Jakarta -
Fenomena spirit doll atau boneka arwah belakangan ramai diperbincangkan. Sejumlah selebriti mengaku mengasuh boneka arwah seperti anak sendiri, dengan diberi makan dan minum.
Par selebriti juga mulai mempamerkannya ke publik melalui media sosial. Tetapi, tak jarang sebagian masyarakat melihat seseorang yang merawat spirit doll ini memiliki gangguan jiwa. Sebab, para pemilik spirit doll memperlakukan boneka mereka layaknya anak atau bayi manusia.
Asal-usul Boneka Arwah
Dilansir dari BBC, fenomena boneka arwah bermula di Thailand pada 2016. Orang-orang ramai mengadopsi boneka yang dinilai memiliki aura supranatural ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Thailand, boneka arwah ini punya sebutan 'luk thep', secara harfiah artinya adalah malaikat anak. Mereka percaya bahwa boneka ini membawa keberuntungan. Boneka ini dimanjakan oleh pemiliknya seolah-olah anaknya sendiri.
Didoakan oleh biksu
Selain dimanjakan, biasanya setelah membeli boneka arwah ini, pemiliknya akan membawanya ke seorang biksu untuk dibacakan doa. Doa ini dimaksudkan untuk mendatangkan keberuntungan. Namun ada juga yang menganggap doa ini untuk mengundang arwah masuk ke boneka.
Uniknya, tren boneka arwah di Thailand ini justru ditanggapi positif oleh industri penerbangan di sana. Misalnya, Thai Smile Airways yang membolehkan boneka mendapatkan kursi, makanan ringan, dan minuman mereka sendiri. Kendati demikian, tren ini sempat mendapat protes dari Otoritas Penerbangan Thailand.
Tren ini juga ditanggapi oleh restoran mewah di Thailand. Boneka arwah juga bisa mendapatkan tempat duduk dan makanannya sendiri.
Bagaimana pendapat MUI soal Boneka Arwah? Baca di halaman selanjutnya:
Lihat juga Video: Ini Penampakan Koleksi Boneka Arwah Furi Harun
[Gambas:Video 20detik]
MUI Buka Suara
Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Muhammad Cholil Nafis bicara soal boneka arwah ini. Dia menyebut tidak boleh memelihara makhluk halus.
"Punya boneka mainan itu boleh, tapi kalau itu diisi atau dipersepsikan tempat arwah hukumnya tidak boleh memelihara makhluk halus. Kalau disembah musyrik tapi kalau berteman saja berarti berteman dengan jin," kata Cholil kepada wartawan, Senin (3/1/2022).
Dia menilai tidak seharusnya memperlakukan boneka layaknya anak karena boneka adalah benda mati. Cholil menyarankan umat Islam tidak terjebak hal mistis dan menuhankan selain Allah SWT.
"Baiknya uang yang dimiliki disumbangkan kepada anak yatim dan duafa dari pada memelihara boneka yang mistis itu," ucapnya.
Pandangan Sosiolog
Adopsi spirit doll atau boneka arwah menjadi tren di kalangan selebriti. Sosiolog dari Universitas Nasional, Sigit Rohadi mengatakan bahwa fenomena ini merupakan cerminan masyarakat yang kesepian.
"Meskipun tinggal di kota yang hiruk pikuk, masyarakat kota yang memelihara boneka dan memperlakukannya seperti manusia, mencerminkan masyarakat yang kesepian (kesepian dalam keramaian). Gejala ini juga menunjukkan warga yang kian individualis. Peran media sosial menyumbang besar dalam pembentukan individualitas dan kesepian ini," kata Rohadi kepada wartawan, Senin (3/1).
Menurutnya, selama ini orang-orang sibuk di dunia maya, namun interaksinya di dunia nyata justru kering. Hal ini ditambah dengan pembatas fisik yang sukar dikontrol tetangga.
Meningkatnya interaksi di dunia maya inilah yang membuat orang memilih binatang peliharaan atau boneka. Manusia, kata dia, kehilangan kemanusiaannya.
"Inilah yang mendorong warga kota akrab dengan binatang peliharaan, boneka dan manekin yang dijadikan kekasih. Maraknya layanan dari rumah ke rumah atau kamar ke kamar seperti hantaran makanan oleh penyedia jasa transportasi online, turut juga menyumbang kesepian. Manusia-manusia teknologi kehilangan kemanusiaannya," imbuhnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini