Aktivitas perdagangan di Pasar Skouw yang berada di perbatasan RI dengan Papua Nugini (PNG) menjadi sorotan. Pasalnya, transaksi jual beli di pasar tersebut menggunakan mata uang PNG, yaitu kina.
Diketahui, pasar Kina area Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Indonesia-PNG, dibangun oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pasar itu memiliki sejumlah fasilitas, di antaranya gereja dan masjid, amphitheater, food court, lapangan parkir yang luas, serta sejumlah fasilitas pendukung lainnya, seperti toilet dan area taman serta patung proklamator, Presiden RI Pertama Indonesia Sukarno.
Kunjungan Waterpauw
Paulus Waterpauw, yang merupakan Deputi Bidang Pengelolaan Potensi Kawasan Perbatasan di Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) Kemendagri, melakukan kunjungan di PLBN Skouw, Kota Jayapura, pada Selasa (16/11) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat berkeliling Pasar Skouw, Paulus Waterpauw sempat berbincang dengan Naomi, salah satu pembeli dari warga PNG. Naomi yang hanya bisa berbicara dalam bahasa PNG, yakni Inggris Fiji, mengaku sengaja datang ke pasar perbatasan lewat jalur tradisional untuk membeli sembako dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
![]() |
"Saya beli tikar ini selain untuk di pakai, bisa juga di jual kembali ke warga di Vanimo, PNG," katanya dalam bahasa Inggris Fiji kepada Paulus Waterpauw yang dialih-bahasakan oleh Kasi Pengembangan Kawasan PLBN Skouw F Imbiri.
Tentunya Naomi dalam berbelanja menggunakan mata uang PNG, kina.
"Mereka berbelanja pakai uang kina," kata Rukiyah, salah satu pedagang pakaian asal Kota Jayapura.
Selengkapnya di halaman berikutnya
Jarang Pakai Rupiah
Menurut dia, alat pembayaran di Pasar Skouw sejak dulu menggunakan mata uang kina dan jarang sekali menggunakan rupiah.
"Jadi, kami yang harus sesuaikan karena mereka pembeli. Mata uang kina harga tukar ditingkat pengecer tidak pernah stabil, kadang 1 kina itu Rp 3.700, kadang bisa lebih atau kurang dari itu. Yang pasti jarang sekali sampai Rp 5.000," katanya.
![]() |
Padahal, lanjut Rukiyah, di dalam area PLBN Skouw, tempat penukaran uang dari kina ke rupiah atau sebaliknya tetapi jarang ada. Namun warga PNG tidak mau menukarkan uangnya.
"Biasanya setelah kami mendapatkan kina, kami tukar ke pengecer yang selalu mobile. Kalau orang PNG mereka tidak mau tukar, langsung saja belanja pakai kina," kata Rukiyah.
Selengkapnya di halaman berikutnya
Merespons hal tersebut, Paulus Waterpauw meminta pihak terkait, dalam hal ini perbankan, melakukan sosialisasi penggunaan mata uang rupiah kepada para pedagang dan warga yang bertransaksi di daerah perbatasan.
"Tentunya hal ini menjadi catatan yang akan disampaikan kepada pimpinan di Jakarta, selain temuan masalah lainnya. Kami juga akan mendorong pemangku kepentingan untuk gencar sosialisasi terkait alat tukar di perbatasan," katanya.
Tapi, kata dia, hal yang utama adalah bagaimana menghidupkan kembali aktivitas jual beli di Pasar Skouw sebagaimana semangat awal membangun pasar modern itu.
"Tentunya ada sejumlah ide atau gagasan yang akan kami buat sebagai pemicu untuk dorong geliat ekonomi di Pasar Skouw yang memiliki potensi yang luar biasa, salah satunya dengan menggelar festival budaya dan seni serta kuliner," ujarnya.