Banjir masih menggenangi Kota Sintang, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Bahkan ketinggian air terus berubah-ubah, kadang naik dan kadang turun selama dua pekan terakhir.
Ketidakpastian kapan banjir berlalu, membuat warga Sintang mulai resah. Banjir di Kabupaten Sintang sudah lebih dari dua pekan.
Terlebih tak banyak aktivitas bisa dilakukan di saat banjir. Akses jalan terputus, sejumlah toko dan perkantoran tergenang, termasuk permukiman dan rumah ibadah. Jaringan telekomunikasi termasuk internet sudah hampir sepekan terganggu, dan juga tentu dampak lainnya akibat banjir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tengah musibah, selalu ada cerita harapan menghiasi.
Salah satunya datang dari sosok bapak tiga anak ini. Warung gerobak yang berada persis di bundaran Tugu Bank Indonesia itu tampak tergenang banjir setinggi pinggang orang dewasa.
Jauh dari hiruk pikuk puluhan penarik sampan menunggu warga yang ingin menyeberang jalan akibat jalan terputus oleh genangan air, terdengar adukan gelas berisi air panas bercampur kopi hitam di warung tersebut.
Warung Pak De Ponco nama yang tertulis di banner yang terpasang di depan gerobak mininya. Namun nama lengkap pria berumur 60 tahun ini adalah Ponco Sudarsono.
Warung ini satu-satunya warung minuman dan makanan yang tetap buka di tengah deretan kios yang memilih tutup karena banjir yang mencapai ketinggian air mulai dari 30 centimeter hingga satu meter lebih.
"Kopi, kopi hangat," sapa pak De Ponco kepada pelanggannya yang sebagian besar adalah penarik sampan.
Berbeda dengan warung kopi saat kondisi normal. Di warung Pak De Ponco tak ada kursi yang berjejer dengan meja untuk pelanggannya bersantai sambil menyeruput segelas kopi panas.
Karena ketinggian air yang mencapai sepinggang orang dewasa, pelanggan warung kopi Pak De Ponco adalah penarik sampan. Sehingga hanya mereka yang biasa menikmati olahan kopi pak De Ponco, yang terbilang murah yakni hanya Rp 5.000 untuk segelas kopi bubuk panas.
Duduk di atas sampan sambil menikmati kopi racikan Pak De Ponco memang memiliki sensasi berbeda. Nikmat sudah pasti, terlebih jika ada camilan seperti jagung rebus atau ubi rebus. Namun yang terasa beda adalah semua aktivitas itu dilakukan di atas air.
Malah hanya Pak De Ponco, satu-satunya orang yang berendam di air sambil melayani setiap pelanggan nya untuk meracik kopi.
"Sudah delapan hari saya berjualan demi menyambung hidup. Abis mau gimana lagi, nunggu surut banjir tidak ada kepastian, dari pada tidak ada pemasukan, saya memilih berjualan," ungkap pak De Ponco.
Pak De Ponco memilih tetap berjualan meski saat pulang badan dan kakinya terasa sakit dan ngilu karena terlalu lama berendam di air.
"Dingin, ya ada keluhan juga karena terlalu lama berendam di air. Karena kalau tak berjualan, bagaimana nanti," ucapnya.
Menurutnya, sumber air bersih dibelinya dari air galon yang harganya naik. Saat ini harga air galon mencapai Rp 8.000 sementara gas elpiji 3 kg juga naik mencapai Rp 25.000.
Rata-rata pelanggan Pak De Ponco adalah penarik sampan. Penarik sampan sangat terbantu dengan dibukanya warung pak De Ponco. Satu-satunya warung yang memilih buka di tengah banjir.
"Alhamdulillah sangat terbantu, karena bisa menikmati kopi panas Pak De Ponco, tak perlu jauh mencari warung kopi untuk menghangatkan tubuh sambil menunggu pelanggan juga kan," ujar Penarik Sampan, Rusli.
Banjir di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat ini masih bertahan, hingga Kamis (11/11/2021) tengah malam. Hujan masih mengguyur kabupaten Sintang membuat banjir sulit surut.
Ribuan rumah terendam termasuk warga terdampak banjir mengungsi ke tempat yang aman dari banjir. Mereka berharap banjir di Kabupaten Sintang segera surut sehingga warga kembali beraktivitas normal.