Pelukan Terakhir Ibu ke Bayi yang Tewas Bersama Tertimpa Reruntuhan

Round-Up

Pelukan Terakhir Ibu ke Bayi yang Tewas Bersama Tertimpa Reruntuhan

Tim detikcom - detikNews
Minggu, 24 Okt 2021 20:04 WIB
Jakarta -

Tragis nasib Ita seorang ibu di Jakarta Barat yang menghembuskan napas terakhir bersama buah hatinya yang baru berusia 4 bulan. Ita dan bayinya ditemukan berpelukan di balik reruntuhan rumah.

Sejatinya Ita dan bayinya itu masih bernapas ketika diselamatkan tim dari Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat). Namun si bayi meninggal dunia sebelum sempat mendapatkan perawatan medis dan tak lama kemudian nyawa Ita juga tidak tertolong.

Bermula dari informasi yang diberikan warga tentang robohnya rumah di Jalan Satu Maret RT 01 RW 03, Kalideres, Jakarta Barat pada pukul 21.57 WIB, Sabtu (23/10). Tim gulkarmat sesegera mungkin meluncur ke lokasi untuk melakukan penyelamatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam waktu 6 menit tim gulkarmat sudah berada di lokasi dan mendapati informasi warga tentang adanya seorang ibu berusia 40 tahun bersama bayinya di dalam reruntuhan rumah. Tim gulkarmat pun berupaya semaksimal mungkin menyelamatkan keduanya.

"Menurut tetangga, awal kejadian tiba-tiba terdengar bangunan runtuh dan para tetangga mencoba menghubungi si ibu yang dirasa sebelumnya masih ada di dalam rumah bersama anaknya," ucap Mulat Wijayanto selaku Pejabat Humas Dinas Gulkarmat DKI Jakarta kepada wartawan, Minggu (24/10/2021).

ADVERTISEMENT

Temuan Kaki Bayi

Tak berapa lama salah seorang anggota tim gulkarmat menemukan kaki si bayi. Tim gulkarmat terus menggali hingga mendapati Ita tengah memeluk bayinya di balik reruntuhan rumah 2 lantai itu.

"Menurut informasi, korban tertimbun posisi memeluk anaknya," kata Mulat.

Si bayi 4 bulan itu diketahui masih bernapas sehingga tim gulkarmat langsung melarikannya ke rumah sakit. Namun takdir berkata lain.

"Karena tidak adanya unit ambulans, komandan insiden dari gulkarmat memerintahkan anak buahnya membawa si anak dibantu warga menggunakan motor ke RSUD Kalideres," ucap Mulat.

"Sesampainya di RSUD Kalideres ternyata (bayi) sudah menghembuskan napas terakhirnya," imbuhnya.

Tak Ada Oksigen

Petugas gulkarmat lantas berupaya mencari tabung oksigen bagi si ibu. Namun disebutkan adanya hambatan dari pihak rumah sakit sehingga akhirnya nyawa si ibu juga tidak tertolong.

"Kemudian anggota meminta tolong unit ambulans menuju tempat kejadian tetapi ditolak dari pihak rumah sakit. Pasukan mencoba inisiatif meminjam tabung oksigen untuk si ibu karena di TKP sudah ada perawat yang siap membantu namun ditolak kembali dengan alasan langsung saja dibawa ke RSUD Cengkareng, sehingga si ibu, karena lambatnya penanganan, menghembuskan napas terakhirnya," ucapnya.

Keterangan dari tim gulkarmat itu dikuatkan dengan kesaksian para tetangga. Seperti apa kesaksiannya? Simak di halaman berikutnya.

Salah seorang di antaranya bernama Nyai yang mengaku tahu bila Ita tinggal di rumah itu bertiga bersama seorang anaknya yang lain bernama Andriawan. Sedangkan suami Ita disebut Nyai tidak berada di rumah itu.

"Anaknya (yang pertama) kerja, namanya Andriawan," ucap Nyai.

Pada saat kejadian, menurut Nyai, tidak ada pertanda apapun. Namun sebelumnya Nyai menyebut bila rumah itu memang tampak sudah tidak layak huni.

"Jam 9 (malam) roboh tuh, itu juga nggak ada angin, nggak ada hujan, tiba-tiba roboh langsung. Untungnya itu pertama roboh keramik, kedua puing itu pada ancur. Memang ini nggak layak dipakai, dibilangin sama anaknya padahal biar nggak nempatin rumah ini tapi mungkin namanya ini rumah pribadi atau nggak ada dana ya," ucap Nyai di lokasi.

Tentang hambatan dari rumah sakit yang disebutkan petugas gulkarmat dalam penyelamatan turut diamini Nyai. Dia bahkan mengaku sempat menghubungi pihak rumah sakit.

"Iya ambulansnya lama terus kita ada ide pakai mobil bak aja," ucap Nyai.

Warga lainnya, Lilis, turut memberikan kesaksian serupa. Dia menyebutkan bila rumah sakit beralasan stok oksigen habis.

"Iya sudah kontak RS cuma alasannya habis, nggak ada. Sampai damkar bawa-bawa oksigen dari sana cuma kayaknya emang sudah nggak ada nyawanya dari rumah dia," kata Lilis di tempat yang sama.

Namun ada kesaksian lain dari Ketua RT setempat dan Wali Kota Jakarta Barat (Walkot Jakbar) Yani Wahyu Purwoko. Siman selaku Ketua RT setempat menyebutkan bila sebenarnya oksigen dari pihak rumah sakit sudah didapatkan untuk membantu pernapasan para korban.

"Kan ada banyak (warga), terlalu rapet, orang sampai penuh ya. (Oksigen dari RS) langsung diambil, langsung dibawa," ucap Siman.

Di tempat yang sama, Yani Wahyu Purwoko selaku Walkot Jakbar memastikan bila tidak ada penolakan dari RSUD Kalideres perihal bantuan untuk korban. Yani menyebut peristiwa ini sebagai musibah.

"Pelayanan kita kan untuk kemanusiaan ya, tidak ada itu tidak ada, sejak evakuasi oleh gulkarmat tim kita sudah... Sebelum dibawa pun kita sudah kontak RSUD, ketika jenazah masih... si korban masih di TKP itu sudah kita kontak RSUDnya," kata Yani.

"Karena ini musibah kita kan nggak tahu, kita doakan saja semoga almarhumah dan anaknya mendapat tempat yang layak di sisi Allah SWT," imbuhnya.

Di sisi lain pihak kepolisian telah memasang garis polisi di lokasi. Polisi turut menerjunkan tim Puslabfor (Pusat Laboratorium Forensik) Polri.

Simak di halaman berikutnya.

Lokasi rumah yang ambruk itu digaris polisi. Tim Puslabfor Polri pun terjun langsung mengecek lokasi.

Yani selaku Walkot Jakbar mengaku akan berkoordinasi dengan pihak kepolisian mengenai tindak lanjut penanganan agar kejadian serupa tidak berimbas ke sekitarnya. Dia menyebutkan sisa-sisa reruntuhan rumah itu nantinya akan diratakan.

"Sekali lagi hari ini kita pastikan bahwa lingkungan TKP dalam keadaan aman ya dan kita lihat sudah ada police line tidak boleh ada warga yang mendekat sebelum ada hasil keputusan penyelidikan dari unsur kepolisian," ucap Yani.

"Iya (rumah akan diratakan), kita menunggu setelah hasil olah TKP dan sekarang kan masih terpasang police line, setelah hasilnya tuntas nanti kita koordinasi lagi dengan unsur kepolisian untuk dilakukan langkah-langkah lanjutan dalam rangka pengamanan lingkungan supaya tidak terjadi sesuatu terhadap rumah di kanan kiri depan belakang," imbuhnya.

Anak Korban Ikhlas

Sementara itu Andriawan, anak pertama dari Ita, mengaku tengah bekerja saat kejadian. Dia mengaku ikhlas atas peristiwa yang merenggut nyawa ibu dan adiknya itu.

"Ikhlas, saya cuma bisa pasrah aja, yang ikhlas," kata Andriawan.

"(Tinggal) berempat sama bapak. Bapak lagi di luar. Bapak nggak tahu, saya nggak tahu. Mau gimana lagi kan, udah jalannya, mau gimana lagi," imbuhnya.

Andriawan hanya mengingat tentang pesan ibunya sebelum meninggal dunia. Dia tak menyangka bila ucapan ibunya itu merupakan yang terakhir untuknya.

"Cuma ada pesan doang, kalau ada apa-apa, minta tolong dibawa ke kampung. Minta tolong itu doang, pas malamnya langsung ada kejadian. Saya juga kaget, 'Emang kenapa sih ngomong begitu? Jangan becanda apa'. 'Nggak bercanda Wan, adik lu mau gue bawa juga. Udah jaga diri lu baik-baik'. Udah ngomong begitu. Nggak ini lagi, nggak ada lagi," kata Andriawan mengulang pesan ibunya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads