Perihal tebaran baliho Puan di sepanjang jalan di Lumajang menuju Semeru juga divideokan dan diposting di media sosial, yang kemudian viral. Warganet yang mengabadikan mengkritik tebaran baliho Puan tersebut.
Sekjen PDIP Hasto tak mempersoalkan kritik itu. Yang patut dilihat, sebut Hasto, adalah pergerakan kader PDIP. Dia menyebut tujuan pemasangan baliho adalah memberikan semangat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kritik sesuatu yang biasa di alam demokrasi. Tapi yang harus dilihat bagaimana sebelum Mbak Puan turun, seluruh kader PDI Perjuangan sudah bergerak di lapangan terlebih dahulu, sehingga ini dalam konteks untuk memberikan semangat," tutur Hasto saat ditemui di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Rabu (22/12).
"Kalau kritik sudah biasa, sejak zaman Bung Karno dulu kritik sudah biasa, namanya presiden dikritik," sambung dia.
![]() |
Menurut Hasto, kader PDIP sudah terbiasa bergerak secara spontan. Dia mengklaim kader PDIP akan langsung bergerak membantu masyarakat yang sedang kesusahan.
"Ini juga titipan, nggak ada, nggak ada. Kita ini semua spontan, semuanya. Jadi partai, ketika rakyat menjadi korban, telah bergerak turun. Bahkan... Belanda aja ikut bergotong royong membantu, boleh dicek. Dikritik itu mereka yang tidak turun ke lapangan," sebut Hasto.
"PDI Perjuangan turun ke lapangan, bekerja dengan seluruh DPC di lapangan, itu yang seharusnya diangkat di dalam politik pemberitaan," lanjutnya.
Namun tebaran baliho Puan di sepanjang jalan di Lumajang menuju Semeru justru menuai kritik. Baca di halaman berikutnya.