Jakarta -
Gempa bumi susulan berkali-kali mengguncang Larantuka, Nusa Tenggara Timur. Gempa susulan itu masih mengguncang usai BMKG mengakhiri peringatan dini tsunami yang dikeluarkan pasca-gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 7,4 mengguncang Larantuka pagi ini.
Gempa Larantuka itu dilaporkan terjadi pada pukul 10.20 WIB. Gempa berlokasi di titik koordinator 7,59 Lintang Selatan dan 122,26 Bujur Timur.
Gempa berpusat di 113 km arah barat laut Larantuka, NTT. Titik pusat gempa berada di kedalaman 10 km.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gempa mulanya dilaporkan berkekuatan M 7,5. BMKG kemudian memperbarui kekuatan gempa menjadi M 7,4. BMKG juga memutakhirkan data kedalaman gempa dari 12 km menjadi 10 km.
Analisis BMKG
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno mengatakan, berdasarkan analisis BMKG, gempa tersebut dipicu aktivitas sesar aktif di Laut Flores. Dia mengatakan analisis mekanisme sumber juga menunjukkan gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser atau strike slip.
"Guncangan gempa bumi ini dirasakan di daerah Ruteng, Labuan Bajo, Larantuka, Maumere, Adonara dan Lembata III - IV MMI (Bila pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah), Tambolaka, Waikabubak, Waingapu III MMI," ujar Muhari.
Peringatan Dini Tsunami
Akibat gempa Larantuka itu, BMKG mengeluarkan peringatan dini tsunami. Peringatan tsunami ini mencapai Sulawesi Selatan hingga Maluku.
"Peringatan Dini Tsunami di Sulsel, NTT, Sultra, NTB, Maluku," demikian ditulis akun Twitter resmi BMKG, Selasa (14/12/2021).
Adapun daftar daerah yang berpotensi tsunami berdasarkan pemodelan kota/kabupaten (provinsi) yaitu:
Selayar (SULSEL) = SIAGA
Pulau Ende (NTT) = SIAGA
Flores-Timur Bagian Utara (NTT) = SIAGA
Pulau Sikka (NTT) = SIAGA
Sikka Bagian Utara (NTT) = SIAGA
Ende Bagian Utara (NTT) SIAGA
Pulau Lembata (NTT) = SIAGA
Flores-Timur Pulau Adonara (NTT) = SIAGA
Manggarai Bagian Utara (NTT) = SIAGA
Ngada Bagian Utara (NTT) = SIAGA
Lembata Bagian Utara (NTT) = SIAGA
Buton (SULTRA) = SIAGA
Alor Bagian Utara (NTT) = SIAGA
Bombana (SULTRA) = SIAGA
Manggarai-Barat Bagian Utara (NTT) = WASPADA
Wakatobi (SULTRA) = WASPADA
Bima Pulau Gili (NTB) = WASPADA
Maluku-Tenggara-Barat P.Wetar (MALUKU) = WASPADA
Dompu Bagian Utara (NTB) = WASPADA
Bulukumba (SULSEL) = WASPADA
Kendari Pulau Watulumango (SULTRA) = WASPADA
BMKG mengakhiri peringatan dini tsunami. Simak di halaman selanjutnya.
Bangunan Rusak
Sejumlah bangunan pun dilaporkan rusak imbas gempa lebih dari M 7 itu. Warga di NTT hingga Sulawesi Selatan bahkan melaporkan adanya kenaikan muka air dan surutnya air laut di wilayahnya usai gempa.
Kerusakan akibat gempa salah satunya terjadi di Pulau Jampea, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Getaran yang cukup kuat membuat rumah warga hingga menara masjid di Pulau Jampea ambruk.
"Ada beberapa bangunan yang roboh yang terdampak gempa. Semua warga di sana juga sudah mengungsi di ketinggian," kata Komandan Basarnas Pos Selayar Mukti Ali kepada detikcom, Selasa (14/12/2021).
Mukti melaporkan sejauh ini ada tiga wilayah kecamatan yang terdampak getaran gempa di Kabupaten Kepulauan Selayar, yakni area Kecamatan Pasimarannu, lalu Pasimarannu Timur dan Kecamatan Pasilambena.
Mukti mengaku pihaknya belum menerima laporan korban jiwa. Tapi kerusakan parah akibat gempa sering terjadi.
"Bangunan yang roboh itu ada juga rumah, ada menara masjid patah, sekolah roboh, SD kalau nggak salah. Jalannya juga retak-retak," ungkap Mukti.
BMKG Akhiri Peringatan Dini Tsunami
Dua jam berlalu, BMKG pun mengakhiri peringatan dini tsunami. Keputusan itu diambil usai tidak terdeteksinya kenaikan muka air laut lagi pasca-gempa.
"Sudah lebih dari dua jam kejadian dan tidak terdeteksi kenaikan muka air laut lagi, maka peringatan dini tsunami dinyatakan telah berakhir," kata Dwikorita, Selasa (14/12/2021).
Dia mengatakan BMKG telah berdiskusi dengan pejabat di NTT. Saat ini masyarakat sudah diperbolehkan kembali ke rumah.
"Masyarakat bisa kembali ke tempat masing-masing," ucapnya.
Gempa susulan terus terjadi. Simak di halaman selanjutnya.
Gempa Susulan
Gempa susulan pertama terjadi pada pukul 10.41 WIB. Gempa berkekuatan magnitudo (M) 5,6 itu berpusat pada koordinat 7,81 LS-122,34 BT.
"89 km barat laut Larantuka, NTT," tulis BMKG.
Gempa susulan kedua terjadi pada pukul 10.47 WIB. Kali ini, gempa terjadi di 129 km barat laut Maumere, Sikka, NTT.
"Gempa magnitudo: 5.5, kedalaman 10 km," tulis BMKG.
Gempa susulan pun terus terjadi. Pada pukul 11.40 WIB, tercatat ada 15 kali gempa susulan dengan kekuatan paling kuat, yakni M 5,6.
Sekitar pukul 12.30 WIB, BMKG kembali melaporkan gempa susulan. Tercatat, ada 20 aktivitas gempa susulan pasca-gempa.
Deputi Bidang Geofisika BMKG M Sadri menyampaikan gempa bermagnitudo di atas 7 pasti akan diikuti gempa susulan. Warga pun diminta terus waspada.
"Perlu diketahui setiap setiap ada gempa besar, apalagi skala di atas 7, itu pasti akan diikuti oleh gempa susulan. Bisa banyak, bisa sedikit, tergantung karakteristik dari suatu wilayah tersebut. Terakhir ada sekitar 20 aktivitas gempa susulan dengan magnitudo terbesar 6,8 dan yang terkecil 3,4," tuturnya.
Gempa susulan juga masih terus terjadi pada pukul 15.31 WIB. BMKG melaporkan gempa susulan dengan kekuatan M 5,4 kembali mengguncang Larantuka. Gempa berpusat di koordinat 7.59 LS-122.40 BT atau 102 kilometer barat laut Larantuka, NTT.
"Kedalaman:12 Km, tidak berpotensi tsunami," tulis akun Twitter BMKG.
Warga Diwanti-wanti Terus Waspada
BMKG mewanti-wanti warga untuk terus waspada. Mengingat gempa susulan masih akan terjadi.
"Juga kami mohon, karena gempa-gempa susulan masih terjadi, maka mohon agar masyarakat menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan gempa," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube, Selasa (14/12/2021).
"Masih mungkin terjadi gempa susulan, yang semoga kekuatannya tidak terlalu kuat," imbuhnya.
Dwikorita mengatakan, meski peringatan dini tsunami telah diakhiri, warga harus terus waspada. Dia mengimbau, jika terjadi guncangan gempa yang cukup kuat, warga harus segera mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.
"Kalau seandainya terlalu kuat sehingga Bapak-Ibu di tepi pantai, di muara sungai merasakan ayunan lagi atau merasa akan jatuh, mohon kembali lagi segera menuju tempat yang lebih tinggi meskipun sirene belum berbunyi. Jadi jangan menunggu sirene. Goyangan gempa yang membuat Bapak-Ibu merasa oleng itu, kalau Bapak-Ibu ada di tepi pantai, bisa menjadi peringatan dini tsunami," tuturnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini