Gerakan Angkatan Muda Kristen (GAMKI) Sulawesi Utara (Sulut) melakukan advokasi dan pendampingan hukum kepada belasan siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Motoling, Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), Sulut, yang diduga menjadi korban pelecehan seksual oleh guru. Ternyata, ada korban yang tidak melapor karena takut mendapat nilai jelek.
"Pendampingan yang sudah dilakukan berupa pendampingan hukum pada siswi yang menjadi korban pada kasus tersebut. Kedatangan kami (pengurus) di Motoling guna memberikan advokasi kepada para korban dan memberikan penguatan pemulihan dari trauma yang korban rasakan dan saksi," kata Ketua GAMKI Sulut Yowanda Yonggara, Selasa (19/10/2021), kepada wartawan.
Yowanda mengatakan, selain pendampingan hukum, pihaknya memberikan pemahaman terhadap sejumlah siswi supaya berani membuat laporan, apalagi jika menjadi korban pelecehan seksual.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita juga memberikan pengetahuan mengenai kekerasan seksual di sekolah. Sekaligus pada korban siswi-siswi supaya mereka tak takut dalam melapor kasus ini," terangnya.
Yowanda mengungkapkan alasan para korban takut melapor, salah satunya karena takut diberi nilai jelek oleh oknum guru itu. Apalagi, kata dia, guru itu satu-satunya yang mengajar mata pelajaran kimia.
"Adapun alasan para siswa awalnya takut melaporkan karena jangan sampai mereka nilai tidak lulus, apalagi oknum guru merupakan satu-satunya pengajar kimia. Selain itu, tersangka ternyata sering membantu para siswi untuk kuliah lewat beasiswa," ungkap dia.
Dia menambahkan ini membuktikan bagaimana relasi kuasa yang timpang antara guru dan murid sehingga secara kuat mempengaruhi psikologi dari korban pelecehan seksual.
"Bagaimana korban tidak berani melaporkan pelecehan seksual yang dialaminya karena berada di posisi yang tidak setara dengan pelakunya," sebut Yowanda.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Saksikan juga 'Tega Cabuli Siswanya Lebih dari Sekali, Guru SMA di Makassar Diciduk!':
Yowanda pun mengingatkan semua anak-anak maupun perempuan yang mengalami pelecehan ataupun kekerasan agar jangan pernah takut bersuara. Dia menjamin bakal mendampingi.
"Jangan normalisasi pelecehan yang kalian alami, kalau memang merasa kurang nyaman atas perlakuan yang diterima, jangan tunda-tunda untuk sampaikan keberatan. Kalau perlu pendampingan jangan ragu untuk reach out ke orang sekitar yang kalian percayai," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, korban dugaan pelecehan seksual guru SMA di Minsel, Sulut, terus bertambah. Sudah ada 18 siswi yang melapor ke sekolah terkait dugaan pelecehan seksual yang dialami.
"Ada 18 orang, kemarin datang di sekolah. Pokoknya 18 orang sudah datang," kata Wakil Kepala SMA 1 Motoling, Boyke Tumanduk, ketika dimintai konfirmasi, Kamis (14/10).
Tumanduk menjelaskan para korban telah dimintai keterangan tentang dugaan pelecehan. Untuk masalah proses hukum, pihaknya menyerahkan itu kepada pihak berwajib.
"Mereka sudah diklarifikasi, masih sementara penyidikan di Polres. Ya, proses hukum masih sementara ditindaklanjuti," tuturnya.
Sementara itu, Kasubbag Humas Polres Minsel Iptu Robby Tangekere menjelaskan kasus tersebut masih dikembangkan. Namun sudah ada empat saksi yang telah diperiksa.
"Ada empat saksi yang diperiksa. Nanti akan bergulir dengan sendirinya kalau ada korban lainnya yang melapor," kata dia.