Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa menunjukkan ketegasannya dalam beberapa kesempatan. Terakhir, dia memarahi Kepala Staf Korem (Kasrem) 174/ ATW Merauke Kolonel Arh Hamim Tohari lantaran dinilai main ponsel saat rapat daring.
Tak hanya Hamim, Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Ignatius Yogo Triyono dan Danrem 174/ ATW Merauke Brigjen TNI Bangun Nawoko juga ditegur.
"Lihat kan itu. Mas Yogo lihat. Mas Bangun, lihat Mas Bangun. Itulah dia anak buahnya Mas Bangun itu. Kualitasnya ya begitu," kata Andika, dilihat detikcom dari potongan video yang beredar, Jumat (3/12/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Andika juga pernah mengungkap adanya iuran-iuran liar di lembaga pendidikan TNI. Dia meminta hal tersebut disetop atau pejabat terkait akan ditindak.
Andika juga pernah menegur prajurit yang terlihat kelebihan berat badan. Namun teguran disampaikan Andika secara santai.
Berikut ini rangkuman sikap tegas Jenderal Andika Perkasa pada jajaran:
1. Soroti Iuran di Lembaga Pendidikan AD
Jenderal TNI Andika Perkasa, saat masih menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), mengungkapkan adanya iuran di lembaga pendidikan. Padahal, katanya, segala keperluan prajurit telah dianggarkan oleh institusi.
"Saya tidak ingin lagi ada iuran, apa pun alasannya. Kita dulu waktu pendidikan pertama, tidak ada iuran-iuran. Dinas, Aspers dalam hal ini, sudah merencanakan (penganggaran). Ada uang makan, ada uang saku, atau apa pun namanya sebelum dilantik sudah ada," kata Andika dalam rapat pimpinan (Rapim) TNI AD 2021, Sabtu (29/5/2021).
Andika menuturkan anggaran untuk keperluan prajurit cukup. Jikapun tidak, dia menuturkan kekurangan logistik selama pendidikan adalah bentuk latihan masing-masing pribadi untuk hidup sesederhana mungkin.
"Itu semua sudah cukup, bahwasanya sepatunya kurang ya enggak apa-apa. Bisa kita dulu. Dan itu menjadi bagian dari cara kita berlatih. Kita nyuci malam-malam setelah kegiatan, jangan maunya cadangannya banyak," tutur Andika.
Di hadapan para Panglima Kodam (Pangdam), Andika menegaskan jika praktik penarikan iuran terus dilakukan maka dia akan menganggap komandan-komandan di jajaran mengetahui.
"Jadi kalau masih ada iuran apa pun bentuknya di Rindam, saya akan anggap Danrindam tahu. Ada iuran di pusdik-pusdik, saya akan menganggap Danpusdik tahu. Di Secapa saya juga dapat laporan iuran, berarti Danmen (Komandan Resimen) tahu," ucapnya.
"Kita harus perbaiki, enggak perlu dikoordinir (pakai iuran). Kalau mereka mau jajan, buka kantin, beli saja masing-masing," sambung dia.
Mengakhiri ucapannya, Andika mewanti-wanti para pejabat kodam. Dia memberi waktu dua pekan kepada masing-masing pejabat kodam untuk menghilangkan praktik penarikan iuran di masa pendidikan prajurit.
"Kalau saya masih dengar, ada laporan, saya anggap komandannya tahu. Berarti akan ada konsekuensi. Sampai saya terima laporan, awas! Saya kasih waktu dua minggu. Masing-masing komandan tadi beresin, telusuri ke bawah," tutur dia.
"Dua minggu dari sekarang masih ada laporan, ya sudah, siap-siap saja. Enggak usah ragu, saya buktikan," pungkas Andika.
2. Soroti Peran Komandan soal Prajurit Membelot
Jenderal Andika Perkasa, masih saat menjadi KSAD, memberikan arahan kepada jajarannya terkait masalah prajurit yang membelot. Andika menegaskan prajurit yang melakukan pelanggaran harus bertanggung jawab, namun kepemimpinan dan pembinaan komandan juga penting.
"Mereka yang melakukan tindak pidana yang harus mempertanggungjawabkan. Pada saat yang bersamaan kita juga selalu briefing ke para komandan satuan dan ini termasuk penilaian. Ini yang kami lakukan," ujar Andika di Mapomdam Jaya, Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa (20/4).
Saat itu ramai pemberitaan mengenai prajurit TNI dari Yonif 410, Pratu Lukius Y Matuan, dikabarkan kabur dan bergabung dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua.
"Kita tidak hanya lihat individu yang pidana, tetapi gimana leadership atau kepemimpinan di atasnya," lanjut Andika.
Menurut Andika, seorang prajurit dilihat dari bagaimana sosok komandan di atasnya. Dia mengatakan insiden kaburnya Pratu Lukius juga memiliki konsekuensi terhadap rantai komando yang ada di atas prajurit tersebut.
"Kalau dia seorang prajurit satu gimana komandan peletonnya, gimana kompinya, apa yang udah dilakukan. Ini semua memiliki konsekuensi bukan hanya ke yang bersangkutan, tapi terhadap rantai komando di atasnya," ucap dia.
Kata Andika, komandan seharusnya bisa memastikan kondisi prajurit yang ada di bawahnya. Dia menyebut seorang komandan bertanggung jawab dan teliti terhadap prajuritnya.
"Kita akan serius sehingga mereka bisa lebih teliti lagi. Gimana memastikan anggota kondisinya baik-baik saja, sedang down, dan lain-lain," tutur dia.
"Jadi, sebetulnya kasus ini bukan hanya terjadi kali ini, walau tidak sama persis tapi prajurit yang lari atau meninggalkan dinas dan tidak kembali lagi itu cukup sering. Jadi saya juga tidak ingin misal mengambil kesimpulan kasar bahwa ini ada hubungan dengan putra daerah sama sekali tidak. Saya terbuka, nggak bohong. Setiap tahun begitu banyak," jelas Andika.
Selengkapnya di halaman berikutnya
Simak juga Video: Cegah Bentrok TNI-Polri, Panglima Ingin di-WA Jika Ada Info Gesekan
3. Tegur Dandim Gemuk
Jenderal Andika Perkasa sempat memanggil para komandan kodim (dandim) yang berbadan gemuk. Pemanggilan dandim-dandim gemuk atau yang disebut Andika 'gembrot' itu dilakukan saat acara Temu Dandrem-Dandim Tahun 2020.
Dalam video yang diunggah oleh akun YouTube TNI AD, Selasa (29/7). Suasana saat Andika memanggil dandim tersebut sangat cair dan tawa.
"Berat berapa?" tanya Andika kepada Dandim 0509 Kabupaten Bekasi Letkol Tofan Tri Anggoro.
"95 kilogram," jawannya.
"Mulai kapan gemuk?" tanya Andika.
"Mulai lulus SMA," ucap Anggoro sambil tersenyum.
"Nggak mungkin," balas Andika.
Kepada KSAD, dandim lainnya menyebut dia pernah kurus saat menjadi komandan batalion (danyon). Namun tubuh berubah setelah keluar dari batalion.
"Kemarin kami sempat kurus ketika jabatan komandan batalion, Bapak KSAD. Setelah danyon, masuk Rindam dan dandim, jadi tambahan karung," ucapnya disambut tawa Andika.
Ada pula yang menyebut baru mulai gemuk pada pertengahan 2020. Dia menyebut kondisi badannya cepat naik dan cepat turun.
"Kami mulai gemuk dari Juni 2020," katanya.
"Baru tahun ini. Langsung lebar. Lebar sini (pinggang). Kenapa tuh?" tanya Andika.
Dandim tersebut menjawab, "Kami memang cepat naik, cepat turun," katanya.
Dandim 1715/Yahukimo, Letkol Christian FR Ireeuw, pun tak lepas dari orang yang dipanggil KSAD karena berat badan. Namun dia menjawab alasan gemuk dengan jenaka.
"Sebenarnya kami kurus. Tapi tidak jaga makan, makanya jadi seperti ini," kata Christian.
"Tapi kami berusaha, Bapak KSAD, untuk kembali bisa normal," katanya.
Andika, yang mendengar alasan Christian, pun tertawa sampai menunduk.
"Christian ini kurus, karena nggak bisa jaga (makan). Sama aja," kata Andika.
Setelah bercerita dengan dandim-dandim gemuk, Andika mengaku khawatir terhadap kondisi anggota TNI AD yang memiliki berat badan berlebih. Menurutnya, kondisi itu tidak ideal bagi yang rentan terkena penyakit.
Andika menyampaikan, dia mendapat data bahwa pada 2020 bahwa ada 539 anggota TNI AD meninggal karena sakit. Hanya sebagian kecil yang meninggal karena COVID-19.
"Dari 539 itu, yang sakit plus COVID, 58. Jadi sebetulnya, 500-an ya sakit berat. Sakit berat itu ada diabetes, ada gagal ginjal, jantung, stroke. Itu semua sebetulnya bisa kita jaga," katanya.
KSAD meminta anggota TNI AD menjaga pola makan sehingga bisa menjaga berat badannya dan tetap sehat.
"Intinya, kita harus lebih scientific, kita juga harus punya tekad keras mengukur diri. Nggak boleh biarkan, 'Alah besoklah, sekarang makan dulu.' Kuncinya adalah bagaimana kita mengendalikan makan," katanya.
4. Marah karena Arahannya Tak Didengar
Selanjutnya sikap tegas diperlihatkan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa saat memimpin rapat daring. Andika marah kepada Kepala Staf Korem (Kasrem) 174/ ATW Merauke Kolonel Arh Hamim Tohari yang menurutnya sibuk dengan ponsel.
"Harusnya mereka tahu. Mas Hamim, lihat saya. Ini Mas Hamim kan yang di Merauke? Betul? Nggak usah lihat handphone," tegur Andika, seperti dilihat detikcom pada Jumat (3/12).
Andika menekankan dia tak sering bicara sehingga dia meminta jajarannya betul-betul memperhatikan arahannya.
"Saya ngomong nggak sering. Handphone geser. Mas Hamim, handphone geser!," perintah Andika dengan nada meninggi di akhir kalimat.
"Siap sudah," jawab Kolonel Hamim.
"Mana?" tanya Andika lagi.
Andika berulang kali memerintahkan Kolonel Hamim untuk menggeser ponselnya ke sebelah kiri. Andika lalu memerintahkan Hamim mengulangi arahan yang baru saja disampaikan dia.
"Ke samping kiri. Ke samping kiri. Jauh. Ulangi coba, apa yang saya bilang barusan?" pinta Andika ke Hamim.
Kolonel Hamim tampak tak langsung merespons perintah Andika. Diamnya Hamim membuat Jenderal Andika kembali menegur.
"Mas Hamim, ulangi," perintah Andika.
"Siap. Siap, Bapak," jawab Hamim kembali.
Melihat Kolonel Hamim tak dapat menjelaskan ulang arahannya, Jenderal Andika menegur atasan Hamim yakni Mayjen TNI Ignatius Yogo Triyono dan Brigjen TNI Bangun Nawoko. Andika meminta kedua jenderal itu melihat kualitas anggotanya.