Dewan Pendidikan Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) memberi penghargaan ke sejumlah guru pengabdi pada peringatan hari guru. Di antaranya, ada tenaga guru honorer yang berjuang di pulau terluar atau wilayah terpencil di Makassar dengan gaji 450 ribu per 3 bulan.
Hal ini terungkap saat Dewan Pendidikan Makassar menggelar Malam Anugerah Guru di Kota Makassar, Kamis (25/11/2021). Ketua Dewan Pendidikan Makassar Rudianto Lallo mengatakan, guru-guru di pulau terluar dan wilayah terpencil Makassar merupakan inspiratif yang perlu perhatian pemerintah.
"Kita harap dengan kegiatan ini guru-guru mendapat perhatian pemerintah. Ini bentuk perhatian kami dari Dewan Pendidikan untuk lebih memperhatikan guru-guru," kata Rudi saat memberikan penghargaan ke sejumlah guru inspiratif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menurut Rudi, kehadiran guru-guru inspiratif di pulau-pulau terluar perlu menjadi perhatian pemerintah. Menurutnya, sejumlah guru perlu diuji untuk ditugaskan di pulau terluar.
"Kita harap kalau di pulau itu beberapa pulau sudah terpenuhi guru, tinggal di pulau terluar, kita harap guru diuji coba di pulau terluar, tapi itu banyak dihindari," katanya.
Hadirnya guru-guru inspiratif di pulau-pulau terluar Makassar perlu untuk pemerataan pendidikan dan meningkatkan kecerdasan peserta didik, khususnya yang berada di pulau terluar.
"Kita mau anak-anak pulau juga cerdas seperti anak di Kota (Makassar), kita mau sejauh mana pembangunan dan kebutuhan bagi sekolah. Ini sebagai kritik bagi Pemerintah juga, supaya harus hadir memperjuangkan," tuturnya.
Salah seorang guru yang dinobatkan sebagai guru pengabdi, Supriadi (37) lalu menceritakan perjuangannya mengajar sebagai guru SMP mata pelajaran matematika di Pulau Langkai, Kecamatan Sangkarang, Makassar. Supriadi hanya guru honorer di sekolah tempatnya mengajar.
"Untuk honor itu di SMP Rp 450 ribu per 3 bulan, kalau di SD itu Rp 1 jutaan, itu untuk tambahannya per 3 bulan," kata Supriadi usai dinobatkan sebagai guru pengabdi.
![]() |
Supriadi mengaku harus pasrah dengan gaji honor yang didapatnya demi pendidikan anak-anak pualu.
"Setia bertahan, kita harus berjuang karena kita ini orang di sana asli, di sana, masa orang lain mau di sana, itu yang kita tidak mau, jadi kita mau pertahankan di sana," tuturnya.
Tak mudah bagi Supriadi selama menjadi guru honor 9 tahun lamanya di pulau Langkai. Keterbatasan fasilitas juga kerap menjadi kendala.
"Semoga kita diperhatikan ini, tapi yang dibutuhkan ini jaringan internet, karena di sana kan sekarang kan online jadi kalau kita pemberkasan (ke Makassar) tidak ada jaringan itu pemberkasan kita tuh di Makassar, ke Makassar lagi," terangnya.
"Perjalanan itu sekitar 3 jam, maksudnya yang ke Makassar itu jaraknya sekitar 3 jam kalau saya ke Makassar untuk urus administrasi," tambahnya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
"Jadi kita juga kadang pergi melaut kalau selesai mengajar, tapi itu hanya pengisi waktu juga, sekarang juga sebenarnya yang untuk bantu bantu itu servis HP sedikit-sedikit," ucapnya.
Demikian halnya dengan guru yang sudah sudah mengabdi selama 7 tahun di Pulau Lakkang, Makassar, Sutrisnawati (36). Setiap hari dia harus berjalan kaki sepanjang 1 kilometer dari rumahnya menuju sekolah tempatnya mengajar.
"Akses yang kita lewati pematang empang warga, sampai dermaga itu dengan melewati pinggiran pematang empang kita naik perahu lagi. Kita rasakan teriknya matahari, hujan kehujanan," katanya.
"Namanya tangung jawab, tugas kami laksanakan sampai Lakkang 5 menit menyeberang," tambahnya.
Ibu dua anak ini juga tak mengeluhkan soal honor, demi pengabdian ia rela menjadi guru ei kepulauan.
"Honor sendiri triwulan itu pertama saya kali Rp 400 ribu, pertiga bulan, setelah itu saya kontrak alhamdullilah saya gaji 1.5 juta per bulan," terangnya.