Sosok pria O yang meminta bantuan kepada Ipda OS hingga berujung penembakan dua pria di Exit Tol Bintaro, Jaksel, masih jadi misteri. Pria O ini saat itu meminta bantuan Ipda OS karena merasa dikuntit tiga kendaraan sejak dari Sentul, Kabupaten Bogor.
Sempat tersiar kabar bahwa pria O ini adalah salah satu staf Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi. Namun hal ini dibantah oleh Polda Metro Jaya.
"Tidak ada kaitannya sama sekali, itu nggak ada kaitannya. Tidak ada ini kaitannya, ini hanya hubungan personal antara Ipda OS dan Saudara O. Tidak ada kaitannya dengan yang ditanyakan, dengan Ketua DPRD," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Zulpan saat dihubungi, Jumat (3/12/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zulpan mengaku, dari pemeriksaan yang dilakukan sejauh ini, tidak pernah tersebut nama Prasetio Edi yang diucapkan oleh pria O. Zulpan menyebut, Ipda OS merespons permintaan bantuan pria O hanya karena hubungan pertemanan saja.
"Dalam pembicaraan mereka, komunikasi juga tidak ada menyebut nama itu, jadi tidak ada. Hanya hubungan personal melibatkan mereka berdua. Perlu diluruskan itu," ujar Zulpan.
"Yang jelas kita pada materi, materi kasus, tidak ada yang menyangkut orang lain, hanya hubungan personal antara O dan OS. Jadi nggak ada keterlibatan pejabat-pejabat publik yang lain. Perlu diluruskan ini," terang Zulpan.
Kasus penembakan yang dilakukan oleh Ipda OS terjadi pada Jumat (27/11) di Exit Tol Bintaro, Jakarta Selatan. Saat itu Ipda OS mengaku membantu pria inisial O yang melapor kepadanya tengah dibuntuti oleh tiga kendaraan dari Sentul.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya....
Simak Video: Jadi Pelaku Penembakan, Polisi PJR Polda Metro Belum Ditetapkan Tersangka
Ipda OS Dicopot
Buntut insiden penembakan itu, Ipda OS dicopot dari kesatuannya sebagai anggota PJR Ditlantas Polda Metro Jaya. Ipda OS dicopot agar fokus menjalani pemeriksaan.
"Ipda OS sudah dinonaktifkan dari sana. Dalam rangka pemeriksaan intensif, kan dilakukan pemeriksaan intensif. Artinya, dia tidak bisa melakukan tugas seperti biasa," kata Zulpan.
Zulpan belum memerinci sejak kapan Ipda OS dinonaktifkan dari satuannya. Namun dia mengatakan Ipda OS tidak ditahan selama pemeriksaan berjalan.
"(Ipda OS) tidak ditahan. Itu kan kalau ditahan ada statusnya, setelah statusnya sebagai tersangka. Sekarang secara maraton masih terus diperiksa. Tentunya melelahkan juga bagi yang bersangkutan. Tapi kan kami ingin transparan kasus ini, seobjektif mungkin," ujar Zulpan.
Dua orang jadi korban penembakan Ipda OS. Dua orang itu bernama M Aruan dan Poltak Pasaribu. Korban Poltak Pasaribu dinyatakan meninggal dunia setelah dirawat di rumah sakit.