Peri Santoso (40), penjual makanan kecil lumpia duleg (sosis kecil) menjalani kesehariannya dengan kondisi terbatas. Dua kakinya hilang akibat kecelakaan.
Dia menceritakan kecelakaan itu terjadi pada 2010 lalu di Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Dia jatuh dari kereta api saat mau perjalanan ke Jakarta.D ua kakinya harus diamputasi dari paha ke pangkal kaki.
"Saya mau ke Jakarta turun beli koran tapi terjatuh dari kereta. Dirawat 40 hari tambah lagi 15 hari dan harus amputasi sehingga pakai kursi roda," tutur Peri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peri mengakui kondisinya itu sempat membuat dirinya terpuruk. Tapi dia akhirnya bangkit dan menyadari ada hikmah di balik kondisinya yang penuh keterbatasan.
Untuk menjalani kesehariannya Peri tak membawa kursi roda atau menggunakan kaki palsu. Dia mengaku justru lebih gesit tanpa alat bantunya itu.
"Dengan kehilangan kaki saya seperti malah dikembalikan menjadi manusia seutuhnya dibandingkan sewaktu saya mempunyai kaki, dalam tanda kutip orang menganggap saya sampah tidak ada artinya. Tidak pakai kaki palsu. Malah mengganggu kerja kok kalo pake kaki palsu," ujar Peri.
Motor roda yang sudah dimodifikasi jadi kendaraan andalan Peri untuk beraktivitas. Dia sehari-hari menjajakan lumpia di Jalan Pedan-Juwiring, simpang empat Lapangan Merdeka, Desa Sobayan, Kecamatan Pedan, Jawa Tengah.
Di awal pandemi tahun 2020 lalu, pendapatannya turun drastis. Peri mengalami dampak ekonomi 'serangan' Corona.
"COVID sangat terasa dampaknya secara ekonomi. Sebab biasanya Lebaran dan Suro ada pertunjukan ini belum ada, pemudik yang biasa borong juga tidak mudik dan sekolah belum masuk sehingga masih sepi," kata warga Dusun Lemburejo, Desa Gatak, Kecamatan Delanggu itu.
Peri masih bersyukur karena istrinya di rumah memiliki kerja sampingan. Dia menceritakan sebelum pandemi dagangannya bisa laku 1.500 butir lumpia.
"Pendapatan turun drastis. Sekarang ini paling 700-800 butir saja tidak habis, kadang sampai malam tetapi kalau Rp 50.000 juga masih dapat," ujar Peri.
Meski pandemi belum usai, Peri tetap semangat. Dia berkeliling dengan motor roda tiganya itu menjemput rezeki. Peri punya prinsip. Dia menilai setiap usaha yang dijalani akan menentukan nasib seseorang.
"Life must go on saja pokoknya dengan apa yang kita punya," paparnya.
Satu-satu kendala yang dialami Peri yakni kondisi motornya yang tak lagi prima. Motornya sering mogok. Peri tak punya dana untuk membeli motor baru.
"Kendalanya motor, kadang macet apalagi di pertengahan sawah itu motor macet gak ada orang, sempat jatuh, pulang sampai subuh baru kembali, kemana? ternyata nunggu orang tolongin, sampai jam 4 tolong ke rumah," ucap Siti Dauli, istri Peri.
Peri mengharapkan ada bantuan dari #sahabatbaik untuk membeli motor baru. Sehingga dia bisa terus semangat mencari nafkah untuk keluarganya.
Kamu bisa membantu Peri mendapatkan motor modifikasi baru lewat berbuatbaik.id. Caranya yaitu dengan klik LINK DONASI BERIKUT INI.
Kabar baiknya,semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima100% tanpa ada potongan. Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang kamu ikuti, berikut update terkininya.
Jika kamu berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial,#sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini. Yuk jadi#sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!
(idn/imk)Lihat postingan ini di Instagram