Sultan Ageng Tirtayasa merupakan salah satu pahlawan nasional asal Banten. Bahkan namanya diabadikan sebagai nama Universitas, yaitu Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) di Provinsi Banten.
Sosok Sultan Ageng Tirtayasa tak lepas dari perjuangan melawan penjajah Belanda. Dia juga berjasa membawa kesultanan Banten berkembang pesat dalam berbagai bidang, mulai politik, perekonomian hingga kebudayaan.
Lalu bagaimana profil Sultan Ageng Tirtayasa? detikcom merangkum ulasannya berikut ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Profil Sultan Ageng Tirtayasa
Mengutip dari Buku berjudul 'Kisah Heroik Pahlawan Nasional Terpopuler' tulisan Amir Herdarsah dan laman resmi Pemprov Banten, berikut profil Sultan Ageng Tirtayasa:
- Nama kecil: Abdul Fatah
- Lahir: Banten, tahun 1631.
- Orang Tua: Sultan Abdul Ma'ali Ahmad dan Rau Martakusuma (Sultan Banten Tahun 1640-1650)
- Gelar: Pangeran Surya
Ketika ayahnya wafat, ia mendapat gelar Pangeran Rau atau Pangeran Adipati dan menjadi Sultan Muda.
Saat kakeknya meninggal dunia, dia naik takhta sebagai Sultan di usia 20 tahun, dengan gelar Sultan Abdul Fathi Abdul Fattah.
Nama Sultan Ageng Tirtayasa sendiri dipakai usai dirinya mendirikan keraton baru di dusun Tirtayasa (terletak di Kabupaten Serang).
Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa Terhadap Belanda
Sultan Ageng Tirtayasa mulai berkuasa pada tahun 1651-1683. Dia dikenal sangat tegas melawan Belanda. Dia memerintahkan rakyat Banten untuk menolak kerja sama dengan VOC (Belanda), yang kala itu merugikan Kesultanan Banten. Bahkan banyak kapal hingga perkebunan teh VOC yang berhasil dirampas dan dirusak oleh para rakyat Banten.
Selain itu, perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa juga diwujudkan dengan menolak perjanjian monopoli VOC dan membongkar blokade laut Belanda. Sultan Ageng Tirtayasa lebih memilih melakukan kerjasama perdagangan dengan bangsa Eropa lainnya, seperti Denmark dan Inggris.
Tekad Sultan Ageng Tirtayasa untuk membawa Banten sebagai Kerajaan Islam terbesar di nusantara sangat kuat. Dia berusaha meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan rakyat dengan membuka sawah-sawah baru dan mengembangkan irigasi.
Sultan Ageng Tirtayasa juga mengangkat Syekh Yusuf sebagai mufti kerajaan dan penasehat Sultan.
Sultan Ageng Tirtayasa amat gigih melawan Belanda. Namun kepemimpinannnya digulingkan atas hasutan Belanda. Ulasannya dapat dilihat di halaman selanjutnya.
Hasutan Belanda untuk Gulingkan Sultan Ageng Tirtayasa
Tegasnya Sultan Ageng Tirtayasa membuat Belanda geram. Saat itu Belanda merasa sulit untuk menundukkan Banten.
Kemudian Belanda menggunakan politik adu domba dengan menghasut putra tertua Sultan Ageng Tirtayasa, yakni Sultan Haji. Sultan Haji terhasut dan menganggap sang ayah akan menyerahkan kekuasaan kepada adiknya, Pangeran Purbaya.
Hasutan dari Belanda itu menyebabkan Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji berperang. Belanda, yang berada di pihak Sultan Haji membantu perlawanan hingga berhasil menang.
Kematian Sultan Ageng Tirtayasa
Dilansir dari laman resmi Pemkab Serang, peperangan antara Ayah dan anak itu membuat Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap pada 1683. Dia kemudian dibuang ke Batavia.
Sejak saat itu, Sultan Ageng Tirtayasa berada di dalam penjara di Batavia. Dia kemudian wafat pada 1692 dan dimakamkan di Komplek Pemakaman Raja-raja Banten, di sebelah utara Masjid Agung Banten.
Pasca kematian Sultan Ageng Tirtayasa, Kesultanan Banten mengalami kemunduran. Hal ini lantaran para Sultan selanjutnya mudah terpengaruh dengan janji-janji Belanda. Pemerintahan pun berjalan labil dan lemah.
Perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa melawan penjajah Belanda membawanya menerima gelar Pahlawan Nasional. Hal ini diatur berdasarkan SK Presiden No.045/TK/Tahun 1970, tanggal 1 Agustus 1970.
Tak hanya itu, Sultan Ageng Tirtayasa juga diabadikan namanya sebagai perguruan tinggi negeri di Banten, bernama Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.