Dimas Fajar Pratama (24) sudah menjadi peserta program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat sejak duduk di bangku perkuliahan. Milenial ini mengatakan pada saat melakukan pendaftaran sebagai peserta Program JKN-KIS tidak mengalami kendala sama sekali. Selain dirinya, anggota keluarganya yang lain juga sudah terdaftar sebagai peserta JKN-KIS.
Pemuda yang terdaftar dalam segmen kepesertaan Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dalam Program JKN-KIS ini mengungkapkan dirinya pernah memanfaatkan program yang berprinsip gotong royong ini untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Ia pernah menggunakan kartunya untuk berobat di klinik tempat ia terdaftar karena sakit ringan, seperti demam, batuk, atau pilek yang tak kunjung sembuh.
"Terakhir saya memanfaatkan JKN-KIS untuk perawatan di rumah sakit. Waktu itu saya mengalami kecelakaan di jalan, lebih spesifiknya kecelakaan tunggal. Beruntung saya sudah menjadi peserta JKN-KIS dan kartunya aktif, jadi biaya perawatan saya bisa dijamin oleh BPJS Kesehatan," tutur Dimas dalam keterangan tertulis, Jumat (29/10/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama perawatan di rumah sakit, Dimas mengaku mendapatkan pelayanan yang baik dan tidak ada kendala sama sekali. Ia juga tidak mengeluarkan biaya sedikitpun ketika keluar dari rumah sakit. Semua biaya perawatannya sudah ditanggung oleh BPJS Kesehatan melalui Program JKN-KIS.
Ia juga tidak merasakan diskriminasi antara pasien umum dan peserta JKN-KIS. Menurutnya, pelayanan yang diberikan sama rata dan sama rasa.
Ia menambahkan meskipun jarang terpakai, dengan sudah menjadi peserta JKN-KIS menjamin keselamatan dan kesehatan ia dan keluarga dan itu penting. Itulah mengapa ia tetap rutin membayar iuran, selain memang membayar iuran JKN-KIS itu wajib agar kartu tidak dinonaktifkan.
"Harapan saya program JKN-KIS terus dilanjutkan. Karena kalau saya sakit, saya tidak pusing-pusing lagi, 'kan ada kartu JKN-KIS. Saya sudah merasakan sendiri manfaatnya. Jadi, bagi yang belum menjadi peserta JKN-KIS, ayo segera daftarkan diri karena untuk menjamin keselamatan dan kesehatan jiwa dan raga. Kita tidak mengetahui kapan datangnya sakit dan berapa besar biaya yang harus kita keluarkan untuk perawatan. Karena itu, butuh persiapan untuk menghadapinya," kata Dimas.
(akd/ega)