Jika Keluar dari PDIP, Ganjar Diprediksi Bakal Ditampung Golkar

Jika Keluar dari PDIP, Ganjar Diprediksi Bakal Ditampung Golkar

Matius Alfons - detikNews
Selasa, 16 Nov 2021 15:02 WIB
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo di Banjarnegara, Senin (6/9/2021).
Ganjar Pranowo (Uje Hartono/detikcom)
Jakarta -

Ganjar Pranowo bisa dibilang menghadapi dilema menjelang Pemilu 2024. Elektabilitasnya, berdasarkan hasil sejumlah survei, terbilang tinggi, namun tiket ke Pilpres 2024 sepertinya jauh panggang dari api. Mungkinkah Ganjar nekat mencari jalan lain di luar partainya?

"Saya itu kader PDI Perjuangan," kata Ganjar menjawab pertanyaan soal tawaran partai lain kepada dirinya, Senin (15/11/2021).

Meski demikian, peneliti CSIS Indonesia Arya Fernandes menilai partai lain tetap berpeluang menggaet Ganjar. Arya menyebut ada dua partai besar selain PDIP yang paling mungkin meminang Ganjar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada dua partai yang kemungkinan besar akan melirik atau menawarkan Ganjar sebagai kandidat kalau memang ada kepastian dari PDIP untuk tidak mencalonkan Ganjar. Tapi kesulitannya begini, PDIP nggak mungkin kasih kabarnya sekarang-sekarang. Pasti informasi atau kepastian PDIP untuk mencalonkan kandidat dalam pilpres, dugaan saya, diinformasikan last minute atau beberapa bulan sebelum mendaftarkan calon," kata Arya saat dihubungi, Selasa (16/11/2021).

"Dengan kondisi gitu, posisi Pak Ganjar itu dilematis dan posisi sulit. Sekarang tergantung Pak Ganjar, apakah dengan posisi ketidakpastian itu, ini nggak pasti akan didukung PDIP, apakah dia berani maju dari partai lain," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Arya menyebut bakal ada dua partai besar yang mungkin akan menampung jika Ganjar berani keluar dari PDIP. Kedua partai itu adalah NasDem dan Golkar.

"Kalau ditanya partai mana yang berpotensi, ya saya kira dua partai, pertama itu NasDem, yang kedua itu adalah Golkar," ucapnya.

Namun, Arya menyebut, masuknya Ganjar juga akan mempengaruhi kedua partai besar tersebut. Dia menyebut, jika NasDem mau menerima, Ganjar harus bersedia mengikuti konvensi capres NasDem.

"NasDem kan perolehan persentase kursinya 10 persen, sekitar 10 persen. Jadi itu untuk bisa mencalonkan Ganjar, kan NasDem harus cari partai koalisi lain, dan itu NasDem juga berancang-ancang untuk lakukan konvensi. Kalau konvensi jadi dilakukan NasDem, pertanyaannya apakah Ganjar bersedia atau nggak ikut konvensi? Kan nggak mungkin tiba-tiba NasDem mencalonkan orang yang tidak ikut konvensi. Kepastian NasDem mau calonkan Ganjar tergantung apakah Ganjar mau ikut konvensi atau nggak. Kalau nggak ikut, nggak mungkin mencalonkan NasDem," ujarnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Arya menyebut konsekuensi juga akan terjadi pada Partai Golkar. Dia meragukan Ganjar bisa menjadi nomor 1 pada Pilpres 2024 selama Golkar berkeras mencalonkan ketumnya, Airlangga Hartarto.

"Kalau Partai Golkar saat sekarang ini keputusan partai itu secara umum mencalonkan Airlangga presiden, meski elektabilitas di bawah 3 persen. Kalau Ganjar dicalonkan oleh Golkar, konsekuensinyna apakah Ganjar mau di nomor 2 atau nggak? Dengan elektabilitas dia dibandingkan Airlangga itu bisa 9 sampai 10 kali lipat itu. Apa Ganjar mau di nomor 2? Itu juga persoalan yang mungkin terjadi," tuturnya.

Arya juga menyampaikan kemungkinan Ganjar bisa terpilih oleh PDIP di Pilpres 2024. Dia menyebut keputusan PDIP tergantung dari pasangan calon yang diajukan koalisi partai lain di 2024 dan juga elektabilitas Puan Maharani.

"Kalau kandidat partai lain di luar PDIP mencalonkan calon populer misalnya sekarang ada Prabowo, ada Anies, dua nama itulah. Kalau calon populer itu diusung oleh partai lain, kemungkinan PDIP akan dukung Ganjar. Kenapa? Kalau Puan bertarung dengan Prabowo dan Anies, potensi kalahnya lebih besar, pasti PDIP akan realistis. Kedua itu soal apakah dalam 1 tahun ke depan Puan bisa tembus 10 persen atau nggak. Kalau Puan bisa tembus 10 persen dan trennya naik, peluang Ganjar tipis," sebutnya.

Analisis senada disampaikan oleh bos lembaga survei politik Median, Rico Marbun. Dia juga menyebut Golkar dan NasDem-lah yang paling berpotensi meminang Ganjar Pranowo.

"Yang paling mungkin (Ganjar), selain ke Golkar, ke NasDem. (Partai lain) belum terbayang ya, Gerindra jelas ke Prabowo, PKS ke dokter Salim, PKB ke Cak Imin, PAN ke Zulhas," ucapnya.

Rico menyebut masuknya Ganjar ke Golkar bisa memberikan sejumlah keuntungan. Selain magnet elektoral, menurutnya, Ganjar juga menjadi magnet reuni gabungan partai serumpun Golkar.

"Bila Golkar serius, dan lebih dulu menarik Ganjar ke Golkar, dan berhasil melengketkan asosiasi Ganjar ke Golkar, ada magnet elektoral baru di luar Airlangga yang bisa turut menopang partai. Sosok ganjar juga bisa menjadi magnet reuni gabungan partai serumpun dengan Golkar, seperti Hanura, Berkarya, dll. Hanya, tantangan untuk Ganjar, apakah Ganjar jadi nomor 1 atau nomor 2," jelasnya.

Halaman 2 dari 2
(maa/tor)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads