Ribuan buku nikah di beberapa Kantor Urusan Agama (KUA) raib. Misteri ini terungkap dan ternyata buku nikah tersebut sengaja dicuri untuk hal ini.
Di kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bungo, Jambi, misalnya, ribuan buku nikah yang dicuri itu merupakan buku nikah baru yang masih tersegel rapi.
"Dari laporan yang ada, buku nikah baru ini ada sebanyak 3.000 atau 15 ribu pasang buku nikah yang hilang dicuri," kata Kapolres Bungo AKBP Guntur Saputro kepada wartawan, Kamis (4/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hilangnya buku nikah baru tersebut pertama kali diketahui salah seorang pejabat di Kemenang Bungo Jambi, yaitu Kasi Bimas Islam Kemenag Bungo bernama Harlek. Saat itu, dia yang masuk kantor melihat kondisi ruangannya yang sudah berantakan dan laci yang telah terbongkar.
Kejadian tersebut kemudian diberitahukan sebelum pihak Kemenag Bungo melaporkannya ke polisi. Polisi menyelidiki kasus ini dengan memeriksa beberapa saksi hingga CCTV kantor.
"Tadi saat dilakukan olah TKP, kita sudah tanya-tanya baik dari pihak internal ataupun lainnya. Kemudian tadi kita juga telah mengecek hasil CCTV yang ada di kantor, saat ini kita masih menyelidiki lebih lanjut terkait kasusnya," ujar Guntur.
Kemenag RI Buka Suara
Dalam penjelasannya, Kemenag RI meminta KUA melaporkan jumlah dan nomor perforasi buku nikah yang dicuri kepada Kantor Kepolisian dan Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag.
"Laporkan ke polisi, lalu catat berapa buku nikah yang hilang berikut nomor perforasinya kemudian laporkan ke Direktorat Bina KUA dan Keluarga Sakinah Ditjen Bimas Islam. Setelah kita proses, maka buku nikah yang hilang itu dinyatakan tidak berlaku," kata Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah Kemenag Muhammad Adib dalam keterangan tertulis, Senin (8/11).
Simak Video: 3.000 Buku Nikah di Kemenag Jambi Raib, Polisi Turun Tangan
Dalam sebulan terakhir, setidaknya ada dua provinsi yang mengalami pencurian buku nikah. Pertama, terjadi pencurian ratusan buku nikah pada sejumlah KUA di Yogyakarta.
Kedua, pencurian ribuan buku nikah di Kemenag Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi tadi. Menurut Adib, salah satu motif utama pencurian buku nikah adalah untuk diperjualbelikan ke penyedia jasa kawin kontrak.
"Maka penting untuk melaporkan jumlah kehilangan dan nomor perforasi buku nikahnya ke Kementerian Agama. Langkah tersebut diambil sebagai upaya memproses buku nikah yang dicuri untuk kemudian dinyatakan tidak sah atau tidak berlaku," ujar pria yang akrab disapa Gus Adib ini.
Menurut Gus Adib, nomor perforasi buku nikah ini berguna sebagai salah satu pengaman untuk menghindari pemalsuan. Sepasang buku nikah yang asli tidak akan memiliki angka yang sama dengan buku nikah pasangan lainnya. Angka ini mempunyai dua buah kode huruf sebelumnya sebagai salah satu tanda dan kode kemudian lanjut dengan sembilan digit angka.
Gus Adib menambahkan, pemalsuan atau pencurian buku nikah selalu terjadi. Seperti halnya uang, serumit apa pun pengaman yang dibuat, modus pemalsuan selalu ada. Oleh sebab itu, yang tak kalah penting adalah mengetahui bagaimana cara cepat mendeteksi otentisitas dokumen tersebut.
"Terkait buku nikah yang dicuri, perlu diwaspadai pemanfaatan buku curian tersebut untuk tujuan-tujuan pemalsuan data nikah oleh pihak yang tidak berwenang. Untuk mengetahui secara cepat buku aspal itu, dapat melacaknya melalui barcode yang tertera di buku yang langsung terhubung ke database SIMKAH. Jika buku berikut data itu memang benar-benar dikeluarkan oleh KUA, pasti datanya tersimpan dalam SIMKAH," katanya.
Selain kode dan nomor buku, pihak berkepentingan dapat melacak keaslian dokumen melalui nomor register. Jadi, kecocokan antara kode, perforasi, dan register merupakan kunci mengetahui keaslian dokumen nikah. Nomor register nikah merupakan rangkaian angka dengan kode tertentu sehingga menghasilkan nomor register yang unik.
"Masyarakat juga dapat mengetahui keaslian buku dengan mencocokkan kode dan nomor perforasi dengan instansi penerbitnya. Buku nikah menggunakan kode huruf dan nomor tertentu yang disesuaikan dengan wilayah masing-masing. Jika diketahui bahwa kode dan nomor itu tidak sesuai dengan instansi penerbitnya, hampir dipastikan bahwa buku itu palsu," ujar Adib.