi oleh Omicron, apakah ini menakut-nakuti?" kata Handoyo kepada wartawan, Minggu (9/1/2022).
Legislator PDIP ini mengatakan justru Omicron dengan Omicron yang sudah lebih dulu mewabah di negara lain bisa jadi cermin buat RI untuk waspada. Dia khawatir pernyataan yang diungkapkan Pandu Riono dicerna mentah-mentah oleh masyarakat, sehingga tidak lagi taat dengan prokes.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Justru Omicron itu ada nyata secara global menjadi cermin kita bersama, kalau kita abai dan santai bisa aja terjadi ledakan luar biasa, terlebih dengan adanya statement bahwa Omicron untuk menakuti-nakuti rakyat, nanti kalau rakyat percaya masyarakat jadi anggap pandemi udah selesai dan sudah aman sehingga tidak patuh prokes lagi gimana?" ucapnya.
"Di mana pertanggungjawaban seorang epidemiolog kalau menyampaikan seperti itu? Tapi ketika pendapat itu ditelan mentah mentah kan sayang," lanjut Handoyo.
Handoyo meminta semua pihak untuk bijak menghadapi wabah pandemi ini. Dia mengatakan masyarakat memang tidak perlu takut, tapi tetap harus mawas diri agar tidak lagi terjadi lonjakan kasus.
"Tolonglah kita harus pikir yang baik, berpikir bijak agar tidak lelah melawan COVID meskipun kita sadari saat ini siapa yang tidak capek, siapa yang tidak lelah, semuanya bosen kok, tapi ini ujian yang kita terima sebagai warga dunia," ucapnya.
"Memang nggak perlu panik, tapi kita harus mengingatkan masyarakat untuk waspada apalagi sudah masuk transmisi lokal, itu yang penting, bukan malah mengatakan Omicron menakut-nakuti rakyat itu berdasarkan keilmuan atau berdasarkan faktor lain, orang jelas-jelas sudah jadi ancaman global," lanjut Handoyo.
Perihal masyarakat ditakut-takuti varian Omicron disampaikan Pandu untuk menanggapi hasil survei IPI. Direktur Eksekutif IPI Burhanuddin Muhtadi menyebut pihaknya menangkap indikasi masyarakat Indonesia sudah jenuh dengan Corona.
"Jadi lagi-lagi, pandemi belum selesai, tetapi sepertinya publik mengalami kejenuhan, kelelahan. Beberapa indikator yang kami temukan ini," kata Burhanuddin saat memaparkan hasil survei, seperti ditayangkan di kanal YouTube IPI, Minggu (9/1/2022).
Selengkapnya di halaman berikut
Simak Video 'Alasan Epidemiolog UI Yakin Tak Ada Gelombang 3 Covid-19 RI':
Pandu Riono awalnya mengungkapkan sikap ketidaksetujuan ketika pemerintah berencana menerapkan PPKM level 3 selama libur Nataru 2021. Sebab, Pandu meyakini gelombang ketiga tidak akan terjadi.
"Pada waktu Nataru saya sudah membaca itu, kenapa kok tiba-tiba pemerintah mau melakukan PPKM level 3. Saya bilang nggak perlu. Saya melakukan protes keras, dan banyak sekali setiap mungkin 2-3 kali saya dalam setiap wawancara, seminar dan sebagainya, tidak gelombang 3, semua epidemiolog bilang ada gelombang 3, tidak ada saya bilang," papar Pandu.
Pandu mengklaim tidak asal bicara. Dia mengaku memiliki data yang bisa dijadikan rujukan atas pernyataannya bahwa tak akan ada gelombang ketiga Corona.
"Kenapa kok begitu, saya berbeda pendapat? Karena saya yakin dengan data yang saya miliki dari DKI. Dan kalau itu berlaku di seluruh Indonesia, angkanya nggak beda jauh dan itu bisa sebagai penangkal adanya lonjakan walaupun Nataru," jelasnya.
Setelah menjabarkan sejumlah hal, termasuk soal kebijakan pemerintah yang berubah-ubah, baru kemudian Pandu menyebut soal masyarakat Indonesia sedang ditakut-takuti Omicron.
"Dan sekarang kita ditakut-takuti dengan Omicron. 'Jakarta Omicron sudah menembus seribu'," ucap Pandu.
Pandu menjelaskan seribu lebih kasus Omicron di Jakarta adalah pelaku perjalanan dari luar negeri. Kemudian, Pandu juga menegaskan bahwa vaksinasi bukan obat yang membuat orang kebal Corona.
"Tapi dari seribu itu, 900 itu bukan penduduk Jakarta, 900 itu adalah pelaku perjalanan luar negeri yang kemungkinan di negara sana Omicron-nya memang tinggi," tutur Pandu.
"Memang vaksinasi tidak mencegah infeksi, tapi coba lihat, semua yang terdeteksi Omicron nggak ada yang sakit, tidak ada yang bergejala, tidak ada yang masuk rumah sakit," sambung dia.