Kolom Hikmah

Amanah

Aunur Rofiq - detikNews
Jumat, 17 Des 2021 08:01 WIB
Foto: Ilustrasi: Zaki Alfaraby/detikcom
Jakarta -

Ada satu hal di alam semesta ini yang tak patut untuk dilupakan. Kalau kamu melupakan segala hal tapi tetap mengingat satu hal itu, maka kamu tak perlu khawatir. Sebaliknya, kalau kamu bisa meraih dan mengingat segalanya tapi kamu lupa akan satu hal itu, maka seolah-olah kamu tak pernah berbuat apa-apa. ( jalaluddin rumi, fihi ma fihi ).

Manusia datang ke alam semesta ini melaksanakan tugas tertentu, dan itu tujuannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, tapi semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh." ( QS. al-Ahzab: 72 ).

Di tangan manusia, amanah itu bisa mengubah bebatuan menjadi perhiasan, menyulap pegunungan menjadi tambang emas dan perak, dan menyegarkan tanaman di bumi. Tanah yang ditanam manusia akan menghasilkan produk pangan, buah-buahan. Jika manusia sudah melakukan hal tersebut, maka hilanglah predikat zalim dan bodoh dari dirinya.

Ketahuilah bahwa Allah menundukkan bumi untuk hamba-hamba-Nya agar mereka menjadikannya sebagai tempat tinggal, menjadikan sebagiannya sebagai bekal untuk menjaga mereka dari bencana, dan agar mereka benar-benar sadar bahwa umur mereka di dunia ibarat perahu yang sedang berlayar membawa penumpangnya.

Amanah tersebut sangat berat, bagi manusia sebagai khalifah dimuka bumi. Selalu ta'at pada perintah dan hindari larangan-Nya, maka akan diberikan jalannya untuk melaksanakan amanah tersebut. Sebaliknya jika amanah itu hanya digunakan untuk kepentingan sendiri dengan tujuan bersenang-senang, maka niscaya Gusti Allah akan menghukumnya.

Hikmah Bersikap Amanah. Orang yang menunaikan amanah kepada orang lain sesungguhnya ia telah berbuat baik kepada diri sendiri. Sikap amanah yang ditunaikan kepada sesama manusia memiliki hikmah bagi orang yang menunaikannya. Di antara hikmah sikap amanah adalah sebagai berikut.

* Orang yang amanah akan dipercaya orang lain. Jika ia dipercaya, maka orang lain akan menghargai sosok tersebut, diberi posisi mapan di masyarakat, dan dihormati oleh lingkungan sekitarnya.
* Sosok yang amanah akan menarik simpati dari orang lain. Jika ia membutuhkan bantuan, orang lain akan segera menolongnya.
* Sesuai janji Allah, sosok yang amanah akan diberi kemudahan dalam kehidupannya, baik itu di kehidupan dunia maupun akhirat.

Sikap amanah ini mutlak harus ada pada seorang pemimpin muslim, dengan harapan dapat memberikan pelayanan pada warganya dengan baik serta memberikan keteladanan. Kisah perjalanan Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz pantas menjadi cermin para pemimpin masa depan. Beliau memimpin hanya kurang lebih dua tahun dari Safar 99 H sampai Rajab 101 H. Istimewanya setelah kepemimpinannya, susah ditemui para warga yang meminta-minta, karena selama memerintah Umar bekerja keras hingga mempersempit ruang kezaliman dan memberikan hak kepada setiap pemiliknya.

Dia selalu menyerukan, " Di mana orang-orang miskin? Di mana orang-orang mau menikah tapi tidak kuasa? Di mana orang-orang yang punya utang? Di mana anak-anak yatim ?" Hingga kebutuhan mereka tercukupi semua.

Sehabis dilantik sebagai khalifah baru, terlihat murung dan bersedih. Bekas budaknya bertanya, " Mengapa engkau bersedih Amirul Mukminin ?"
Umar menjawab, " Celaka engkau ! Haruskah aku tidak bersedih, sementara tak ada satu orangpun di barat dan di timur kecuali menuntutku agar aku menenuhi hak-hak mereka, baik itu sudah diwajibkan untukku maupun belum." Menerima amanah dalam bentuk kekuasaan suatu negeri bukanlah main-main, karena yang terbayang adalah tanggung jawab. Kepemimpinan yang diikuti tanggung jawab akan menghasilkan kemakmuran dan akan beda jika sebaliknya. Tanggung jawab akan muncul karena ada Iman dan bertahan dalam kehidupan yang sederhana ( cenderung kurang ). Pada suatu saat Umar menyatakan meminjam uang satu dirham untuk dibelikan setangkai anggur. Namun istrinya tidak mempunyai uang dan berkata, " Engkau ini Amirul Mukminin, tapi mengapa di sakumu sampai tidak ada uang untuk membeli setangkai anggur?" Umarpun menjawab, " Ini cara termudah untuk bisa selamat dari siksa dan belenggu di neraka jahanam kelak."

Kisah percapakapan antara Amirul Mukminin dengan istrinya ini memberitahukan kita bahwa seorang pemimpin yang begitu teguh dan takut pada neraka jahanam. Ketakutannya ini ditunjukkan dengan tidak melakukan hal-hal yang dilarang Allah Swt. Bagaimana dengan para pemimpin masa kini? Tentu jika ditanyakan, jawabannya pasti takut, namun ada beberapa yang berurusan dengan penegak hukum karena tindakannya melanggar larangan sehingga tidurnya berpindah dari rumah dinas atau rumah pribadi ke rumah negara.


Inilah contoh pemimpin yang menjalankan amanah dengan baik. Kepribadian yang kuat, memilih hidup sederhana ( meski sebelumnya termasuk golongan berada ), berpegang teguh untuk tidak menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi dan yang terakhir benar-benar menjaga amanah yang diembannya. Semoga hal ini bisa menjadi cermin dan teladan bagi para pemimpin muslim saat ini.

Aunur Rofiq

Sekretaris Majelis Pakar DPP PPP 2020-2025

Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia )




(erd/erd)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork