Kisah Stephan Letter, 'Malaikat Maut' Pencabut 29 Nyawa

Hitamnya Hitam

Kisah Stephan Letter, 'Malaikat Maut' Pencabut 29 Nyawa

Rakhmad Hidayatulloh Permana - detikNews
Minggu, 21 Nov 2021 06:40 WIB
jarum suntik dan ampul obat
Foto: Ilustrasi jarum suntik (thinkstock)
Jakarta -

Perawat tugasnya mestinya merawat pasiennya. Bukannya merawat, perawat di Jerman, Stephan Letter justru mengirim para lansia ke akhirat.

Dilansir dari DW, Kamis (18/11/2021) Stephan Letter yang berusia dua puluh tujuh tahun saat diadili itu divonis atas pembunuhan 29 pasiennya. Korbannya sebagian besar berusia lanjut. Kasus ini tercatat sebagai yang terburuk dalam sejarah Jerman pascaperang.

Stephan Letter dijuluki "Malaikat Maut" oleh pers Jerman. Ia mengakui perbuatannya ketika ditangkap pada Juli 2004. Dia telah membunuh 12 pasien dalam perawatannya dengan suntikan mematikan di sebuah klinik di kota Sonthofen, di Pegunungan Alpen Bavaria.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Membunuh Demi Menyelamatkan yang Sekarat

Dia mengaku kepada polisi bahwa pembunuhan itu merupakan tindakan belas kasihan untuk "menyelamatkan" orang yang sekarat dari penderitaan mereka. Penyelidik kemudian menggali 42 kuburan orang yang meninggal di klinik di Sonthofen untuk diautopsi.

Letter kemudian didakwa dengan 16 tuduhan pembunuhan, 12 pembunuhan dan satu pembunuhan atas permintaan si pasien. Letter divonis hukuman penjara seumur hidup pada 20 November 2006.

Pembunuhan pertama dimulai pada Februari 2003, kurang dari sebulan setelah Letter mulai bekerja di sana, dan semua pasien meninggal selama 17 bulan ia bekerja di klinik Sonthofen. Mayoritas berusia 75 tahun atau lebih, meskipun yang termuda baru berusia 40 tahun.

Kematian para pasien tidak menimbulkan kecurigaan pada saat itu. Namun polisi mulai dipanggil karena beberapa obat-obatan hilang dari klinik. Stephan Letter akhirnya ditangkap ketika polisi menemukan obat di rumahnya. Menurut jaksa penuntut di kota selatan Kempten, tempat persidangan berlangsung, obat itu cukup untuk membunuh 10 orang.

Lihat juga video 'Pria Berpisau Serang Penumpang Kereta Cepat Jerman, 3 Terluka':

[Gambas:Video 20detik]



Membunuh Tanpa Pandang Bulu

Jaksa Penuntut mengatakan bahwa Stephan Letter dengan kejam mengakhiri hidup para pasiennya. Bahkan ketika sang pasien sedang dalam pemulihan. Ia juga sempat mencuri beberapa barang mereka.

"Dia bertindak relatif tanpa pandang bulu dan tanpa tujuan," kata Wilhelm Seitz, seorang pengacara yang mewakili kerabat dari 11 orang yang tewas, sebagai penggugat dalam kasus ini.

"Tidak semua pasien sakit parah, dan dia tidak melakukan kontak sama sekali dengan beberapa dari mereka," lanjutnya.

Halaman 2 dari 2
(rdp/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads