Adopsi spirit doll atau boneka arwah menjadi tren di kalangan selebriti. Sosiolog dari Universitas Nasional, Sigit Rohadi, mengatakan bahwa fenomena ini merupakan cerminan masyarakat yang kesepian.
"Meskipun tinggal di kota yang hiruk pikuk, masyarakat kota yang memelihara boneka dan memperlakukannya seperti manusia, mencerminkan masyarakat yang kesepian (kesepian dalam keramaian). Gejala ini juga menunjukkan warga yang kian individualis. Peran media sosial menyumbang besar dalam pembentukan individualitas dan kesepian ini," kata Rohadi kepada wartawan, Senin (3/1/2021).
Menurutnya, selama ini orang-orang sibuk di dunia maya, namun interaksinya di dunia nyata justru kering. Hal ini ditambah dengan pembatas fisik yang sukar dikontrol tetangga.
"Orang-orang sibuk di dunia maya, ramai di dunia maya tetapi kering dalam kehidupan nyata. Apartemen dan berbagai bangunan yang menjulang tinggi menjadi pembatas fisik yang sulit dikontrol oleh tetangga yang lazim pada rumah-rumah kampung," ungkapnya.
Meningkatnya interaksi di dunia maya inilah yang membuat orang memilih binatang peliharaan atau boneka. Manusia, kata dia, kehilangan kemanusiaannya.
"Inilah yang mendorong warga kota akrab dengan binatang peliharaan, boneka dan manekin yang dijadikan kekasih. Maraknya layanan dari rumah ke rumah atau kamar ke kamar seperti hantaran makanan oleh penyedia jasa transportasi online, turut juga menyumbang kesepian. Manusia-manusia teknologi kehilangan kemanusiaannya," tuturnya.
(rdp/hri)