Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengungkapkan sosok guru yang mengajarkannya operasi intelijen. Sosok tersebut adalah A.M Hendropriyono yang ia ungkap dalam buku biografinya 'Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto'.
"Dari Pak Hendro, saya banyak belajar operasi intelijen. Karena itulah saya masukkan beliau di buku ini. Bagaimana pun, saya anggap beliau sebagai guru," ujar Prabowo dalam keterangan tertulis, Rabu (17/11/2021).
Prabowo pertama kali mengenal Hendropriyono kala masih berstatus sebagai taruna TNI. Pada saat itu, Hendropriyono sudah menjabat sebagai Letnan Satu di Grup 2. Dalam biografinya, Prabowo menceritakan bagaimana saat itu ia terkesan terhadap Hendropriyono.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beliau orangnya kharismatik, beliau mampu mengambil simpati, gagah, dan ganteng. Reputasi beliau pun sudah mengalir kepada kami para taruna," kata Prabowo.
Reputasi Hendropriyono yang membekas kala itu adalah keberhasilannya dalam aksi penumpasan Paraku/PGRS, sebuah pemberontakan komunis di Kalimantan Barat.
"Sudah itu saya jumpa Pak Hendro di Cijantung. Saya sebagai letnan dua, beliau kapten. Kami sama-sama di Sandi Yudha. Saya waktu itu di Grup 1. Beliau bisa dikatakan mentor saya. Saya banyak belajar ilmu ketentaraan dari Pak Hendro," imbuh Prabowo.
Pada 1976, Prabowo yang bergabung dalam Tim Nanggala 10 memburu kelompok Fretilin di Timor Timur. Sementara, Hendropriyono tergabung dalam Nanggala 8 yang lebih dulu terjun dalam operasi di wilayah tersebut.
"Waktu itu, pada saat terakhir dan akan ditarik pulang, Pak Hendro mengajarkan saya ilmu, kunci dalam operasi menghadapi gerilya. Beliau juga selalu mengajarkan kepada saya pentingnya dukungan rakyat," tutur Prabowo.
"Cari orang-orang yang berpengaruh dan orang-orang yang berpihak kepada kita. Tidak mungkin kita beroperasi tanpa dukungan orang-orang tersebut," sambungnya.
Dari situlah Prabowo dikenalkan kepada sejumlah figur penting seperti Abilio Jose Osorio Soares dan adiknya, Francisco Deodato do Rosario Osorio Soares, hingga Vidal Domingos Doutel Sarmento.
Eks Danjen Kopassus ini menceritakan sejak puluhan tahun di Timor Timur ternyata ada kelompok-kelompok yang ingin bergabung dengan Indonesia. Mereka melawan dan membenci kolonialisme Portugis.
Karena dikenalkan Hendropriyono, Prabowo mengaku banyak menerima bantuan dari partisan sehingga pelaksanaan operasi di Timor Timur berjalan lancar.
"Di bidang intelijen, tidak banyak orang punya kemampuan mendekati dan meyakinkan orang seperti Hendropriyono. Ia juga punya kreativitas yang sangat tinggi, dan berpikir out of the box," jelasnya.
(prf/ega)