Video menunjukkan anak Medan, Sumatera Utara (Sumut), belajar gaya bahasa Jakarta Selatan (Jaksel) viral di media sosial (medsos). Pembuat video menceritakan awal mula dirinya membuat video itu.
Dilihat detikcom, Senin (29/11/2021), di akun Tiktok @sastra.silalahii, tampak seorang berbaju hitam duduk sambil memegang buku. Dia kemudian mulai bicara soal dirinya belajar gaya bahasa Jaksel.
"Aku belajar bahasa Jaksel, biar nggak kagok (kesulitan) kali pas ketemu kedan-kedan di sini ya kan. Itu kan baru awal aja udah kagok kali aku. Karena di sini nggak ada yang namanya kedan (teman), adanya circle. Kalau kedan kental (teman baik) itu baru namanya bestie. Nggak tepegang lagi itu artinya hectic (sibuk sekali)," ucap pria itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia kemudian melanjutkan bicara. Dia menyebut kreak (sombong) kali itu negative vibe, congok (rakus) itu artinya mukbang, eskete (lagi musuhan) itu berarti 'kalian lagi lost contact'.
"Mardalani (jalan-jalan) itu healing, monza (baju bekas) itu thrifting, merepet itu talkative (banyak bicara), bekingan itu support sistem, lasak artinya sugar rush," ucap pria itu.
"Nah kalau tiap hari minum tuak di lapo (kedai) itu namanya self reward," sambung pria itu.
Pemilik akun Sastra Silalahi menceritakan awal mula dirinya membuat konten itu. Dia menyebut konten itu berawal saat temannya belajar bahasa Jaksel.
"Itu awalnya ada teman saya @podcastkeselaje bikin belajar bahasa Jaksel. Nah karena aku di Jaksel ini ngerantau, aku buat versi anak Medan kalau belajar bahasa Jaksel gimana," sebut Sastra saat dimintai konfirmasi.
"Karena kangen juga bahasa Medan, bisa sekalian promosilah dibilang," sambungnya.
Simak penjelasan akademis terkait viral anak Medan belajar gaya bahasa anak Jaksel di halaman berikutnya.
Simak juga 'Momen Pengantin Pria Gendong Istri Seberangi Sungai di Polman':
Tentang Beda Gaya Bahasa Medan Vs Jaksel
Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Medan Area (UMA) Ara Auza menjelaskan soal perbedaan gaya bahasa tiap daerah, terutama dalam percakapan sehari-hari. Dia menyebut perbedaan gaya bahasa adalah hal normal.
"Pandangan komunikasi antar budaya terdapat bahasa dalam konteks tingkat tinggi dan konteks tingkat rendah. Konteks tingkat tinggi contohnya bahasa Jawa, terdapat tingkatan dalam berbahasa. Sementara konteks bahasa tingkat rendah, ya bahasa Medan. Makna yang disampaikan merupakan makna sebenarnya. Jadi perbedaan bahasa adalah hal yang normal," sebut Ara.
Ara menilai gaya bahasa anak Jaksel sebagai bahasa gaul anak muda. Bahasa ini, katanya, sedang menjadi tren dalam percakapan sehari-hari oleh anak muda di dunia nyata ataupun lewat dunia maya.
"Dalam konteks kasus ini, bahasa Jaksel merupakan bahasa gaul yang menyebar ke seluruh Indonesia. Banyak digunakan oleh anak muda dan mereka menjadi tren gaya anak muda. Di tataran dunia bahasa Jaksel bisa disamakan dengan bahasa Korea yang jamak digunakan anak muda di seluruh dunia, menjadi bahasa dominan," sebut Ara.
Namun, katanya, gaya bahasa Medan tetap bertahan dan digunakan warga dalam percakapan sehari-hari. Dia juga menyebut banyak orang-orang yang tertarik ketika ada seseorang bicara dengan gaya bahasa khas Medan.
"Yang menarik adalah bagaimana bahasa Medan, Karo, Melayu atau bahasa daerah lainnya dapat disebarkan kepada masyarakat di seluruh Indonesia. Dan video ini menjadi hype salah satunya diviralkan melalui media TikTok yang penggunanya cukup besar di Indonesia. Menurut saya permasalahan gaya bahasa adalah normal. Justru penggunaan TikTok sekarang ini yang efektif dalam memviralkan video ini," ujar Ara.