Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari prihatin dengan maraknya kasus kejahatan seksual anak di sejumlah pondok pesantren dan boarding school. Hal tersebut disampaikan Ika saat sidak ke Ponpes Alqur'an Nurul Huda, Surodinawan dan Ponpes Manarul Huda, Kedung Kwali, Kota Mojokerto, Selasa (21/12).
"Saat ini sedang ramai di media massa, banyak anak-anak yang sedang menimba ilmu di ponpes mengalami perlakuan kurang baik. Dan mirisnya, itu baru terungkap setelah ada media yang berani mengekspos," kata Ika dalam keterangan tertulis, Rabu (22/12/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ika menilai, sistem pendidikan yang kerap dijalankan oleh pondok pesantren seperti tidak boleh berinteraksi dengan dunia luar serta mengharuskan siswanya menginap menjadi salah potensi terjadinya tindakan kriminal seperti pelecehan seksual.
Ning Ita juga menyayangkan, ponpes yang seharusnya dijadikan sebagai tempat belajar ilmu agama, namun sebagian oknum justru memanfaatkan untuk hal-hal yang tidak bertanggung jawab.
"Ini yang jadi keprihatinan saya, kenapa justru di tempat yang mulia untuk menimba ilmu agama justru malah terjadi tindakan diluar norma agama, sosial dan hukum oleh sejumlah oknum yang tidak bertanggung jawab," tambahnya.
Untuk mencegah kejahatan seksual terulang kembali, Ika mengajak agar setiap santri mau terbuka dan tidak menutup diri ketika mendapatkan perlakuan yang tidak wajar dari siapapun.
"Jangan takut dan sungkan untuk melapor apabila mengalami perlakuan yang keluar dari normal. Siapa yang kalian percaya maka sampaikan," pesan Ning Ita.
Tak hanya terkait kejahatan seksual, ia juga mengingatkan bahaya narkoba yang saat ini sudah masuk ke lingkungan ponpes dan boarding school.
"Penyalahgunaan narkoba di Kota Mojokerto tidak lagi menyasar remaja usia SMA ke atas, tapi sudah menyentuh pelajar SMP. Bahkan, info terbaru yang saya dapat, salah satunya berada di sekolah agama," jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Pengasuh Ponpes Nurul Huda, KH. Faqih Usman mengatakan ada sejumlah langkah yang diambil oleh pihaknya agar hal-hal negatif tersebut tidak terjadi di lingkungan Ponpes Nurul Huda.
Salah satu caranya adalah dengan menggandeng pihak Kepolisian dan TNI untuk bersama-sama melakukan pengawasan serta sosialisasi yang dilakukan setiap hari jumat.
"Santri kita total ada 1600 an, setiap Jumat ada sosialisasi serta pengawasan tentang kenakalan remaja dari kawan-kawan polisi, tentara dan instansi terkait. Ini untuk memberi pemahaman kepada santri terkait hal negatif yang bertentangan dengan norma hukum," tutup Faqih.
(ega/ega)